006.

4.9K 481 3
                                    

Awalnya Raskal akan menghampiri Nala dan bertanya langsung pada Nala tentang surat dan bungkusan biskuit di loker seperti apa yang Jian katakan.

Namun Raskal memilih menahan dirinya dan diam-diam memperhatikan Nala di belakang sana. Sesekali pemuda itu meliriknya, menatapnya, dan memperhatikannya seakan Nala adalah seekor mangsa yang sulit untuk Raskal terkam.

Banyak pertimbangan dan praduga yang datang menghampiri. Raskal berpikir kalau ada orang menyuruh Nala meletakkan surat dan biskuit ke lokernya. Siapa orang yang menyuruhnya sampai Nala bersedia melakukannya?

Netra hitamnya memperhatikan Nala bagaimana cara gadis itu mengobrol dengan Santa, teman semejanya. Sesekali ia tertawa dan diam menyimak Santa bercerita.

Belum lama ini Raskal pernah mendengar teman sekelasnya membicarakan sosok Kanala Gianni. Hampir setahun—delapan bulan—mereka sekelas, Raskal memang baru saja menyadari betapa manisnya paras Nala di mata Raskal.

Rambut panjang sebahu dengan poni tipis, terlihat lucu menutupi keningnya. Alisnya cukup tebal dengan mata besar. Nala memiliki netra hitam menyala. Seperti mata rusa. Hidungnya cukup bangir serta bibir penuh berwarna merah plum. Merekah ketika tersenyum di mata Raskal.

Dan Nala memiliki daya tarik yang berbeda dengan Santa di sampingnya, atau beberapa perempuan sebayanya yang bahkan parasnya jauh lebih cantik dari Nala.

Salah satunya adalah Lea—perempuan cantik yang akhir-akhir ini dekat dengan Raskal setelah Lea menemukan dompetnya yang tertinggal di kantin pada saat itu. Setelah kejadian tersebut Raskal dan Lea jadi dekat. Raskal lupa dari mana awal mulanya sampai Raskal dan Lea mulai sering bertukar pesan.

Kedekatannya dengan Lea menimbulkan spekulasi dan buah bibir sampai semua siswa dan siswi tambah mengetahui bagaimana sosok Raskal yang dekat dengan Lea setelah insiden memukul kakak kelas di toilet, juga dekat dengan Lea. Semua yang mendengar dan melihat kedekatan mereka secara langsung tentu menduga bahwa mereka sebenarnya memiliki hubungan lebih dari sekedar teman. Namun dugaan mereka sampai saat ini tak membuat Raskal merasa goyah pada hatinya.

Raskal tak memungkiri paras Lea. Lea gadis cantik yang ia temui. Mungkin hanya orang bodoh yang bilang Lea jelek. Lea bagaikan Lee Ji Eun versi mudanya. Rambutnya hitam berkilau dan panjang sepunggung. Kening kecil, mata besar, hidung bangir dan memiliki lengkungan bibir tipis, mungil nan memukau. Mrnggunakan asesoris terang atau gaun panjang akan sangat cocok dikenakan perempuan itu. Lea pantas disebut sebagai Princess di dunia nyata.

Tak hanya paras, Lea juga pintar dalam akademik. Namanya di urutan pertama pada peringkat kelas di semester awal. Banyak guru pun menyukainya karena Lea disiplin dan patuh. Kalem dan lembut. Ramah dan sopan.

Banyaknya kelebihan Lea masih belum bisa membuat Raskal jatuh hati pada Lea walau ia bisa atau ingin. Raskal tidak tahu, dan Raskal tidak paham kenapa alasannya. Yang ia tahu, ia hanya ingin berteman baik dengan Lea. Dan atau dengan siapapun.

Netra hitamnya kembali memperhatikan Nala yang kini sibuk mencoret bukunya menggunakan stabilo. Terdapat poin-poin penting yang harus Nala tandai di sana. Raskal menduga ia sedang merangkum materi Bu Riwi yang telah dijelaskan pada saat mata pelajarannya berlangsung belum lama ini.

Jian yang menengok ke arah temannya setelah menundukkan diri untuk tertidur sejenak, diam-diam Jian menyadari kegiatan Raskal. Tampak sesekali kepalanya Raskal menoleh dan melirik ke belakang. Diam-diam memperhatikan Nala sibuk di sana. Jian agak terperangah dengan kegiatan sahabatnya sejak kecil itu. Namun Jian tidak ingin mengusiknya sedikitpun. Ia membiarkannya saja sampai guru lain datang memasuki kelas mereka.

-0-

Lea duduk dan menunggu Raskal di lorong sekolah. Sesekali ia memperhatikan apa yang bisa Lea lihat dan tertarik di sekitarnya. Entah meliirik ke mading sekola, lemari tropi penghargaan, atau beberapa siswa-siswi melewatinya.

Sekolah mulai sepi karena jam pelajaran sudah berakhir setengah jam yang lalu. Belum lama ini Raskal mengirimkannya pesan kalau ia akan telat menemuinya. Rencananya mereka akan bersama-sama menemui Bu Endang sebegai Guru Kesenian di ruang guru. Bu Endang menghubungi mereka secara pribadi untuk bertemu pada saat jam sekolah berakhir.

Tak lama menunggu, akhirnya Raskal menemui Lea. Lea langsung berdiri dan menyapa Raskal dengan senyuman manis. Raskal membalas sapaannya.

"Langsung aja ke ruang guru ya."

Lea mengangguk dengan saran Raskal lalu mereka bersama-sama ke ruang guru menemui Bu Endang.

Pada saat mereka tiba di ruang guru dan menemui Bu Endang, beliau meminat Lea dan Raskal mengikuti acara pentas seni yang akan diadakan tiga bulan lagi. Bertepatan dengan hari kelulusan kakak kelas mereka. Bu Endang menjelaskan bahwa acara pentas seni tersebut diadai dengan sesi melukis tembok di dinding mengelilingi lapangan bertemakan semangat pelajar meraih cita-cita.

Mengetahui Lea dan Raskal berbakat dalam melukis, Bu Endang mengajak mereka untuk ikut serta di acara tersebut.

Disaat Bu Endang memohon partisipasinya, Raskal terdiam. Ia ragu. Keahliannya dalam melukis tidak sebagus Lea atau beberapa siswa-siswi lain yang ikut berpartisipasi. Raskal melukis karena suntuk tidak bisa lagi merasakan degupan dan getaran semangat bermain basket. Disaat Bu Endang tak sengaja melihat dan terpukau dengan hasil lukisan Raskal saat ia mengumpulkan tugas keseniannya kepada Bu Indah—guru kesenian yang mengajar di kelas Raskal, sebenarnya Raskal melukisnya tidak maksimal.

Jika bisa memilih, Raskal hanya ingin di rumah menikmati hari liburnya.

Sementara Lea tanpa berpikir panjang langsung mengiyakan dan antusias dengan acara tersebut.

Membayangkan bagaimana hari tersebut tiba, cuaca sedang cerah dan sekolah akan ramai. Mereka akan menggambar dinding bersama-sama. Menggambar pola dan menuang cat pun bersama-sama.

Melukis adalah hal yang disukai Lea.

Dan Raskal.

Setelah bertemu Bu Endang, Lea dan Raskal masih bersama-sama menuju parkiran. Raskal bermaksud ingin mengantarkan Lea pulang, tapi sayangnya Lea sudah dijemput sehingga Lea terpaksa menolak walau ia ingin sekali.

Tak jauh dari posisi mereka di parkiran, Nala masih berada di sekolah. Hendak menuju parkiran karena ia akan diantar pulang sama Santa. Katanya Santa mau ketemu Pak Andre di ruang guru lebih dulu, jadi Nala akan menunggunya di parkiran.

Ketika Nala lebih dulu menuju parkiran, langkahnya terhenti setelah menatap punggung Raskal dan Lea di sana. Tanpak bercengkrama sejenak sebelum Lea meninggalkan Raskal lebih dulu.

Tangan Nala mengerat kuat, kesal. Matanya sedikit perih melihat pujaan hatinya bersama gadis yang disukai di sekolahnya. Gadis yang selalu dibicarakan di kelasnya dan diagung-agungkan oleh guru.

Ketimbang dirinya yang hanya gadis biasa, tidak begitu cantik dan tidak begitu pintar.

Wajar untuk seorang Raskal Sastrawijaya menyukai Lea Rukmana.

Mereka ibarat pangeran dan putri kerajaan. Cantik dan tampan. Nama mereka selalu disanding-sandingkan setiap Nala dengar dari beberapa temannya.

Bahkan dari namanya saja—Raskal dan Lea—terdengar cocok dan pas di telinga. Justru akan terdengar aneh jika nama Raskal disandingkan dengan Nala—Raskal dan Nala—itu terdengar dipaksa-paksakan.

Nala menunduk, ciut melihat kedekatan mereka.

Sebelum perihnya turun ke hati, Nala lebih baik berbalik dan menunggu Santa di kantin. 

Secret AdmirerWhere stories live. Discover now