Part 7

308 43 5
                                    

Jennie menampakkan senyumnya, bersama dengan ucapan terima kasihnya dan menerima kantung plastik berisi sekotak kue yang telah ia beli di sebuah toko roti.

"Baiklah. Kita sudah membeli roti kesukaan ayahmu. Eomma juga sudah menyiapkan bekal makan siang baginya. Dan eomma sangat yakin sekali jika ayahmu nanti akan sangat menyukai semua ini." Ucap Jennie, sembari menyentuh perutnya sendiri. Mengajak bicara bayinya yang berada di dalam janinnya itu.

Dengan masih menampakkan senyum di wajahnya, Jennie melanjutkan kembali langkahnya. Jarak antara toko roti dimana ia berkunjung saat itu cukup dekat dengan perusahaan Jimin. Tak masalah bagi Jennie untuk berjalan kaki beberapa menit. Lagipula, hal itu cukup baik baginya mengingat kembali perkataan dokter jika ia masih diizinkan untuk melakukan olahraga kecil seperti berjalan kaki seperti ini.

Lalu pandangan Jennie terhenti, pada sosok yang berada di sebrang dimana dirinya berdiri saat ini. Merasakan keanehan sendiri ketika menatap pada sosok gadis yang terlihat hanya merundukkan kepalanya.

Jennie berusaha untuk mengabaikannya, berpikir jika gadis itu sedang memiliki hari yang buruk. Semua orang pasti merasakan dimana mereka mendapatkan hari yang paling buruk di dalam hidup mereka, sehingga rasanya hanya untuk menegakkan kepala pun tak memiliki tenaga sama sekali.

Tapi, keanehan yang Jennie rasakan bukan hanya karena gadis itu mengalami hari yang buruk seperti yang ia pikirkan. Ketika pandangannya kembali pada sosok gadis di sebrang sana. Walaupun dari yang tak dekat antara keduanya, Jennie bisa melihat bagaimana pandangan gadis itu begitu kosong, seperti jiwanya terangkat begitu saja. Belum lagi dengan langkahnya yang mulai berjalan perlahan.

Jennie tentu begitu panik, karena lampu pertanda bahwa pejalan kaki untuk menyebrang belum menyala sama sekali. Tanpa ragu membawa dirinya untuk mendekat pada gadis itu--sesekali pula akan menatap sebuah mobil yang datang dengan begitu cepat. Ia bahkan mengabaikan barang bawaannya yang jatuh begitu saja karena begitu panik dan takut.

Jennie tak mendengarkan apapun di sekelilingnya, namun yang ia tahu bahwa ia berhasil menarik gadis itu dan menyelamatkannya dari sebuah mobil yang hampir ingin menabrak tubuhnya--atau menabrak keduanya jika Jennie tak datang dengan cepat.

Orang-orang di sekitar yang melihat keduanya tentu menjadi ikut panik pula, mendekat untuk menanyakan keadaan keduanya. Namun Jennie menjadi orang pertama yang beranjak dari terjatuhnya sebelumnya--menahan perih pada pergelangan tangannya--dan menarik senyumnya untuk mengatakan bahwa keduanya baik-baik saja.

"Apa yang baru saja kau lakukan tadi?! Kau mencoba untuk membunuh dirimu sendiri?!" Tanya Jennie, menghadapkan gadis itu untuk menatap padanya. Tapi yang Jennie dapatkan hanya keterdiaman si gadis yang kini mulai mengeluarkan tangisnya.

Jennie yang melihatnya tentu saja merasa ikut sedih, merasa jika si gadis pasti memiliki banyak alasan yang membuatnya berani untuk melakukan hal tadi. Maka Jennie tak mengatakan apapun saat itu, hanya menarik si gadis untuk masuk ke dalam pelukannya.

.

.

"Apa?! Kau mengalami kecelakaan?!"

Jennie hanya berhela ketika mendengar suara terkejut Jimin di balik telepon saat itu.

"Dimana kau sekarang? Aku akan menjemputmu."

"Jimin, tak perlu. Lagipula, aku tak apa."

"Tak apa bagaimana? Jennie, cepat katakan padaku dimana kau sekarang."

Jennie kembali menghela nafasnya, melirik ke arah gadis yang ia selamatkan tadi. "Aku baru saja menyelamatkan seseorang tadi. Syukurlah kami berdua baik-baik saja. Tapi maaf, aku tak bisa datang dan membawakanmu bekal makan siang hari ini. Tadi sempat terjatuh karena aku begitu panik untuk menyelamatkan orang itu."

it hurts ❌ jenminWhere stories live. Discover now