"Sama-sama, silahkan dimakan. Kalau ada apa-apa ke meja bapak aja ya," ucap si penjual mie ayam dan di anggukan oleh anggota Blackwolf.

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*


"Gila sih, Sha. Mereka ganteng-ganteng banget." ucap Ashel yang sekian kali.

Meisha mengetahui apa yang Ashel maksud, setelah melihat anggota Blackwolf tadi memang sepertinya Ashel tergila-gila. Apalagi saat melihat Jeihan, mungkin Ashel jatuh cinta kepada lelaki itu.

"Kak Jeihan ganteng banget, Sha. Udah gitu kalem dari teman-temannya yang lain. Sopan juga, lo sendiri kan yang lihat tadi dia bilang terimakasih sama penjual mie ayam?" ucap Ashel lagi.

"Iya, Shel. Ganteng kok ganteng," sahut Meisha yang sudah bosan dengan topik.

"Ih, jangan sampai lo suka sama dia ya. Kak Jeihan itu punya gue ya, Sha."

"Dih, siapa juga yang suka sama dia." Meisha memutar kedua bola matanya.

Yang Meisha pikiran saat ini adalah tentang keberadaan Albian, memang sepertinya Meisha akan bersekolah di satu gedung dengan Albian, ditambah lagi dengan keberadaan Sadewa. Ya Tuhan kenapa Meisha harus bersekolah yang sama dengan kedua lelaki itu.

"Shel, gue ke toilet dulu ya. Lo balik ke kelas duluan aja," ucap Meisha.

"Jangan lama-lama, katanya abis istirahat ada materi lagi dari OSIS."

"Iya, nggak lama."

Setelah itu Meisha langsung berlari menuju toilet, sebenarnya ia tidak tahu diman toilet sekolah itu tapi tadi dirinya refleks langsung berlari.

BRUKK

Saking terburu-buru nya Meisha sampai tidak melihat jalan, dirinya sibuk berlari mencari toilet. Padahal seharusnya Meisha bertanya dahulu kepada siswa-siswi disana dimana letaknya toilet, namun sepertinya gadis itu tidak kepikiran. Meisha tidak sengaja menabrak seseorang dari arah berlawanan.

"Sorry-sorry gue nggak sengaja," ucap Meisha sambil menoleh.

Mata Meisha terbuka lebar saat melihat siapa yang ia tabrak, seseorang itu adalah orang yang menolongnya satu bulan yang lalu.

Secara bersamaan, Albian juga menatap Meisha dengan datar. Mungkin Albian mengingat siapa gadis itu.

"Sorry, Kak. Gue nggak sengaja," ucap Meisha lagi.

Albian hanya menatapnya datar lalu berbalik badan dan berjalan meninggalkan Meisha yang masih menatap punggungnya.

"Dia bukan sih orangnya?" tanya Meisha kepada diri sendiri.

Dengan cepat Meisha berlari menghampiri Albian yang masih tetap berjalan.

"Kak, Kak." Meisha berusaha sopan, mengingat Albian ini adalah seniornya di sekolah.

"Kak, tungguin!" Meisha berhasil menarik lengan Albian, lelaki itu sontak berhenti dan membalikkan badannya.

Albian yang tidak nyaman itu langsung menarik lengannya sendiri agar terlepas dari genggaman Meisha.

"Sorry-sorry." Meisha merasa tidak enak hati.

"Kenapa?"

"Gue cuman mau tanya, toilet dimana ya?" Meisha memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

"Lo manggil gue cuman mau tanya toilet?"

"Kebelet gue, Kak. Bisa tolong kasih tau nggak dimana?"

"Lo nggak bisa liat ya? Samping lo itu toilet." Albian menggerakkan dagunya ke samping, memberi clue bahwa dirinya dan Meisha berhenti tepat di depan toilet.

Meisha yang mematung itu langsung merasa malu, bisa-bisanya ia tidak melihat toilet padahal jelas-jelas mereka sudah tiba di depan.

Albian yang tidak mendapatkan jawaban dari Meisha itu langsung membalikkan badannya lalu pergi, kembali ke kantin karena tadi ia sempat berpamitan untuk pergi ke kelas dengan alasan ia lupa membawa dompet.

"Malu gue, Sha." Meisha langsung menutupi wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya lalu langsung berlari kecil memasuki toilet.

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*


Pukul dua belas siang, tepat tengah hari. SMA Cahaya Bangsa sudah membunyikan bel sekolah yang bertanda waktunya untuk pulang, sebenarnya waktu pulang di sekolah itu adalah pukul tiga sore namun mungkin hari ini adalah hari pertama sekolah dan dewan guru memutuskan untuk memulangkan para murid lebih cepat.

"Lo pulang sama siapa, Sha?" tanya Ashel sambil meraih ranselnya.

"Di jemput sama Mama gue, lo sendiri sama siapa?"

Mereka berdua berjalan seiringan keluar dari kelas menuju gerbang sekolah.

"Di jemput sama Kakak gue." Ashel mengangguk paham.

Langkah Ashel terhenti dan berdiam diri sambil tersenyum ke arah depan, Meisha yang menyadari tidak ada keberadaan temannya di sebelah itu langsung ikut mengentikan langkahnya.

"Shel? Kenapa?" tanya Meisha melihat temannya sedang fokus menatap ke arah depan sambil tersenyum.

"Kak Jeihan ganteng banget, Sha." ucap Ashel pelan sambil berjalan ke arah Meisha yang tidak jauh di depannya.

Meisha mengalihkan pandangannya menuju apa yang Ashel lihat, disana ada Albian serta teman-temannya yang sedang berkumpul di area parkir.

Mata Meisha hanya berfokus pada sosok Albian, lelaki itu berdiri tegap dengan kedua tangannya yang dimasukan ke dalam saku celana abu-abunya.

Tampan, itulah yang ada di dalam pikiran Meisha. Dengan hidungnya yang mancung, berkulit putih dan senyuman manis, siapa yang tidak tertarik dengan sosok Albian jika pandangannya seperti itu.

"Ke warkop belakang dulu, ngambil motor." ucap Jeihan.

"Iya lah. Masa motornya mau di tinggal." sahut Hazen.

"Hei, kalian udah nggak pernah bawa motor lagi ya?" seorang Satpam sekaligus penjaga parkir sekolah menghampiri anggota Blackwolf.

"Bayar parkirnya mahal, Pak." jawab Jeandra.

"Iya, motor lain aja tiga ribu bayarnya masa kita lima ribu." sahut Januar.

"Loh, kan sudah ada tulisannya. Motor biasa tiga ribu, motor gede lima ribu, mobil tujuh ribu. Motor kalian kan motor gede masa nggak bisa bayar parkir,"

"Namanya motor ya tetap motor, Pak. Sama semua, sama-sama punya dua ban." ucap Wira.

Ucapan Wira berhasil membuat anggota Blackwolf lainnya tertawa dan setuju dengan ucapan Wira walaupun sedikit memaksa karena tidak terima dengan tarif parkir yang berbeda.

"Aduh, beda lah."

"Yaudah kalau gitu kita semua nggak usah bawa motor ke sekolah biar gratis," Wildan angkat bicara, walaupun dirinya cuek tapi ada saatnya ia harus bercanda. Dunia tidak asik jika terlalu serius.

Anggota Blackwolf berpamitan dengan satpam sekolah untuk pergi dari area sekolah, tidak lupa mereka untuk mencium tangan satpam itu mau bagaimana pun juga beliau lebih tua dari mereka dan mereka harus tetap mempunyai sopan santun.

"Mereka ganteng-ganteng banget, Sha." ucap Meisha yang kesekian kalinya.

"Sutt, udah!" Meisha menarik tangan Ashel untuk melanjutkan perjalanannya menuju gerbang sekolah.

* * *

TBC

Yeay bisa update lagi, Alhamdulillah.

Jangan lupa vote untuk chapter ini ya!

Bantu promote juga, ajak teman-teman kalian buat baca ALBIAN !

IG : anzolv_

ALBIAN || SCOUPS [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang