🌻 Bagian 11

1.2K 117 8
                                    

Selamat membaca guys :)
.
.
.
Tandai jika ada typo ya >_<
.
.
.
Sarannya juga boleh 😉👍
.
.
.

Note:
Lanjutan flasback "Bagian 9" ya

Setelah tiba dirumah sakit, kedua anak laki-laki itupun langsung di bawa ke ruang ICU.

Pria yang memimpin tadi duduk di kursi tunggu, menyandarkan seluruh tubuhnya pada punggung kursi besi itu. Kepalanya mendongak ke atas, menghela nafas lalu menutup mata.

Mengistirahatkan sejenak pikiran dari kejadian yang tidak terduga hari ini.

"Cap"

Panggilan itu membuat ia membuka mata, kepalanya di miringkan kesamping dengan posisi yang masih sama.

Joo, bawahannya itu tengah berjalan mendekat dengan 2 gelas berisi kopi di kedua tangannya.

Saat Captainnya sudah menerima segelas kopi dan mengucapkan terima kasih, Joo akhir duduk disampingnya sembari memperhatikan kopi yang terlihat berkilauan di timpa cahaya lampu lorong ICU.

"Keperluan yang di perlukan sudah di urus, Joo?"

Joo menaikkan pandangan dan menoleh kesamping, memperhatikan Cap-nya yang sedang meminum kopi dengan tenang, setelah melontarkan pertanyaan untuknya.

"Sudah Cap."

Pria itu mengangguk puas mendengar itu, kemudian matanya menatap lampu ruang ICU yang masih bewarna merah. Selang ia mengalihkan pandangan pada Joo, hendak melontarkan pertanyaan, lampu berubah menjadi hijau dan pintu ruangan pun terbuka otomotis.

Seorang dokter dengan berpakaian operasi lengkap keluar dengan beberapa orang suster yang kemudian berpencar untuk melakukan tugas yang di tetapkan.

Pria itu segera berdiri dan bergegas menghampiri sang dokter. Joo mengikuti di belakangnya.

"Bagaimana keadaan mereka, Dok?"

Sang dokter membuka masker, menatap sang pria dengan senyum yang perlahan terbit.

"Syukurlah, anak yang bapak gendong, berhasil melewati masa kritisnya, karena pertolongan pertama yang tuan berikan semasa di perjalanan. Tapi, bagian kepalanya mengalami luka yang cukup dalam dan mengenai syaraf tertentu, sehingga pasien berpotensi mengalami amnesia sementara."

"Untuk anak yang kedua, kami berhasil mengangkat peluru yang ternyata bersarang di bagian ulu hatinya yang untungnya, tidak melukai organ dalam pasien, keadaannya sudah cukup stabil. Namun, dengan berat hati kami nyatakan, pasien dalam keadaan koma."

Penjelasan dari Dokter tersebut membuat pria itu lega dan cemas, "Berapa lama pasien akan sadar, Dok?" Tanya Joo yang juga mendengar penjelasan itu.

"Kami belum bisa memastikan kapan pasien akan sadar, tergantung pasien itu sendiri dan juga pengaruh orang-orang terdekatnya. Tapi tuan tenang saja, kami akan terus memantau keadaan pasien setiap saat."

"Kedua pasien akan di pindahkan ke ruang rawat setelah beberapa prosedur pengecekan selesai, tuan bisa melihat pasien saat itu"

Pria tersebut menganggukkan kepala sambil tersenyum tipis, "Terimakasih, Dok."

Dokter itu balas tersenyum, "Sama-sama tuan, itu sudah menjadi tugas kami. Kalau begitu, saya permisi"

Usai mengatakan itu, Dokter yang menangani kedua anak itu beranjak pergi meninggalkan pria yang mengenakan kemeja hitam dan Joo di sana.

Suddenly Become a BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang