Anara melihat wajah Argara dengan intens. Wajah Argara yang tampan bertambah tampan dengan adanya kacamata yang menempel di wajahnya dengan sorot mata yang terus memandangi laptop didepan.

"Kenapa?"

Anara menggeleng. "Gapapa, cuma terpesona dikit aja."

Mendengar itu Argara terkekeh. "Yakin sedikit?" tanya Argara sambil melepaskan kacamatanya.

Sial! Cara Argara melepas kacamatanya bikin kelihatan tampannya berkali-kali lipat. Melihat itu wajah Anara memerah.

Argara memegang sisi wajah Anara. "Coba liat sini."

Dengan berani Anara pun menatap Argara tepat dimatanya, mata hitam Argara mampu membuat Anara merasa terhipnotis.

"Cantiknya, jadi terpesona aku," ucap Argara sambil tersenyum membuat Anara mambuang muka kesegala arah, kecuali arah depan tepat Argara berada.

"Dih, saliting ya," ledek Argara dengan kekehan.

"Stt! Diem deh, saltingnya juga gara-gara kamu," balas Anara.

"Sini cium dulu." Argara mengecupi semua bagian wajah Anara. "Kangennya aku, udah lumayan jarang ya kita romantisan gini."

Anara mengangguk setuju. Waktu mereka habis untuk belajar mempersiapkan diri untuk masuk perguruan tinggi, belum lagi sama tugas kuliah yang selalu berdatangan menghampiri mereka.

Tubuh Anara diangkat dan diletakkan diatas pangkuan Argara, lalu Argara langsung memeluk tubuh Anara dengan erat. Begitu pun dengan Anara yang juga ikut memeluk leher Argara dan sesekali mengecupi rambut lelaki itu.

"Makasih ya udah mau nerima aku, padahal aku gak yakin loh pernikahan kita bisa dititik ini. Kita untuk sampai dititik ini gak mudah, kamu tau sendiri masalah apa aja yang udah kita alami selama kita bersama, dan untungnya kita bisa mempertahankan status kita. Dan untuk kedepannya aku mohon kerja samanya untuk lebih percaya dan terbuka satu sama lain agar kita terus sama-sama, aku juga minta kalo aku ada salah atau yang enggak mengenakan dimata kamu tolong tegur aku, jangan diem aja, aku bukan peramal yang bisa baca isi pikiran orang, ya?" ucapan panjang dari Argara itu terdengar tulus membuat Anara berkaca-kaca.

Anara menggangguk. "Iya, aku juga sama ya. Kalo ada perlakuan aku yang gak mengenakkan tolong di tegur dan di arahin ya. Mohon bantuannya, Argara my cold husband."

Ucapan mereka pun ditutup dengan ciuman hangat yang mengiri suasana bahagia serta haru tadi. Siapa sangka, pernikahan yang terjadi karena perhodohan akan berakhir sangat indah untuk sepasang suami-istri muda tersebut. Banyaknya rintangan yang ada menjadikan mereka sebagai pelajaran agar tidak terulang kembali, dan pastinya dengan didukung oleh orang sekitar membuat hubungan mereka semakin erat dan romantis.

***

"Halo dedek. Ini onty Nara, maaf ya baru bisa jenguk sekarang," ucap Anara dengan seorang makhluk kecil yang sedang dalam bedongan.

"Gapapa, onty. Aku tau onty lagi sibuk sama kuliah, kan," bukan suara bayi yang terdengar, tapi suara Freya yang dibuat seperti anak kecil lah yang terdengar.

"Sorry ya Frey, gue baru bisa jenguk sekarang. Waktu gue belakangan ini habis untuk kuliah, otak gue rasanya mau pecah ngeliat tuh angka-angka yang ratusan juga bahkan lebih, enak kalo ngitungnya uang beneran, lah ini sepersen pun gak keliatan di depan gue, hadeh," curhat Anara.

ARGARA: Cold Husband [ END ]Where stories live. Discover now