020.

4.8K 457 10
                                    

Sore menjelang, Nala baru saja bangun dari tidurnya. Obat yang diberikan Dokter sangat efektif dalam proses penyembuhannya. 

Kamarnya senyap, hanya mendengar hamparan gorden mendayu-dayu tertiup angin. Begitu lembut hingga Nala merasakan ketenangan sejenak sampai ia mendengar suara tawa dari luar kamar.

Nala menatap pintu yang tertutup. Samar-samar Nala mendengar suara sahabatnya tertawa, ada Santa di bawah. Sepertinya sedang bercanda gurau dengan sang Ibu. Dan Santa tampak tak sendirian datang ke rumahnya, karena Nala juga mendengar ada suara bas menyatu dengan suara tawa Santa.

Nala meneliti suara itu. Semakin menumpuk dengan tawa Ibu dan tawa Kak Tama.

Terlalu sibuk menelaah pendengarannya, Kak Tama muncul dibalik pintu kamar Nala. Kak Tama mrnghrla napas lega melihat adiknya sudah bangun setelah makan dan minum obat.

"Sudah bangun."

Kak Tama masuk dan berdiri di ambang pintu, masih menggunakan kemeja panjang yang lengannya digulung sampai siku dan celana bahan. Pakaian kerjanya belum sempat Kak Tama ganti sejak ia menjemput Nala ke sekolah, membawanya ke klinik sampai sore ini.

"Sudah enakan?" tanya Kak Tama dan Nala langsung mengangguk. Semu merah di pipinya muncul, Nala jauh lebih membaik.

"Sudah Kak." 

Kak Tama tersenyum lega. 

"Di luar ada Santa ya, Kak?" Tanya Nala agar segera menuntaskan rasa penasarannya. Kak Tama mendekat dan duduk di sisi tempat tidur Nala.

"Iya. Ada teman-temanmu di bawah."

Teman-teman? Pikiran Nala mengoreksi, kalau Kak Tama bilang teman-teman berarti bukan hanya Nala saja.

Apa teman sekelasnya ada yang datang menjenguknya? Nala tertegun namun bingung. Tapi tentu Nala senang ada teman-temannya datang.

"Santa datang sama siapa, Kak Tama?"

Tak lama Santa muncul. Santa meneriaki nama Nala dan bergegas masuk ke kamar Nala. Kak Tama menjauh. Membiarkan Santa menaiki ranjang Nala. Hal itu sudah biasa terjadi. Tak jarang juga Nala menginap ke rumah. Kak Tama sudah menganggap Santa seperti adiknya sendiri.

Tak hanya Santa, dua orang pun muncul dan Nala tertegun.

Jian dan Raskal pun juga datang menjenguk.

Sontak kegugupan meraup Nala dan pipi Nala semakin memerah.

Kegugupan Nala terbaca Raskal dan Jian, juga Santa dan Kak Tama. Santa langsung mengajak Nala berbicara lagi, memberikan perhatian penuh. Tangan Santa terangkat dan menempel ke kening Nala untuk mengukur suhu tubuh. Matanya tak luput memerhatikan wajah sedikit pucat Nala.

"Kamu udah makan 'kan? Udah minum obat?"

Nala hanya mengangguk. Belum berani mendongak. Pastinya saat ini Nala sedang dalam berantakan dan Raskal sudah melihat bagaimana wajah bantal Nala ketika sakit. Nala yakin, pasti Raskal berpikir kalau Nala sedang jelek saat ini.

Nala malu. 

Padahal Raskal tidak memikirkan sejauh itu selain ingin melihat gadis manis yang ia ajak ke taman menikmati sisa jam istirahat. Niatnya ia ingin mengobrol santai di Taman bersama Nala di sisa jam istirahat setelah itu mereka bersama-sama menuju kelas.

Nyatanya ekspektasi Raskal terlalu jauh, Nala tiba-tiba mimisan membuat Raskal panik setengah mati.

Dulu Raskal suka mimisan setelah ia memaksakan diri untuk latihan basket. Siang setelah pulang sekolah sampai malam Raskal terus berlatih. Ia bahkan semgaja melupakan jam makannya supaya targetnya tercapai.

Secret AdmirerWhere stories live. Discover now