19 | Berhasil Memancing

978 112 8
                                    

Semua kaca yang sudah dilepaskan dari beberapa jendela yang ada di kantor itu kini disusun tepat pada bagian tengah area lantai bawah. Ziva meminta Rasyid dan Mika untuk mengamankan semua karyawan dan karyawati ke dalam beberapa ruangan, agar mereka tidak perlu terkait dengan tempat yang sudah dikelilingi oleh kaca. Rian masih mengawasi dari atas, sementara Hani sedang mengantisipasi jika seandainya makhluk itu akan datang lagi secara mendadak seperti tadi.


"Apa yang akan Ziva lakukan di bawah sana dengan semua kaca itu?" tanya Rian.

"Memancing makhluk yang tadi mencekik diriku agar keluar dari tempatnya bersembunyi, Pak Rian. Makhluk itu sangat suka berada di dekat kaca, jadi menggunakan kaca untuk menjebaknya adalah pilihan yang diambil oleh Ziva," jawab Hani, saat baru saja selesai menyiram lantai dengan dua botol air yang diberikan oleh Tari.

Rian pun kembali menoleh ke arah Hani seraya tersenyum.

"Kamu benar-benar akan berhenti memanggilku dengan sebutan 'Pak' atau 'Bapak' setelah urusan pekerjaan di antara kita selesai, 'kan?"

"Kenapa? Anda merasa takut aku akan ingkar janji?" Hani bertanya balik.

"Enggak. Bukan begitu maksudku. Aku ... saat ini aku hanya sedang merasa penasaran dan ingin segera tahu, bagaimana rasanya ketika kamu sudah tidak lagi memanggil aku dengan sebutan 'Pak' atau 'Bapak'. Demi Allah aku enggak pernah sama sekali merasa takut kamu akan ingkar janji, Hani. Aku harap kamu tidak akan salah paham dengan maksud dari setiap pertanyaan yang mungkin akan kuajukan selanjutnya," jelas Rian, mencoba untuk tetap membuat Hani berpikiran positif.

"Oke. Akan aku coba untuk tetap positive thinking dengan semua hal yang anda katakan ataupun yang anda tanyakan. Sebaiknya kita sekarang fokus saja memperhatikan ke bawah sana," saran Hani.

"Ya, kamu benar. Sebaiknya kita fokus saja pada apa yang akan Ziva lakukan di bawah sana, agar pekerjaan kalian benar-benar cepat selesai."

Hani kini menatap Rian jauh lebih lama setelah mendengar harapannya. Rian pun tersadar jika ucapannya barusan bisa menimbulkan pemikiran negatif bagi yang mendengar.

"Kalau pekerjaan kalian tidak cepat-cepat selesai, maka Ziva dan Raja jelas tidak akan bisa menghindari Pak Faisal. Jadi mungkin pada akhirnya usaha kita berdua untuk menyingkirkan Pak Faisal dari sini akan gagal total. Kamu enggak mau usaha yang tadi kita kerjakan bersama justru memberi hasil yang gagal total, bukan?" Rian memberi penjelasan lagi seperti tadi.

Hani kembali mengulum senyum di hadapan Rian, setelah mendengar penjelasan untuk yang kesekian kalinya. Sementara pria itu sendiri justru merasa senang saat melihat bagaimana upaya Hani yang terus bertahan dengan pendirian kuat agar tidak tertarik pada Rian.

"Apakah cukup sulit bagi kamu, karena harus bertahan sampai sekuat itu hanya demi tidak tertarik kepadaku? Kamu tampaknya belum pernah bertahan sampai sejauh yang kamu lakukan sekarang," ujar Rian.

"Hm ... anda benar. Sangat sulit rasanya bagiku untuk bertahan daripada biasanya. Karena baru kali ini ada seorang pria yang berusaha tanpa henti untuk membuatku tertarik. Padahal biasanya jika aku sudah mulai bicara tegas dan bersikap tidak peduli, maka orang itu akan segera mundur dengan sendirinya. Anda juga benar, aku belum pernah bertahan sampai sejauh ini sebelumnya. Dan entah akhirnya aku akan bertahan sampai sejauh apa, intinya, anda tetap tidak akan bisa mendapatkan apa yang anda inginkan dariku dengan mudah," balas Hani, yang kemudian segera berpaling dari wajah Rian dan menatap ke lantai bawah.

Senyum di wajah Rian semakin mengembang. Ia merasa sangat senang saat tahu bahwa jalannya untuk meraih hati Hani tidak akan mulus-mulus saja. Ia merasa tertantang, dan ia jelas tidak akan menyerah.

Di bawah, Ziva kini berdiri tepat di tengah-tengah ruangan bersama Raja. Rasyid dan Mika sudah siap untuk melaksanakan tugas mereka jika makhluk tak berkulit itu akhirnya muncul. Tari meminta tolong pada petugas medis untuk meminumkan air yang masih tersisa kepada para korban, untuk memancing keluarnya makhluk itu dari tempatnya bersembunyi.

Setelah beberapa saat berlalu, kaca-kaca di tengah ruangan itu pun mulai tampak bergetar. Raja terus berdzikir seperti yang Ziva minta, sementara Mika dan Rasyid mulai bersiap di tempat masing-masing. Hingga tak lama kemudian ketika suasana akhirnya menjadi hening, perasaan Rian mendadak terasa tidak enak.

PRANGGG!!!

Sesuatu mendadak melompat dari atap gedung kantor tersebut dan membuat beberapa kaca yang dijadikan pancingan pecah berkeping-keping. Rasyid dan Mika pun segera menyiram sekeliling bagian luar lingkaran kaca yang disusun tadi dengan air yang sudah didoakan bersama seraya membaca doa bersama.

"A'uudzu biwajhillaahil kariim, wabikalimaatillaahit-taammaatil-latii laa yujaawizuhunnaa barrun wa faajirun, min syarri maa yanzilu minas-samaa'i, wa min syarri ma ya'ruju fîhaa, wa min syarri maa dzara'a fil-ardhi, wamin syarri ma yakhruju minhaa, wa min syarri fitanil-laili wan-nahaari, wamin syarri thawaariqil-laili, wamin syarri kulli thaarinin illaa thaariqan yathruqu bi khairin, yaa rahmaan!"

Makhluk tak berkulit itu ingin kembali melarikan diri untuk menjauh dari Ziva ataupun Raja, namun sayangnya dia sudah terjebak di dalam lingkaran tersebut dan tidak memiliki jalan keluar. Akibat terkurung itulah, akhirnya wujud makhluk tak berkulit itu perlahan bisa terlihat oleh semua orang yang ada di kantor tersebut.

"Astaghfirullah hal 'adzhim! Ma--makhluk apa itu?" tanya Rian, kaget dan gugup disaat bersamaan.

"Tampaknya itu adalah makhluk yang tadi mencekik diriku, Pak Rian," jawab Hani, yang sama sekali tidak mengalihkan tatapannya dari makhluk tersebut.

Ziva menghalangi pandangan makhluk itu ke arah Raja, ia segera mempersiapkan pertahanannya dari makhluk itu.

"A'udzubillaahi minasy-syaithaanirrajiim. Bismillahirrahmanirrahim. Bismillahilladzi laa yadhurru ma'asmihi syai'un fil ardi wa laa fissamaa'i wa huassami'ul 'alim."

BRUAKKKHHH!!!

PRANGGG!!!

Dua buah kaca yang melayang ke arah Ziva dan Raja pecah berkeping-keping sesaat setelah makhluk itu melemparkannya dengan kuat. Melihat kuatnya pertahanan yang Ziva lakukan, makhluk itu pun mulai kembali berusaha untuk melarikan diri.

"Robbi a'uudzubika min hamazaatisy-syayaathiin wa a'udzubika robbi ayyahdhuruun. Wa hifzhom ming kulli syaithoonim maarid. Bismillahirrahmanirrahim!"

BLAAAMMMM!!!

Satu serangan telak diberikan oleh Ziva ke arah makhluk tak berkulit itu hingga membuatnya tampak mulai terbakar. Makhluk itu pun segera memutuskan menghilang dari hadapan Ziva dan Raja, sekaligus menghilang dari kantor tersebut.

"Ke mana perginya makhluk itu, Ziv?" tanya Hani, sedikit lebih keras.

"Ke tempat Tuannya berada. Aku dan Raja akan mengejarnya sekarang," jawab Ziva.

Ziva dan Raja pun segera keluar dari gedung kantor tersebut setelah menerima kunci mobil dari Rasyid. Hani kini beranjak turun ke bawah bersama Rian untuk segera memeriksa keadaan para korban yang tadi masih dalam kondisi sakit.

"Keadaan mereka semua sudah mulai membaik, Pak Rian," lapor Tari, setelah mendapat laporan dari petugas medis yang memeriksa.

"Alhamdulillah, Ya Allah," tanggap Rian, terdengar begitu lega.

* * *

TELUH BELINGWhere stories live. Discover now