019.

4.6K 427 13
                                    

Nala menarik napas, lalu menghembuskan perlahan.

Sudah setengah jam Nala melakukan itu, duduk di taman seorang diri tepat dibawah pohon rimbun yang menyejukkan. Tapi sejuknya belum bisa mengikis kegugupannya.

Tersisa sepuluh menit lagi bel masuk kelas akan berbunyi. Dan sampai saat ini Raskal belum muncul juga. Sebelum Nala ke taman, Raskal sudah mengatakan bahwa ia harus menemui Bu Endang di ruang guru dulu.

Saat itu Nala hanya mengangguk malu dan lekas ke taman sambil membawa kotak bekalnya. Santa yang diam-diam mengetahui itu tentu langsung mendukung dan menyuruh Nala cepat-cepat ke taman supaya Raskal tak menunggunya. Nyatanya Nala yang menunggu Raskal. Tapi Nala tidak kesal kok, semakin lama ia menunggu debarannya terus mengganggu.

Kalau bisa teriak, Nala akan berteriak. Tapi 'kan tidak bisa, ia masih di sekolah dan tidak mungkin ia melakukan hal nekat yang dapat menarik perhatian orang-orang. Bisa dianggap gila nanti.

Ya tapi Nala hampir mau gila sih, haha..

Sesekali Nala melirik jam tangannya, jarum detiknya terus bergerak hingga menit kedua berjalan. Tersisa delapan menit lagi dan Raskal masih belum muncul juga.

Kini kegugupan Nala berubah menjadi gelisah dan pasrah. Kalau nyatanya Nala dan Raskal tidak bisa menghabiskan sisa waktu berdua di taman, Nala akan kembali ke kelas dan menyantap bekalnya di kelas saja.

Tersisa lima menit lagi dan Nala mulai menyerah. Ia hendak berdiri namun Raskal tiba-tiba saja muncul dengan napas naik turun. Raskal habis berlari dan membungkuk untuk mengatur napasnya.

"Maaf.. aku.. telat.." Ucapnya terbata-bata karena masih harus mengatur napasnya. "Maaf, Nala."

Nala terkesiap dan langsung mengangguk lalu menggeleng. Rasa gundahnya seolah lenyap dengan ribuan kupu-kupu menghinggap di perut sampai dadanya.

Setelah sekian lama, Nala bisa bertemu Raskal. Bukan dalam hal kegiatan sekolah atau ketidak sengajaan. Dan melihat usaha Raskal untuk berlari ke taman menemuinya membuat hati Nala berbunga-bunga.

Mereka sama-sama duduk di bangku taman, tempat di mana Nala menunggu Raskal tadi. Mereka duduk berdekatan menyisakan sedikit jarak supaya mereka tidak sama-sama malu ketahuan akan debaran yang menggila menghinggap di rongga dada mereka.

Wajah mereka pun sama-sama bersemu, seperti bunga-bunga bermekaran di musim panas. Canggung menguasai, dan mereka menikmati perasaan itu dengan sukacita.

Perlahan Raskal menoleh, melirik Nala yang menunduk malu. Raskal ingin mengatakan sesuatu, mengobrol lebih banyak seperti permintaannya di sepucuk surat yang ia buat semalaman dan ia masukkan diam-diam ke loker Nala tadi pagi.

Untuk pertama kalinya Raskal seperti seorang pencuri; mengendap-ngendap ke kelas tanpa ada seorangpun di sana kecuali dirinya. Memastikan tidak ada satupun yang melihat keanehannya, Raskal buru-buru meletakkan sepucuk surat ke loker Nala. Lalu ia melesat keluar dan memutuskan untuk menunggu di atap sekolah.

Disaat Raskal ingin ke kelas ketika siswa dan siswi sudah banyak berdatangan, tiba-tiba Raskal didatangani Lea dan kakak kelas. Kakak kelas itu menembak Lea namun Lea menolak dengan alasan ia sedang dekat dengan Raskal.

Mendengar itu Raskal kesal. Raskal tidak paham mengapa Lea menggunakan alasan tersebut hingga ia didatangi kakak kelas untuk meminta penjelasan mengenai hubungan mereka.

Sudah jelas baik Raskal dan Lea tidak ada hubungan lebih selain mereka berteman. Dan kondisi mereka disaksikan banyak orang, termasuk Nala. 

Raskal cemas setengah mati. Menduga-duga jika kejadian tadi pagi akan membuat Nala berpikir dirinya dan Lea ada hubungan lebih. Dan mungkin saja melihat kejadian ini Nala tidak mau lagi memberikan surat dan mengobrol dengannya.

Secret AdmirerWhere stories live. Discover now