Mendengar penjelasan panjang Indah membuat Anara terdiam, jujur dirinya bingung bereaksi seperti apa, karena dirinya gak pernah berada di posisi Indah. Tapi Anara juga kes dengan ucapan terkahir Indah. Karena Indah lah Anara jadi sering sarapan dan makan malam sendirian.

"Gue turut prihatin sama lo, tapi gue gak membenarkan apa yang lo perbuat sama Argara itu keputusan yang tepat. Gue mohon sama lo, hapus rasa suka lo itu ke Argara, karena gue istrinya."

Awalnya Indah terkejut dengan fakta yang baru ia ketahui, tapi keterkejutan nya itu baru ia sadari saat teringat kata-kata Argara saat kejadian malam itu.

Indah mengangguk. "Gue udah tau."

Sekarang giliran Anara yang terkejut. "Hah? Kok bisa tau? Tau darimana?"

"Dari Argara nya sendiri, saat malam gue jebak dia, dia ngomong ngawur banget. 'Masa katanya gini "Tiap malam, Nara. Hampir tiap malam aku harus mengendap kayak maling untuk bisa masuk ke kamar kamu, peluk kamu, bahkan aku dengan lancang nyium kening, pipi, mata, hidung, bahkan bibir kamu saat kamu tidur, aku senang walaupun gak dapet balasan apa-apa dari kamu. Aku udah kayak maling di rumah aku sendiri." Nah, disitu gue juga bingung, kok bisa dia tiap malem selalu nyelinap ke kamar lo, eh rupanya satu atap," Indah pun meniru ucapan Argara dengan nada acak.

Mendengar tambahan cerita tersebut, membuat tubuh Anara terdiam bak batu. "Pantes tiap malam ngerasa berat, gue kira ketindihan makhluk halus, rupanya—" gumam Anara sambil menghela nafas.

Mendengar gumaman Anara membuat Indah tertawa kecil. "Lucu ya."

Atensi Anara kembali ke Indah yang masih terkekeh kecil. "Lo bisa kok anggep gue sebagai temen lo."

Ucapan Anara tiba-tiba itu membuat Indah terdiam lalu matanya berkaca-kaca. "Makasih, Anara. Lo baik banget, padahal gue udah punya niat buruk buat ngerebut suami lo," ucap Indah terharu.

"Itu udah lalu, sekarang fokus aja ke depan. " ucap Anara. "Gue balik duluan ya, udah kelamaan juga gue disini. Bye, Indah!"

"Sekali lagi gue minta maaf," ucap Indah saat Anara hendak membuka pintu caffe. "Hati-hati."

Anara menoleh ke belakang dan tersenyum. "Sip!"

***

Sesampainya dirumah, Anara melihat bahwa kendaraan yang Argara pakai saat undangan tadi surah terpakir rapi di garasi, berarti—Argara sudah pulang.

Diruang keluarga, Anara dapat melihat Argara duduk dengan tenang sambil menonton televisi dengan pakaian yang lebih santai.

"Udah malem baru inget pulang, dari mana aja?"

Langkah Anara terhenti saat mendengar suara Argara. Melihat Argara, Anara teringat dengan ucapan Indah tadi membuat Anara rasanya sedikit malu.

"Ditanya itu ya di jawab."

Lagi, suara Argara terdengar membuat Anara menoleh. "Keluar sebentar tadi, ada urusan."

"Sama siapa?"

"Apanya?" Anara bingung, pasalnya Argara bertanya setengah-setengah.

"Ketemuan sama siapa tadi?"

Mulut Anara membulat. "Oohh. Emm, ketemuan sama temen tadi."

"Beneran?" tanya Argara memastikan.

Anara mengangguk keras. "Iya. Yaudah deh gue mau ganti baju dulu," Anara pun langsung melangkah ke kamarnya.

Lihatlah mereka bercakap-cakap seolah masalah yang lalu sudah selesai.

Argara kembali fokus ke televisi didepannya sambil diiringi makan jajanan ringan dan beberapa minuman soda. Ekor mata Argara melihat Anara turun dengan pakaian lebih santai seperti kaos oblong kebesaran dan celana pendek sepaha. Bisa ia lihat kalau Anara berjalan keluar dari dapur dengan beberapa makanan dan minuman ditangannya menuju ke arahnya.

ARGARA: Cold Husband [ END ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora