11. terjebak dalam pernikahan

11.1K 508 7
                                    

"Di antara musibah terbesar dalam hidup saya ialah menikahi perempuan yang nggak saya cintai"

_Iqbal azzam Baihaqi

🚐🚐🚐

Hari ini terasa lebih bosen dari hari hari biasanya, terlihat seorang perempuan yang kini duduk sendiri di teras mushollah memandang lurus kedepan menikmati pemandangan yang menjadi objek utamanya.

"Bosen bangat hari ini, huff"

"Dari pada aku berdiam diri disini mending aku ambil Al-quran aja deh itung itung bisa nambah hafalan"

Karina melangkah masuk kembali masuk ke dalam mushollah untuk mengambil satu Mushaf Al-quran.

Setelah selesai karina kembali duduk di teras mushollah dengan mulut yang sedang komat kamit pertanda sedang membaca sesuatu.

"Karina?"

Yang di panggil pun menoleh ke sumber suara, karina menutup Al-quran nya guna melihat siapa yang baru saja memanggilnya.

"Iya? Kamu hikmah ya?"

"Ternyata kamu masih ingat dengan aku. Upss kan aku disini emang banyak yang kenal jadi wajar lah kamu kenal" ucapnya sombong

Hikmah melirik tangan karina. "Lagi ngehafal?"

Karina tersenyum, sebenarnya ia malas sekali meladeni orang seperti hikmah buang buang waktu saja. "Seperti yang kamu liat"

"Songong bangat nih anak, baru jadi santri baru juga songongnya minta ampun"

"Pake mantra apa kamu sampe bisa buat orang disini jadi suka sama kamu haa? Bahkan ustadzah Fatimah puji puji kamu terus" tuduh hikmah tidak terima jika karina sering di puji oleh guru guru disini terutama ustadzah Fatimah

Hikmah tipikal orang yang cepat dengki kepada orang, perempuan itu pasti akan membenci jika melihat orang yang berkualitas tinggi di banding dirinya.

Ia paling tidak suka melihat orang lain di puji secara terang terangan di hadapannya.

"Maksud kamu apa? Aku nggak pernah menggunakan matra apapun" elak karina tidak Terima

"Elleh maling mah mana ada yang mau ngaku, baru juga santri baru udah bisa dapatin hati ustadz Ustadzah disini. Hebat kali kamu ini"

Mati matian karina menahan emosinya, ia tidak mau lepas kendali dan mengakibatkan pertengkaran nantinya. Ia harus bisa menahannya.

"Terserah kamu mau bilang apa ke aku, aku nggak peduli. Dan yang jelas aku bukan orang yang suka caper sana sini buat cuman dapatin hati ustadz Ustadzah disini, aku kesini untuk belajar bukan untuk cari perhatian" ucap karina sedikit emosi

"Berani yah kamu melawan sama aku. Ngomong kayak udah paling senior aja disini" hikmah tersenyum miring. "Mau sok jagoan disini?"

"Aku nggak suka berdebat dengan orang yang nggak tau sopan santun" balas karina langsung mendapati tamparan keras di pipinya

Karina diam, meraba pipinya yang terasa sedikit nyeri bahkan sekarang pipinya sudah memerah akibat tamparan itu.

"Kamu yang nggak tau sopan santun. Udah tau santri baru malah belagu. Dan ingat tamparan itu belum seberapa dengan apa yang telah kamu perbuatan disini"

Setelah mengatakan itu hikmah pergi meninggalkan karina yang kian terduduk lemas di depan mushola seorang diri.

Ia menangis tersedu sedu, meski tadi ia sempat melawan namun begitu sedari tadi ia menahan untuk tetap tegar di hadapan hikmah agar dirinya tidak di anggap lemah.

"Kenapa dia sangat membenciku? Apa salahku?"

"Aku nggak pernah membuat gara gara sama dia, tapi kenapa dia selalu aja ada cara untuk menyorot aku ke dalam masalahnya. Sebenarnya dia mau apa?"

Sesama Santri LH Where stories live. Discover now