"Mau aku belikan roti lapis dan air mineral? Kayaknya Nasi Ayam sudah tutup jam segini, kamu harus makan makanan berat." Ujar Raskal sambil melirik jam tangannya mengingat jadwal kedai kantin sekolah sudah ada yang tutup.

Nala hanya mengangguk lalu Raskal pergi bersama Fajar.

Nala diam dan memikirkan sesuatu, Nala jadi khawatir dengan kondisinya ke depan kalau Raskal terus mendekatinya seperti tadi.

Senyuman dan suara bass Raskal mengganggu pikiran Nala, belum lagi dengan sentuhan kecil yang kini mulai sering Raskal lakukan terhadapnya. Genggaman tangan dan tepukan lembut di bahu Nala itu ibarat bom nuklir yang sewaktu-waktu bisa menghancurkan pertahanan Nala dalam sekejap.

Nala jadi memikirkan bagaimana nantinya dirinya semakin dekat dengan Raskal lalu mereka memiliki hubungan romansa yang Nala idam-idamkan selama hampir setahun ini.

Nala membayangkan, suatu saat nanti Raskal akan lebih sering menggenggam tangannya, atau sering mengelus puncak kepala Nala sambil tersenyum dan berkata..

"Raskalnya Nala.."

"Raskal milik Nala.."

"Nala milik Raskal seorang.."

"Nala punya Raskal.."

"Raskal punya Nala.."

"Raskal suka Nala.."

"Nala, saranghaeyo.."

Angger baru saja menyelesaikan prakaryanya lalu menoleh, tertegun dan bingung dengan keterdiaman Nala di sampingnya. Wajah gadis itu begitu merah dan berkeringat.

Tanpa Angger tahu perasaan Nala yang ingin sekali berteriak hanya dengan angan yang berterbangan di pikirannya.

Angger kembali menyibukkan dirinya lagi.

-0-

Satu persatu tugas kelompok Nala diperiksa. Masing-masing menilai dan memberi arahan untuk memperbaiki tugas mereka agar nantinya tugas mereka mendapat hasil maksimal.

Setelah semuanya kelar, mereka memutuskan pulang.

"Nala.."

Nala menoleh, mendapati Raskal sudah menenteng tas besarnya ke punggung. "Mau pulang bareng?"

Nala diam sesaat, ia memandangi Raskal seolah Raskal sedang memberi soal energi fisika yang tak dimengerti Nala dan Nala sulit menjawab.

"Hmm.. itu.. itu.. ke toilet.." gagap Nala kambuh dan Raskal mendengus geli mendengar ucapan Nala.

"Mau ke toilet dulu maksudnya. Iya, ke toilet dulu aja."

Nala menunduk malu, Raskal barus saja memberinya ijin ke toilet seakan mereka pasangan serasi yang sering pulang bareng-bareng.

Nala melesat ke toilet. Bukannya mau buang air, Nala sibuk menahan histerisnya di sana sambil mengelus dadanya berbuncah kebahagiaan.

Jadi, enaknya mau outdoor apa indoor?

Merasa jauh lebih baik. Kondisinya stabil dan pernapasannya selancar ruas tol, Nala begitu percaya diri keluar dari toilet. Aura bahagianya terpancar sampai auranya tertangkap beberapa siswa yang menyaksikan bagaimana Nala melangkah keluar tak gentar.

Ketika langkah lebarnya sampai menuju kelas, langkahnya memelan disaat Nala melihat Raskal dan Lea di ambang pintu.

Nala menyaksikan bagaimana Lea sedang mengadu sakit dengan satu tangannya memeluk perut. Wajahnya sedikit pucat menatap Raskal.

Tampak tak sungkan, Raskal menarik satu tangan Lea ke pundak Raskal lalu Raskal memapahnya. Langkahnya terhenti ketika Raskal mendapati Nala di dekatnya.

Nala menatap Raskal dan Lea bergantian. Matanya tersirat akan maksud tindakan Raskal memapah Lea.

"Nala, maaf, aku harus antar Lea ke klinik dulu. Maagnya kambuh. Nggak apa-apa kalau kamu pulang diantar Fajar?"

Tak lama Fajar muncul dari belakang Raskal.

"Fajar, aku titip Nala sama kamu. Aku harus antar Lea." Ujar Raskal pada Fajar tanpa meminta persetujuan Nala lebih dulu. Fajar hanya mengangguk, menyetujui. Sementara Nala masih terpaku dengan apa yang ia lihat saat ini.

Begitu dekat dan erat rangkulan Lea di pundak Raskal. Juga tatapan Lea pada Nala.

Nala merasa aneh, tidak, Nala merasa terganggu dengan tatapan Lea yang ditujukan hanya untuknya saat ini. Tatapan penuh makna itu menaikkan aliran darah Nala ke kepala secara perlahan. Nala kira ini cemburu. Tapi Nala menepis perasaan itu. Ia tidak punya hak, tapi anehnya rasa itu muncul dan terasa menyebalkan sekarang.

Sebelum Raskal kembali memapah Lea, Raskal berkata, "Nala, aku pergi dulu. Kamu hati-hati ya. Maaf aku nggak jadi antar kamu pulang. Aku harus antar Lea. Tapi aku berhutang padamu. Aku akan mengingatnya."

Raskal mengatakannya dengan mudah, tanpa pemuda itu tahu kalau kata-katanya dan tindakannya pada Lea di depan matanya menimbulkan seutas retak di hati Nala.

Secret AdmirerKde žijí příběhy. Začni objevovat