25. Menangis?

1.5K 184 20
                                    

Happy Reading😍
Jangan jadi siders pliss😢

Happy Reading😍Jangan jadi siders pliss😢

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sayang, lo lagi telpon sama siapa?"

Aretha melotot. Buru-buru mematikan sambungan telponnya dan menyimpannya di bawah bantal.

Tak lama Sea masuk dengan wajah datarnya.

"Siapa yang lagi telpon?"

"Lo.Ta.di."

Aretha menggeleng. Bola matanya bergerak gelisah. "Lo salah dengar kali. Orang gue latian ngomong sendiri, kok. Buat.. latihan drama."

Sea menaikkan satu alis. Mendadak tersenyum miring. "Drama?" Cowok itu mengikis jarak sampai sepatunya bersentuhan dengan sendal Aretha.

Aretha spontan mundur. "Iya kan? Bentar lagi lo juga mau ujian kelulusan. Kelas gue nyiapin drama buat acara pentas seni nanti."

Sea terdiam menikmati ekspresi ketakutan Gadis itu.

"Sungguh?"

"Iyaa.."

"Sejak kapan club Drama pasrahin tugas mereka ke kelas kalian?" Maksud ucapannya adalah, Aretha kentara sekali tengah berbohong.

Aretha tertawa garing. Goblok! Batinnya merutuki diri. Tidak mau semakin salah, ia hanya diam saja sambil menatapi lantai.

Di detik berikutnya, Gadis itu terhenyak saat tiba-tiba Sea menyentuhkan hidung mereka. Tangan kekar Cowok itu bahkan menekan belakang lehernya agar tidak bisa bergerak. Sedangkan tangannya yang lain mencengkram pinggang Aretha.

"Sayang, lihat mata gue. Gue gak suka lo abai," bisiknya penuh penekanan.

Terlalu kaget, Aretha tidak bisa berkata apa-apa selain menenangkan jantungnya yang terpompa begitu cepat. Berada pada posisi sedekat ini, terkadang, ia kesulitan menolak pesona Cowok itu.

"Aretha, lo lagi-lagi bohongin gue," ucap Sea. Nada bicaranya berat.

Semula, Aretha tidak berani menatap mata Lelaki itu. Namun ketika memberanikan diri, ia terperangah, ada sorot kecewa dan kesenduan di sana.

"Lo abis telpon sama siapa?" Sea mengulang pertanyaanya sambil mendorong tubuh Aretha hingga membentur ke tembok. Tetapi tidak sampai menyakiti punggung Gadis itu.

"Sea, gue gak telpon siapa-siapa. Beneran."

"Lo bohong."

"Gue gak bohong."

Sea terkekeh sinis. "Gue anggep lo gak bohong deh. Oke."

Aretha menangkup wajah Sea dan mendekatkan kening mereka. Hal itu ia lakukan semata-mata agar meluluhkan kemarahan Cowok itu.

"Beneran kok."

"Hm." Dan bodohnya, Sea melunak. Tapi bukan berarti ia percaya begitu saja. "Oh, ya. Sebenarnya, gue juga tadi abis bohong."

Aretha heran. "Hahh?"

"Tadi, pas gue bilang singkirin mereka yang deketin lo. Gue bohong."

Cewek itu semakin dibuat tak nyambung. Ucapan Sea terlalu berputar-putar.

"Apaan sih?"

"Gue gak bercanda. Tapi seriusan singkirin mereka."

Wajah Aretha berubah pias. M-mereka?

"M-maksud lo apa?"

Sea menjadikan bahu Aretha sebagai tumpuan kepalanya. Ia memeluk Gadis itu erat. "Semua Cowok yang deketin lo, gue singkirin. Termasuk nanti, Niel. Selingkuhan lo itu," ungkap Sea terkekeh di akhir kalimatnya. Ingat foto dua Cowok yang dikabarkan hilang di mading sekolah? Ya, itu perbuatannya.

Aretha meneguk ludah susah payah. Sekujur tubuhnya merinding hebat sekaligus berkeringat dingin. Itu berarti, bukan hanya Niel saja? Tapi sebelum-sebelumnya pernah ada?

"K-kenapa lo lakuin itu?" Tanyanya tercekat. Meremas sisi roknya erat. Syok. Jika begini, Sea tak ada bedanya dengan Dira. Sama-sama gak waras dan gila!

"Kenapa? Lo nanya kenapa?" Sea mengulang pertanyaan Aretha, "jelas karena elo lah! Supaya lo gak nakal main di belakang gue. Lo pikir, gue nggak sakit hati, hm?" Ungkapnya tersenggal. Deru napasnya tak teratur sebab emosi telah menyelubungi Cowok itu.

Aretha panas dingin. Meremang saat napas Sea mengenai kulit lehernya. Ia sama sekali tak bisa berkutik. Rengkuhan Sea melilitnya.

"Sekarang gue nanya balik." Tangan kanan Sea bergerak menyurai rambut Gadis itu. Tekanan jari-jemarinya yang sebelumnya lembut perlahan-lahan berubah kasar. "Pernah nggak? Lo sakit hati karena gue? Pernah gak? Lo cemburu karena gue? Pernah gak?! Lo ngerasa kangen sama gue sampai rasanya kesiksa?! Lo pasti gak pernah rasain semuanya!!"

Akhirnya dengan sekuat tenaga, Aretha berhasil mendorong tubuh Sea menjauh. Ia sudah tak betah. Bentakan Lelaki itu memekakan telinganya.

Sea kembali maju. Ia bahkan sampai mengguncang pundak Gadis itu. Tak perduli sekalipun mata Aretha sudah berair akibat ketakutan. "Pernah nggak?! Pasti gak pernah karena gue selalu jaga perasaan lo--nggak, gue gak mau denger alasan kalo lo udah gak cinta sama gue. Iya kan? Lo masih cinta sama gue--"

Plakkk!

Kepala Sea tertoleh ke samping. Pipi kirinya sampai mengecap jari merah.

Aretha meringis. Saking kerasnya sampai tangannya kebas sendiri.

Mengusap darah yang mengalir dari sudut bibirnya, Sea menatap Aretha penuh kekecewaan. Namun, tak berselang lama senyum kering tersungging pada bibir Cowok itu.
"Sayang, lo masih cinta kan sama gue? Iya kan? Iyaaa?" Lirihnya merangkum wajah Aretha.

Aretha menepisnya kasar.
"TAU NGGAK? LO UDAH GAK WARAS! LO GILA! CARA LO SALAH! PERGI LO DARI KAMAR GUE! GUE UDAH MUAK SAMA SIKAP LO!" Bentaknya hampir kehilangan akal sehat. Heran, mengapa bisa ada Orang semacam Sea.

Sea menggeleng. "Nggak-nggak, bukan itu jawaban yang gue mau denger." Duduk ditepian ranjang, Lelaki itu meremas rambutnya frustasi. Bola matanya bergerak gelisah seiring ulu hatinya yang terasa dicabik-cabik.

"Kamu cacat. Jelek. Penyakitan. Siapa yang mau sama kamu?"

"Pokoknya kamu jangan lepasin dia."

"Cuma Retha yang mau sama kamu."

"Kalau sampai kamu ditinggalin, berarti kamu Laki-laki yang gak berguna."

"Tau kan artinya?"

"Nggakk, gue gak gitu," gumam Sea samar. Kedua tangannya gemetar.

Ketika Cowok itu mendongah dan tatapan mereka bertemu, Aretha terhenyak. Ia melihat dengan jelas satu cairan bening menetes dari ujug mata Sea.

Aretha terdiam. Perasaanya gelisah tidak menentu. Sampai Sea berdiri dan mengelap jejak air di matanya, ia masih membisu.

Sea menata kembali ekspresi wajahnya menjadi normal.

"Sayang, gue tunggu lo di depan rumah. Jangan dandan cantik-cantik," katanya, mengecup kening Aretha sebelum beranjak keluar kamar. Menegaskan bahwa mereka akan tetap pergi berkencan. Meninggalkan Aretha yang melongo.

TBC

Terima kasih yang udah kasih vote sama koment😍😙

Jangan lupa, tinggalkan jejak🌟

ArethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang