Chapter 23 [ulang tahun]

20 2 0
                                    

"Selama ulang tahun Mira…"

Semuanya bersorak gembira atas hari ulang tahunnya, saat ulang tahun yang ke 12, saat itu wajah Amira sangat berseri karena hari yang ditunggu-tunggu oleh dirinya.
Tapi tidak setelah saat itu, kejadian yang membuatnya terguncang...

"Selamat

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Selamat... Ulang tahun... Kami ucapkan!!" Nyanyian ulang tahun yang menggema ditelinganya membuatnya sangat senang.
"Ayo, Mira tiup lilinnya!!"
"Iya!! Akan ku tiup!!"

Sebuah hembusan angin kecil menerpa api yang tertancap dikue berwarna cokelat itu.

"Yey... Happy birthday to you Amira"
"Terima kasih semuanya..."

Amira mulai memandang semua orang yang ada disampingnya, mulai dari Ayah, ibu, paman, bibi, serta Abhilaksa. Membuat semua orang itu membalas dengan senyuman yang hangat.

"Ini kado dari Bibi dan Paman, Amira"
"Wah makasih Bibi dan Paman!!"

Sebuah benda bulat berlapiskan sebuah kertas berwarna biru muda, yang membuat Amira perpikir bahwa ini adalah sebuah bola.

"Bulat? Apa isinya bola?"
"Kau bisa mengetahuinya saat kau membukanya" Ucap Paman Aksa dengan semangat.

"Dan ini dari Ayah dan Ibu"
"Wah makasih Ibu, dan juga Ayah!!"

Wajahnya semakin menggemaskan dengan pipi merahnya.

"Wah hari ini adalah hari yang menyenangkan!!"

Setelah itu Amira membawa semua kado yang dia dapatkan dengan kedua tangan yang tidak lagi kecil itu, setelah itu pintu kamarnya seketika berhenti seperti ada yang menahannya. Dan tidak bukan dan tidak lain adalah dia,
"Apa aku boleh masuk? Nona?"

Tinggi Amira yang sudah mencapai sebahu Abhilaksa hanya perlu mengangkat dagunya sedikit, dan bertanya kepadanya.

"Oh iya, ada apa Abhi? Aku baru tau bahwa kemarin kau mendapatkan KTP-mu"
"Iya, Nona aku sudah mendapatkannya"

"Ini untukmu... Aku hanya bisa memberi cokelat, karena itu yang bisa aku beri"
"Cokelat..."

Matanya kembali melebar, dengan kotak hijau tua kecil itu membuat senyumnya Kembali merekah.  

"Berikan padaku!!!"
Kedua tangannya mengeladah kearahnya, bersikap untuk cepat memberikan kotak cokelat itu kepadanya.

"Terima kasih ya... Aku menyukainya"
Sebuah kalimat yang membuat Abhilaksa tersenyum kecil, setelah itu dia pergi meninggalkannya.

"Waa- wah... Hari ulang tahun yang paling menyenangkan!! Aku dapat kado hampir dari semua orang dirumah ini, kalau begitu itu berarti umurku sekarang 12 tahun... Berarti- sebentar lagi aku dewasa?! Aku harus senang atau sedih?" Ucapnya sendiri.

"Tentu saja kau harus senang nak". 
Sebuah suara dari balik pintu membuat Amira terkejut.

"Ibu?! Masuklah ibu"
"Baiklah ibu masuk ya..."

Suara kakinya yang menggema memasuki kamar putri sulungnya itu.

"Nak, kamu itu harus senang…"
"Kenapa ibu? Bukankah aku juga harus bersedih karena aku akan benar-benar tidur sendiri"
"Tidak hanya itu, kau akan melihat indahnya Dunia. Akan banyak orang yang menyayangimu lebih dari ibu"
"Tidak!! Tidak ada yang bisa mengalahkan mu ibu!"

Tolak Amira, dengan suaranya yang pelan.

"Bahkan Ayahmu?"

Matanya yang bersinar, sinar bulan yang melewati pupil matanya itu membuat hatinya tertegun.

"Ibu, sudahlah!! Ibu tau kan, saat setelah ulang tahunku Aku akan tidur sendiri dan jauh darimu ibu. Setidaknya bacakan cerita untukku terakhir kalinya, Ya ibu…"
Pintanya sambil menyuruh ibunya itu duduk disampingnya.

"Mira, jika ibu membacanya dongen sebelum tidur itu akan membuatmu bosan. Jadi, ibu punya kejutan lagi"

Sambil menaruh kepala anaknya diatas pahanya itu, ibu Amira mulai menyanyikan sebuah lagu, sebuah senandung lagu mengisi ruang kosong dalam kamar itu, suasana yang gelap membuat Amira semakin masuk dalam lagi sang ibu.

🎶 Putriku yang manis, tidurlah yang lelap... 🎶

🎶Oo putriku yang manis, Hias lah dunia...🎶

🎶Putriku yang manis, tidurlah yang pulas...🎶

🎶Oo putriku yang manis, Ubah lah dunia...🎶

🎶Dimana ada kumbang...🎶

🎶Disana pasti ada bunga mekar...🎶

🎶Dunia yang jauh...🎶

🎶Mimpi bisa dilihat dirimu...🎶

🎶Carilah rumah yang nyaman...🎶

🎶Putriku yang manis, tidur yang lelap...🎶

🎶Putriku yang manis, Hias lah dunia...🎶

🎶Wahai putriku...🎶

Air mata Zahra mulai mengelinang, suaranya yang berubah menjadi serak karena tangisan yang ia tahan didepan putrinya itu. Membuatnya terpukul, dia seakan-akan tak sanggup untuk suatu hal yang menyangkut kepentingan keluarganya.

"Selamat tidur, Mira... Maafkan ibu..."
Suaranya sekejap hilang, disaat itu juga orang mengira tidak akan terjadi apapun, tapi hal ini benar-benar terjadi.

🍂

"Tolong, aku mohon- putriku masih kecil. Tidak apa-apa jika kau ingin mengambil lukisan itu, tapi jangan bawa pergi putriku!!"
"Lepaskan dia, atau kalian akan mendapatkan pelajarannya!!"

Amira yang terlelap hanya bisa tertidur dalam ikatannya dengan sebuah kursi.

"Dia akan kami bawa, kalian hanya perusahaan kecil. Sudahlah mengalah saja, kami tidak ingin capek-capek melawan perusahaan dungu itu"
Cacinya, mereka yang masih mencoba memprovokasi mereka. Tiba-tiba seseorang muncul,

"Mau kelapamu berlubang dulu?"
Suara yang halus bagai angin dipantai yang sunyi. Suaranya membuat kedua orang itu tersenyum.

"Hey anak kecil, pergi jauh-jauh sana!! Ini pekerjaan orang dewasa!!"
"Apa kau mengusirku?"
"Iya aku mengusirmu, memangnya kenapa? Hey anak muda, kau ini masih belia jadi jangan-"

"Selamat tinggal"

Suara peluru yang berjatuhan membuat sekelompok orang berbaju hitam itu marah, mereka lalu melawan.

"Abhi!! Bawa pergi Amira!!"
"Tapi Tuan, Nyonya-"
"Pergilah!!"
"Ba- baiklah!!"

Dibalik hujannya peluru, Abhilaksa membawa pergi Amira dipelukannya. Dia hanya bisa berharap keajaiban datang, dan dia dan dirinya akan baik-baik saja.

"Bertahanlah Nona muda"
"A- abhi-"

Suara rintihan keluar dari mulutnya, sontak itu membuat Abhilaksa terkejut. Saat dia masih berlari diapun bertanya

"Bertahanlah Nona, kita akan sampai!!"
"A- bhii!!"

Pegangan tangannya semakin kuat, memegang pundak Abhi.

"Tunggu sebentar Nona"
"Abhi!!- abhi-..."

ABHIMIRA [Revisi]Onde histórias criam vida. Descubra agora