MENERIMA

8 4 0
                                    

Selamat membaca!!!

.
.
.
.
.
.

🧟🧟🧟🧟🧟🧟🧟

S

ementara di rumah Cito, keadaan Tina pun sudah membaik, walaupun belum terlalu fit. Tina kini sedang menggendong anaknya, dia berdiri di teras rumah. Sementara Cito sedang berolahraga seperti biasanya, entah itu push up ataupun yang lain.

Kemudian dia pun melakukan push up, Livy yang ada di gendongan Tina pun tertawa melihat Cito melakukan gerakan itu.

"Lucu ya Nak." Tina pun tersenyum.

Setelah itu Cito berjalan menghampiri Ibu dan anak itu. "Mbak udah mendingan?" Cito menayakan kabar wanita itu.

Tina tersenyum. "Udah mendingan kok."

"Syukurlah kalau seperti itu," ucap Cito dengan tersenyum.

"Makasih ya, udah mau nampung aku sama anak aku," ucap Tina dengan tersenyum.

"Iya, Mbak." Cito tersenyum. "Lagian aku juga senang, sekarang ada yang nemenin aku."

Setelah itu Cito pun duduk di teras rumahnya, kemudian di ikuti Tina yang duduk di sampingnya.

"Kamu capek ya?" tanya Tina.

"Gak, biasa aja kok," ucap Cito dengan tersenyum.

"Oh iya, umur kamu berapa?"

"29 tahun, kalau Mbak?"

"38 tahun sih," jawab Tina.

Dengan wajah seperti itu, memang pas jika Tina berumur segitu. Wajahnya sudah terlihat keriput, namun Tina masih terlihat cantik mungkin karena dia terlalu banyak masalah dalam hidupnya.

"Suami Mbak di mana?"

"Suami aku meninggal saat aku hamil," ucap Tina.

"Oh," ucap Cito dengan tersenyum.

"Livy kalau sama kamu kok kelihatan nyaman banget gitu ya, sampai sampai dia tertidur," ucap Tina dengan tersenyum.

"Gak tau juga sih," ucap Cito dengan tersenyum.

Tina tersenyum. "Livy suka sama badan kamu mungkin."

"Bisa jadi." Cito tersenyum.

Setelah itu Cito pun memegangi tangan Tina. "Mbak di sini aja ya temenin aku?"

"Iya Cito, aku akan di sini aja." Tina tersenyum. "Gak mungkin juga aku tinggalin orang yang udah selamatin aku."

"Selama sebulan ini Mbak tinggal di mana?" tanya Cito penasaran

"Di pengungsian yang ada di samping stadion."

"Emang ada?" tanya Cito lagi.

"Ada Cito."

"Terus kenapa Mbak pergi dari sana?"

"Aku sering di ejek, gara gara membawa anak cantikku ini. Mereka bilang, kalau aku menganggu mereka gara gara tangisan Livy."

"Serius mereka gitu?" Cito heran.

"Iya, aku juga gak nyaman di sana. Aku tinggal cuma 5 hari di sana sebelum aku pergi berlindung ke rumah itu."

"Tapi sebelum tinggal di pengungsian itu, Mbak tinggal di mana?" tanya Cito lagi.

"Di rumah rumah, aku selalu berpindah pindah dari rumah satu ke rumah lain," jelas Tina. "Aku harus kuat demi anakku ini Cito."

zombee Donde viven las historias. Descúbrelo ahora