23. Perangkap yang sama

1.6K 178 10
                                    

Happy Reading😍
Jangan jadi siders ya?
*Jangan lupa juga follow akunku biar gak ketinggalan up😭

Happy Reading😍Jangan jadi siders ya?*Jangan lupa juga follow akunku biar gak ketinggalan up😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dira mengetukkan jari-jemarinya pada dashboard mobil. Sudah hampir  dua jam lamanya ia berdiam di dalam    kemudi sambil tak lepas memantau bangunan toko di depan sana. Langit perlahan menggelap seiring tenggelamnya matahari. Sebenarnya sekarang ini masih terbilang sore. Terlalu beresiko untuk dirinya beraksi. Hanya saja, ia sudah tak bisa menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu.

Gadis itu menyeringai kala Seseorang yang ia tunggu-tunggu keluar dari sana. Sebelum menyalakan mesin mobil, Dira mengenakan masker dan topi terlebih dahulu agar wajahnya tidak dapat dikenali. Barulah ia menancapkan pedal gas sangat pelan mengikuti langkah Orang itu.

Menyadari ada sebuah mobil yang melaju pelan di jalan sampingnya, Orang itu menoleh. Tatapan heran ia tampakkan saat mobil itu berhenti dan membuka kaca jendela.

"Kak, Saya boleh meminta tolong Kakak sebentar?" Tanya Dira terdengar memelas. Di balik masker, ia semakin mengembangkan senyum saat tahu Orang itu benar-benar Orang incarannya. Seorang karyawan toko yang tempo pagi menolak memberikan rekaman CCtv dan membuatnya harus bertengkar dengan Khaf.

Karyawan itu menatap ragu sebelum bersuara. "Mau minta tolong apa?"

"Sabuk pengaman saya barusan macet. Saya sudah berusaha tapi nggak juga bisa melepasnya. Kakak bisa bantu saya?" Mohonnya dengan mengotak-atik seat-belt seolah benda itu benar-benar macet.

Tak juga mendapat respon dari Karyawan itu, Dira berusaha meyakinkan dengan mengatupkan kedua tangannya memohon. "Plisss.. barangkali Kakak bisa."

Mendengus. Akhirnya Karyawan itu mengangguk. Ia membuka pintu mobil dan masuk demi membantu Gadis di hadapannya. Ia semakin dibuat heran saat tangannya dengan mudah mencabut benda itu. Baru saja Orang itu hendak bersuara, tiba-tiba sebuah suntik menancap tepat dilehernya.

"Akh!"

Ya, Gadis itu membiusnya. Ia baru mencabut suntiknya setelah memastikan cairan pekat di dalamnya benar-benar habis.

Sebelum Karyawan itu kehilangan kesadaran, ia samar-samar melihat Gadis di hadapannya membuka masker dan melempar seringaian lebar ke arahnya.

"Ucapin selamat tinggal, karena hidup lo gak bakal lama lagi."

~<<•>>~

Sesampainya di pelataran rumahnya, Dira langsung memasukkan mobilnya ke garasi. Kening Gadis itu berkerut ketika mendapati mobil lain berada di dalam sana.

"Ngapain kamu nggak sekolah?" Suara berat milik Seseorang terdengar.

Dira yang hendak membuka pintu mobil menghentikan gerakannya. Menoleh ke arah sumber suara, ia mendapati Seorang Lelaki baya tengah berkacak pinggang sambil menatapnya tajam.

"Kapan Papa pulang?" Tanya Dira pada Lelaki baya itu. Ia sama sekali tak terkejut melihat kemunculan batang hidungnya. Namun ia juga tak menampakkan raut wajah senang.

Andris--Papa Dira menggulung lengan kemejanya sampai siku. Ia berjalan mendekati Putrinya. "Jangan alihin topik."

Dira memutar bola mata tak peduli. Perhatiannya lebih berfokus pada hasil tangkapannya yang berada di dalam mobil. "Dari pada Papa marah-marah, mending bantu Dira buat keluarin dia," ucapnya lantas menarik kasar lengan Perempuan yang tak sadarkan diri. Sehingga tubuhnya otomatis terjatuh. Terbanting di atas lantai yang keras dan dingin.

Andris melongokkan kepalanya. Aura marahnya seketika menguar berganti rasa bangga pada Putrinya itu. "Masih hidup?"

"Hm."

"Nanti sisain kepalanya buat Papa ya?"

"Not. Papa cari mangsa sendiri."

Andris mendengkus kesal. Untuk soal berbagi Anaknya memang sangat pelit. Tapi ia tak urung membantu Putrinya menyeret tubuh Karyawan itu untuk di masukkan ke dalam ruangan di ujung dapur.

Setelah selesai, Andris ingin pergi tetapi langkahnya terhenti sebab teringat sesuatu.

"Dira."

"Ya?:

"Anak itu di mana?"

"Siapa?"

"Thea."

Dira mengendikkan bahu tak acuh. "Nggak tau. Barangkali keluar? Kenapa Papa tiba-tiba nanyain dia? Kangen?"

Andris menggeleng. "Papa cuma perlu kasih dia obat supaya lupain semuanya."

Dira mengangkat satu alis. "Kenapa gak biarin dia tahu semuanya aja sih? Ngapain repot-repot nyembunyiin lagi? Toh, Dira lihat dia terima-terima aja keluarga kita kaya gini."

Lelaki baya itu memijat pangkal hidungnya.

"Papa gak mau ambil resiko kalo dia sampai buka suara ke publik. Gimanapun, anak itu cuma Orang asing di keluarga kita. Kalau bukan karena permintaan Mama kamu dulu, Papa gak bakal mau adop dia."

"Hiss.. kalo gitu, kenapa gak dimatiin aja?"

"Jangan mikir aneh-aneh. Gimanapun dia anak kesayangan Mama kamu. Gak ada dia, Mama kamu waktu itu pasti sudah nggak ada," ujarnya, ingatannya melayang pada tiga belas tahun lalu. Saat Thea masih berusia tujuh tahun. Ketika itu Rania--Sang Istri hampir terbunuh oleh Orang luar yang memiliki dendam kepadanya.

Menurut cerita singkat istirnya, Thea membantunya untuk sembunyi disaat bocah itu juga sedang bersembunyi. Rania ingin melarikan diri dari Orang yang mengejarnya. Sementara Thea sedang menghindar dari Orang-orang panti asuhan karena bosan hidup di sana. Kala itu Rania belum melahirkan Dira, jadilah ia mengadopsi Thea karena merasa sayang.

Dira berdecih. "Walau sekarang Mama udah nggak ada?"

Ekpresi Andris seketika suram. Ia tidak suka mendengar Dira mengatakan itu. "Mama kamu masih hidup. Dia cuma tidur."

Sedangkan di tempat lain, Seorang Perempuan tengah duduk santai di rumah makan lesehan. Sembari menyeruput segelas teh dingin yang terasa segar di tenggorokannya, tiba-tiba ia meringis.

"Awh!" Bibir bawahnya tergigit giginya sendiri.


"Neng, baksonya kasih jeroan apa enggak?" Tanya Penjual bakso di sana.

Mendengar kata 'jeroan' disebut barusan, spontan ia ingin memuntahkan isi perutnya didetik itu juga. Selintas ingatan berdarah sekaligus menjijikan terputar begitu saja.

Sial! Lepas dari pacar gue yang gila, tapi gak taunya Adik Thea lebih dari gila!

TBC

Gak tahu, ini cerita yang menurutku paling panjang yang pernah aku tulis. Sebelum-sebelumnya gak pernah selesai.  Mentok sampai 1-5 part aja dan cuma jadi draft.

Tapi karena vote sama komen kalian yang buat aku semangat, mungkin ceritanya ntar bakal aku tuntasin.

Kok malah curhat😂

~Jangan lupa tinggalkan jejak😙

ArethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang