Meminta kesempatan

Start from the beginning
                                    

Aydan mengerutkan keningnya ia masih menghapus sisa air matanya, siapa laki-laki itu tidak mungkin Ara menyentuhnya jika memang tidak ada apa-apa, ia juga tau bahwa Ara hanya anak tunggal dan tidak memiliki Kakak.

"Saya tanya siapa Kamu? Kenapa membuatnya menangis?" Tegas Fahrul karena Aydan tak kunjung menjawab, ia masih merangkul Ara yang sepertinya tidak ingin dilihat Aydan.

"Saya suaminya, Anda siapa?" Ucap Aydan lantang, ia baru mengingat laki-laki tersebut di persimpangan lampu merah, ternyata itu benar bersama istrinya.

Fahrul terkejut, ternyata ini suami dari adiknya, tapi ia masih ragu dengan jawaban Aydan.

"Kamu tidak perlu tahu siapa saya! Tolong pergi darisini!" Tegas Fahrul menatap sengit ke arah Aydan.

Aydan menatapnya tak suka, siapa laki-laki ini sebenarnya.

"Saya tidak akan pergi sebelum Kamu mengembalikannya pada saya!" Ujar Aydan menunjuk ke arah Ara.

Kemudian Aydan berjalan mendekat dan mencoba meraih tangan Ara yang masih dalam dekapan kakaknya.

Ara terus menggeleng berusaha melepas tautan tangan Aydan pada tangannya.

"Dia tidak mau, jangan dipaksa!" Tutur Fahrul kemudian menghempas tangan Aydan yang menjangkau tangan Ara.

"Temui orang tuanya jika kamu memang benar suaminya!" Sambungnya kemudian membawa Ara menjauh dari situ, ia masih menutup wajah Ara yang bersembunyi di lengan tangannya.

Aydan hanya menatap kepergian keduanya bergeming, jika benar Ara masih hidup kenapa orang tuanya tidak mengatakan apapun padanya. Disatu sisi ia sangat senang dan bersyukur Ara masih hidup, disisi yang lain ia tidak suka akan kehadiran laki-laki tersebut.

Ia berjalan ke tempat awal Papanya menyuruhnya diam disana, ia tadi melihat Papa dan Mamanya masuk kedalam rumah tersebut yang hendak bersilaturahmi dengan keluarga Ara.

Aydan dengan langkah besar ia berjalan ke rumah tersebut, ia mengetuk dan mengucap salam dari luar.

"Assalamualaikum." Salamnya.

"Waalaikumussalam." Jawab didalam dengan serempak.

Kedua orang tua Aydan saling memandang, ia yakin pasti Aydan menyusulnya, padahal Tyo sudah memperingatinya agar menunggu disana.

"Ee, Regan, saya boleh membawa anak saya kesini?" Izinnya tak enak pada orang tua Ara.

"Silahkan saja, saya tahu dia masih suami anak saya, saya tidak memiliki hak untuk melarangnya." Ujar Regan berlapang dada.

"Masuk Nak!" Jawab Regan dari dalam rumah.

Aydan kemudian membuka pintu rumah tersebut pelan, lalu ia berjalan dan segera bersimpuh dikaki mertuanya meminta maaf.

"Ayah, Bunda, Saya ingin meminta maaf lagi pada kalian, tolong izinkan saya bersama lagi dengan Ara." Aydan menangkupkan tangannya memohon pada keduanya sambil meneteskan air mata.

Tyo dan Nadin terkejut dengan ucapan Aydan."Kamu sudah tahu bahwa Ara masih hidup?" Tanya Tyo disaat Aydan masih bersimpuh.

Aydan mengangguk, "Aydan bertemu dengannya barusan, mungkin kalian tidak bilang sama saya karena demi kebaikan Ara, tapi saya mohon, kali ini saya tidak akan menyia-nyiakan Ara lagi, mungkin kalau saya tidak bertemunya barusan pasti saya tidak akan tahu bahwa sampai sekarang Ara masih hidup." Ujarnya menunduk.

AydanAra [End] Completed✔️Where stories live. Discover now