9 | Tiga Kemungkinan

1K 105 9
                                    

"Itu benar. Sebaiknya Pak Rian tidak boleh terlalu dekat dengan keberadaan korban yang sakit. Karena jika sasaran teluh beling yang sebenarnya adalah Pak Rian, maka Pak Rian jelas akan sangat rentan terserang oleh si pengirim teluh," tanggap Ziva, mengenai ajakan Hani kepada Rian untuk segera naik ke balkon.


"Kalau begitu silakan segera naik ke lantai atas, Pak Rian. Bapak akan dijaga oleh Hani selama berada di sana, sementara kami akan mulai bekerja di bawah sini," pinta Tari.

Rian pun segera menyetujui hal itu, lalu berjalan bersama Hani menuju ke lantai atas. Batagor mengikuti langkah Hani daripada mengikuti langkah Rasyid kali itu. Hani benar-benar fokus pada apa saja yang tercatat di dalam buku catatan miliknya, meskipun saat itu dirinya sedang berjalan di samping Rian. Rian tampak mencoba memperhatikan Hani dan Batagor sesekali.

"Kamu juga bisa melihat makhluk-makhluk tak kasat mata seperti dua orang anggota tim kamu itu?" tanya Rian, mencoba mencari topik pembicaraan.

"Tidak, Pak Rian. Di dalam tim kami hanya Ziva dan Raja yang memiliki kelebihan melihat makhluk tak kasat mata atau biasa disebut indigo. Mereka mempunyai kelebihan tersebut sejak masih kecil, dan untuk Ziva sendiri juga memiliki kelebihan khusus, yaitu dirinya mempunyai beberapa ilmu yang diturunkan langsung oleh Almarhumah Neneknya," jawab Hani.

"Jadi tugasmu setiap kali bekerja adalah melakukan pengawalan terhadap orang yang menjadi sasaran teluh?"

"Tidak juga. Terkadang aku juga bertugas untuk ikut dalam proses melaksanakan ruqyah terhadap korban, jika korbannya adalah wanita. Terkadang, aku juga ikut bertugas membentengi suatu wilayah jika sudah diperintahkan oleh Ziva, agar wilayah yang dibentengi bisa terhindar dari serangan tak kasat mata secara mendadak," jelas Hani.

Mereka tiba di lantai atas, tepatnya pada pembatas balkon yang bisa terlihat dari lantai bawah. Batagor langsung duduk dengan manis tanpa perlu Hani suruh lagi. Di bawah sana Ziva tampak mulai memeriksa semua korban yang sedang muntah darah dan beling, sementara Raja, Rasyid, dan Mika sedang melakukan doa bersama. Mereka sedang mendoakan air yang didapatkan dari beberapa botol air mineral yang tersedia di gudang dalam kantor tersebut. Air-air mineral itu akan benar-benar digunakan untuk meruqyah para korban, serta memancing makhluk tidak berkulit tadi agar keluar dari tempatnya bersembunyi.

"Kenapa teluh beling? Kenapa si pengirim teluh mengirim teluh jenis itu ke kantor ini dan justru menyerang para karyawan, bukan langsung menyerang Pak Rian?" tanya Tari.

"Mungkin si pengirim teluh ingin memberi peringatan kepada Pak Rian melalui teluh beling yang dia kirimkan. Mungkin si pengirim teluh itu ingin Pak Rian merasakan ketakutan yang begitu menguasai pikirannya, sehingga pada akhirnya Pak Rian akan semakin rentan akibat ketakutan yang berlebihan tersebut, terutama saat melihat beberapa orang karyawannya meninggal dunia. Mungkin juga dia ingin membuat Pak Rian merasa terjebak di dalam kantor ini, sehingga Pak Rian merasa benar-benar tidak ada jalan keluar. Karena kalau Pak Rian memutuskan mencoba keluar dari kantor ini, maka Pak Rian akan menjadi korban yang selanjutnya dari ritual teluh beling itu," jawab Ziva.

"Hm ... jadi ada tiga kemungkinan yang kamu simpulkan, ya? Dan kalau menurut kamu sendiri, mana kemungkinan yang lebih mencolok?" Tari ingin tahu perspektif Ziva yang lebih menjurus pada satu titik besar.

"Kalau menurut diriku sendiri, setelah aku membaca buku catatan milik Ras yang tadi mewawancarai Pak Rian, aku lebih menitikberatkan tiga kesimpulan tadi pada kesimpulan yang kedua. Dari caranya yang bisa kita lihat secara terbuka, si pengirim teluh ingin sekali memberikan teror berisi rasa takut kepada Pak Rian. Kamu juga bisa lihat sendiri keputusan yang tadi diambil Pak Rian sebelum kita tiba di sini, yang mana Pak Rian memilih untuk menahan semua karyawannya di dalam kantor ini karena tidak ingin ada korban yang jatuh lagi setelah ada empat korban yang meninggal dunia. Hal itu bisa membuat kita dengan mudah menarik kesimpulan. Tapi tetap jangan pernah lupakan, bahwa kita ada di sini untuk mencari fakta dan cara agar ritual teluh beling itu bisa dipatahkan sehingga semua korban yang tersisa bisa diselamatkan dari ancaman kematian yang tragis."

"Ya, kamu benar. Kita tidak boleh melupakan hal tersebut. Fakta adalah sesuatu yang lebih penting daripada teori. Lalu ... apakah sekarang sebaiknya kita memulai?" Tari ingin tahu rencana Ziva.

"Ya, mari kita bagi tugas. Karena Hani sedang menjaga Pak Rian di lantai dua sana, maka korban wanita hanya akan ditangani oleh kita berdua. Sisanya, akan ditangani oleh Rasyid, Mika, dan Raja. Kita harus mengejar waktu, sebelum si pengirim teluh beling itu kembali ingin menakut-nakuti Pak Rian lagi."

Ziva dan Tari pun mendekat kepada Raja, Rasyid, dan Mika yang baru saja selesai melakukan doa bersama. Ziva meraih satu buah botol air mineral tersebut, lalu menyodorkannya kepada Mika.

"Naiklah dulu ke atas, Mik. Berikan air itu pada Pak Rian dan minta dia untuk meminumnya. Jangan lupa katakan padanya untuk selalu mengucapkan bismillah jika ingin meminum air itu," pinta Ziva.

"Oke. Akan segera aku berikan," tanggap Mika, yang kemudian segera berlari ke arah tangga menuju lantai dua.

Ziva kembali menatap ke arah anggota timnya yang lain.

"Mari kita tunggu Mika kembali, baru kita mulai usaha pertama untuk para korban yang sedang sakit dan muntah darah berserta beling itu," ujar Ziva.

Mika tiba di lantai dua dan segera menyerahkan botol air mineral yang sudah didoakan ke tangan Rian. Rian menerimanya dan tampak menunjukkan ekspresi butuh penjelasan.

"Pak Rian, silakan diminum airnya. Air itu sudah kami doakan bersama, sehingga itu akan menjadi pertahanan awal untuk Bapak, agar tidak terkena serangan gaib dari teluh beling yang dikirim oleh si pengirim teluh jika Bapak adalah sasaran utamanya. Tolong jangan lupa baca bismillah lebih dulu sebelum meminum airnya," jelas Mika.

"Apakah air ini harus aku habiskan, Mas Mika?" tanya Rian.

"Iya, Pak Rian. Sebaiknya memang air itu dihabiskan. Tapi jika sekiranya Pak Rian tidak sanggup meminumnya sekaligus, maka silakan minum pelan-pelan saja dan perbanyak jeda. Intinya, jangan pernah lupa untuk mengucapkan bismillah setiap kali akan meminumnya lagi," jawab Mika.

"Oke. Insya Allah akan aku coba untuk habiskan air ini meski pelan-pelan dan banyak jeda," janji Rian.

Mika pun segera kembali pergi ke lantai bawah, setelah memberikan air itu kepada Rian. Rian mencoba mencuri-curi pandang ke arah Hani, hingga akhirnya membuat Hani sadar bahwa Rian sedang mengamatinya dalam diam.

"Airnya tolong segera diminum, Pak Rian. Bapak adalah prioritas utama kami yang benar-benar harus dijaga. Jika Bapak gagal kami bentengi dari dalam, maka Bapak akan sangat rentan terkena serangan gaib jika semua anggota timku sudah memulai proses tahap pertama untuk para korban yang sedang sakit saat ini," jelas Hani.

"Oh ... i--iya, a--akan aku minum airnya sekarang juga," tanggap Rian, agak terbata-bata akibat salah tingkah.

Hani jelas menyadari hal itu namun memilih untuk tidak menanggapi gugupnya Rian.

* * *

TELUH BELINGWhere stories live. Discover now