Amanah

2.1K 59 62
                                    

Assalamualaikum

-

-

-

Tak semua yang kau cintai hatinya melirikmu, demikian yang kau sayang belum tentu menatapmu.

(Imam Syafi'i)

🦋🦋🦋

"Ada apa Seyna? Untuk apa datang sepagi ini?" Tanya Aydan melihat Seyna yang datang ke kantornya pagi ini.

"Ada yang mau Aku omongin sama Kamu Dan."

"Tentang apa?"

"Zira." Jawab Seyna.

Aydan mengangguk dan mempersilahkan Seyna duduk.

"Ada amanah dari Zira yang harus aku jalani." Lanjutnya.

"Amanah?" Tanya Aydan tak mengerti.

"Jadi gini, sebenernya sebelum dia pergi dia berpesan sama Aku untuk selalu jaga Kamu,selalu ada disamping Kamu, dan menggantikan semua hal yang pernah Zira lakuin untuk Kamu." Jelasnya.

Aydan terkejut, pasalnya ia tidak pernah tahu amanah ini, apakah ini pesan Zira yang ia khususkan untuk Seyna.

"Tapi setelah Aku tahu Kamu udah ada pengganti,sepertinya amanah itu tidak bisa aku jalani." Lirihnya.

Aydan masih diam saja, ia antara percaya atau tidak, tapi ia berpikir bahwa tidak mungkin sahabat Zira ini berbohong.

"Aku tau kamu udah ada Ara yang menggantikan posisi Zira, tapi kalau Aku ngga ngejalani amanah ini, Aku ngerasa gagal sebagai seorang sahabat." Lanjutnya.

"Lalu apa yang akan kamu lakukan?" Kini Aydan bertanya.

"Emmm, mungkin memang Aku ngga bisa bahkan ngga boleh menemani kamu setiap saat, tapi apa Aku boleh datang setiap pagi untuk bawain Kamu sarapan? Yahh setidaknya Aku merasa tidak bersalah dengan tanggung jawab amanah yang Zira berikan." Pintanya.

Aydan kalau sudah menyangkut Zira, ia sulit menolak, bahkan tidak bisa menolak, apalagi ini amanah dari Zira kata Seyna, bagaimana jika Zira kecewa disana pikir Aydan.

"Yaudah, kalau gitu boleh." Putusnya.

"Beneran? Aku janji Kok cuma sarapan pagi aja, selebihnya Kamu makan masakan istri Kamu aja." Ucapnya meyakinkan.

Aydan tersenyum dan mengangguk.

"Peluangku semakin besar, tinggal beberapa langkah lagi." Batinnya.

"Kalau gitu Aku pamit dulu ya Dan, Makasii udah bantu Aku menjalankan amanah dari Zira." Pamit Seyna.

"Bukan masalah besar." Katanya.

Lalu Seyna meninggalkan tempat itu tanpa melepas senyumnya.

°°°

Dirumah, Aydan melihat Ara yang sedang menyiapkan makan malam, ia sudah pulang kantor daritadi sore.

"Besok-besok nggausah masak pagi." Celetuknya dimeja makan.

Ara menghentikan pekerjaannya kemudian menoleh, "Kenapa Kak?"

"Nggapapa, saya sarapan dikantor mulai dari besok." Jawabnya tak berniat jujur.

"Ohh, ada catering baru ya Kak untuk pemilik dan staf kantor Kak Aydan?" Tanyanya meletakkan semua makanan dan ia duduk dihadapan Aydan.

"Makan." Datarnya menyuruh Ara tanpa menjawab pertanyaan barusan.

Ara tak ambil pusing, ia berpikir bahwa memang ada catering baru yang dikhususkan di kantor Aydan, jadi ia tidak mempermasalahkannya.

"Kak Aydan mau Ara ambilin?" Tanyanya.

"Boleh." Jawab Aydan. Ara langsung mengambilkannya dan menaruhnya dengan tersenyum, malam ini Aydan tidak terlalu cuek, tumben dia mau diambilin.

Ditengah makan malam mereka Aydan bertanya, "Kamu kenapa dirumah ngga pernah lepas hijab?" Tanyanya tiba-tiba.

Memang semenjak Ara menginjakkan kakinya dirumah itu ia tidak pernah sekalipun menunjukkan dirinya tanpa hijab di depan Aydan.

"Ngga panas?" Tanya Aydan lagi sambil memakan makanannya.

"E-ee nggapapa, Ara belum mau lepas hijab, ngga panas kok." Ucapnya agak kaku.

Aydan manggut-manggut saja, setelah itu ia minum dan berdiri tanpa mengucap apa-apa, ia beranjak ke ruang tamu dan duduk disana.

"Maafin Ara Ya Allah, Ara ngga buka hijab didepan Kak Aydan karena Ara belum percaya sama Kak Aydan." Lirihnya.

"Mungkin udah waktunya Ara ngga pakai hijab didepan Kak Aydan, lagipula Kak Aydan udah sah jadi suami Ara." Ucapnya bergeming.

°°°

Saat Aydan siap-siap tidur, Ara keluar dari kamar mandi dengan piyama panjangnya, tapi kali ini ia tidak menggunakan penutup kepala.

Aydan tak berhenti menatap Ara semenjak keluar kamar mandi sampai ia duduk dikasur.

Bayangin betapa cantiknya Ara.

"Kamu ngga salah?" Tanyanya.

"Salah kenapa?" Kata Ara. Lalu Aydan menunjuk kepalanya sendiri sambil memutarkan tangannya seperti menunjukkan bahwa Ara tidak pakai penutup kepala.

"Ohh ini, nggak." Saut Ara lalu menarik selimutnya.

"Kenapa dilepas?" Tanya Aydan penasaran.

"Udah waktunya Kak Aydan lihat, kenapa memangnya, jelek ya?" Kata Ara sambil memegang rambutnya. Aydan menggelengkan kepalanya kaku.

Mata Aydan berpaling dan ia menarik nafas untuk menormalkannya kembali, ada desiran dalam hatinya saat pertama kali melihat Ara melepas hijabnya.

Aydan dengan cepat menarik selimutnya, lalu ia tidur membelakangi Ara.

Ara tersenyum melihat Aydan dari belakang, apakah suaminya saat ini sedang salting pikir Ara, setelah itu ia mengusap punggung Aydan sampai Aydan terlelap.

"Setidaknya Ara sudah berusaha menjadi istri yang baik untuk Kak Aydan, bantu Ara Ya Allah." Batinnya terus mengusap punggung Aydan,lalu ia memejamkan matanya hingga tertidur.









bersambung...




Terimakasih yang sudah berkunjung ke cerita ini, jangan lupa vote dan komen yang banyak yaaa~~🖤🖤

Maaf kalau besok-besok telat upnya, soalnya banyak tugas & makalah yang harus dibuat, semangat semuanyaa🙏🏻🙏🏻



AydanAra [End] Completed✔️Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα