Part 13

157 14 0
                                    

Jennie masih belum bisa untuk menutup kedua matanya agar terlelap. Padahal, waktu sudah menunjukkan dini harinya. Pandangannya beralih pada sisi kosong di sampingnya, mengingat kembali pembicaraannya dengan Jimin beberapa jam yang lalu.

"Aku dan Mina memang pernah menjalin kasih dahulu saat kami masih berada di bangku SMA. Tapi kami berpisah saat kami berdua berada di tingkat 3 sekolah."

"Berpisah?"

Jimin mengangguk, "dia harus ikut dengan orangtuanya untuk pergi ke California. Mereka memiliki pekerjaan di sana, jadi mau-tak-mau Mina harus ikut dan membuat kami berpisah."

"Jadi, tak ada kontak apapun antara kau dan Mina setelah dia pergi saat itu?"

Ada jeda sejenak yang Jimin berikan sebelum akhirnya melanjutkan ucapannya. "Hmm. Kurasa selama hampir lima-belas tahun? Aku tak pernah lagi mendengar kabar tentangnya."

"Dan pertemuan pertamamu dengan Mina adalah saat aku membawanya untuk ikut merayakan ulang tahunmu saat itu?"

Jennie tak mendapatkan jawaban langsung dari Jimin saat itu. Dan tentu saja itu sudah membuatnya mengerti jika Jimin dan Mina mungkin saja sudah pernah bertemu tanpa sepengetahuannya.

"Jimin, aku ingin kau mengatakan semuanya padaku." Ucap Jennie dengan begitu lemah, bahkan berusaha untuk tetap mempertahankan dirinya agar tak langsung mengeluarkan airmatanya.

Jimin bisa merasakan bagaimana ucapan itu begitu memohon, seolah Jennie sudah lelah dan hanya ingin sebuah kebenaran saja saat ini.

"Jennie, maafkan aku..." Hanya ucapan itu yang Jimin ucapkan setelah dirinya hanya diam tadi. Kepalanya tertunduk, begitu sangat bersalah pada Jennie.

"Aku ingin tahu semuanya, Jimin. Kumohon, aku sudah lelah saat ini. Dan aku ingin kau mengatakannya padaku."

"Jennie..."

Jimin jatuh berlutut, menggenggam satu tangan Jennie. Dan Jennie tak menolaknya saat itu, membiarkan sebulir airmatanya jatuh setelahnya.

"Maafkan aku..."

"Kau mencintaiku, bukan?" Tanya Jennie, kini ikut menggenggam tangan Jimin.

"Percayalah, sayang. Aku mencintaimu lebih dari apa yang kau bayangkan selama ini. Saat itu hanyalah sebuah kesalahan karena aku terbawa oleh suasana, dan aku menyadarinya jika aku sudah menyakitimu. Dan aku ingin terus berada di sisimu saat ini, selalu. Aku ingin menebus semua yang telah ku lakukan karena menyakitimu, Jennie."

Jennie beranjak dari berbaringnya saat itu, menatap pada pintu kamarnya yang tertutup. Sebelum akhirnya beranjak dari atas ranjangnya dan keluar dari kamarnya. Tepat berada di sebelah kamarnya, ruang kerja Jimin sudah berada di hadapannya. Dengan perlahan mulai membuka pintu untuk melirik ke dalam sana.

Dan pemandangan pertama yang Jennie adalah sosok Jimin yang berbaring di atas sofa yang berada pada ruang kerjanya sana. Jennie menghela nafasnya melihat pemandangan itu, berbalik kembali ke kamar mereka hanya untuk mengambilkan selimut dan membawanya bersamanya.

Jennie membawa dirinya untuk berlutut saat itu setelah dengan berhati-hati menutupi tubuh Jimin dengan selimut yang ia bawa sebelumnya. Menatap pada wajah sang suami yang terlelap saat itu.

Entahlah, Jennie juga tak mengerti tentang apa yang ia rasakan saat ini. Ia begitu marah dan kesal setelah mengetahui tentang Jimin dan Mina yang bertemu kembali tanpa sepengetahuannya. Jennie bahkan tak tahu apa saja yang sudah keduanya lakukan di belakangnya selama ini.

Tapi di sisi lain, Jennie belum bisa untuk meninggalkan Jimin begitu saja. Apalagi dengan kenyataan dirinya sudah dibohongi. Tak apa jika dirinya dianggap bodoh, buta karena cinta ataupun tak memiliki perasaan untuk sakit hati. Jennie hanya berusaha untuk mengikuti semua naluri hatinya saja saat ini.

it hurts ❌ jenminWhere stories live. Discover now