"Itu minuma belum gue minum!" Kesal Seungkwan.

"Bagus, deh."

Seungkwan memelototi Moonbin yang terlihat seperti tak punya dosa karena telah mengambil minuman orang. "Bagus? gue beli pake uang jajan gue bangsat!" Seungkwan yang gemas meninju-ninju lengan Moonbin, sang empu mengadu kesakitan tapi juga tertawa.

Hao yang berada di antara mereka berdua hanya memperhatikannya saja sambil makan jajan.

"WOY! MOONBIN AYO GANTI BAJU!"

Suara teriakan dari teman basket Moonbin menghentikan kebrutalan Seungkwa.

"IYA!" Moonbin berdiri dari duduknya lalu menatap Seungkwan lagi. "Makasih, Kwan. Colanya nanti gue ganti, deh," ucapnya berterimakasih setelah itu dia pergi menghampiri temannya yang sudah menunggu.

"Moonbin ganteng ya, Kwan?" Cemlong Hao tiba-tiba sambil menatap kepergian Moonbin.

"Menurut lo ganteng tapi kalau menurut gue biasa aja," balas Seungkwan.

Hao menoleh menatap Seungkwan kaget. "Ih~ Moonbin ganteng, kok."

"Gantengan Vernon-ups!" Seungkwan langsung menutup mulutnya yang kelepaskan.

"Chwe Vernon? Anak kelas IPS sebelah?" tanya Hao memastikan.

"Gak, Gue salah nyebut!"elak Seungkwan langsung myumpal mulutnya dengan jajan.

"Vernon, kalau lagi main basket emang ganteng, sih." Hao menyetujui karena memang Vernon itu terlihat tampan jika sedang bermain basket. "Sayangnya hari ini dia gak ikut latihan."

Seungkwan memelankan kunyahannya. "Dia di skorsing," cicitnya.

Hao mengangguk. "Kalau anak serenity gak bantuin kita, mereka pasti gak di skorsing."

Mereka berdua mengembuskan nafasnya pelan. Mereka berdua terdiam, beberapa detik kemudian Hao membuka obrolan atau lebih tepatnya pertanyaan mengenai  kalung yang Seungkwan pakai.

"Kwan, dapet kalunya dimana? Cantik, Hao mau beli," ucap Hao dengan menatap kalung yang di gunakan Seungkwan. Hao baru pertama kali melihat Seungkwan menggunakan kalug

Seungkwan menunduk menatap kalunya yang menyembul keluar karena dasi yang menahan kerah seragamnya kendur. Gadis itu menunjukkan kalungnya. "Ini dari temen lama gue, jadi gue gak tau dia beli di mana."

"Yah~ Padahal Hao mau beli, gambar bandulnya jeruk, cantik tapi lucu."

"Coba cari di toko accessories, siapa tau ada," saran Seungkwan.

"Kapan-kapan Hao cari, deh." Hao membalas lalu kembali fokus pada jajanya.

Seungkwan kembali menatap kalung yang dia pakai. Kalau itu sudah lama sekali tidak di pakai karena tersimpan di kotak kenangan dan kotak itu ada di gudang. Baru kemarin dia menemukannya saat sedang mecari barang di gudang.

Seperti yang dikatakan Seungkwan tadi, kalau kalung itu adalah pemberian dari teman lamanya. Dulu, saat Seungkwan masih tinggal di Jeju dia mempunyai teman laki-laki yang seumuran dengannya. Temanya itu berasal dari negara asing tapi ibunya asli dari Jeju. Mereka berteman karena mereka bertetangga, mereka berdua selalu bermain bersama karena anak-anak seusia mereka dulu tidak mau berteman dengan Seungkwan sebab gadis berpipi chubby itu dulu gemuk sekali.

Di saat anak-anak yang lain menyamai dan mengolok-olok Seungkwan seperti babi, teman lamanya itu selalu berad di sisi Seungkwan dan membela bahwa Seungkwan bukan babi. Namun, baru beberapa bulan mereka berteman Seungkwan dan teman lamanya itu harus berpisah. Teman lamanya akan pergi ke negara kelahirannya, mereka berdua sempat berjanji kalau mereka harus bertemu lagi suatu saat nanti tapi sampai saat ini mereka belum di pertemukan lagi.

"Kwan."

"Hmm?" Seungkwan tersadar dari lamunannya, dia menoleh menatap Hao.

"Ke kelas, yuk! Di sini panas." Hao mengelap peluhnya yang membasahi dahinya.

"Yudah ayok."

Mereka berubah bangkit dari duduknya. Seungkwan dan Hao menepuk rok mereka terlebih dahulu setelah itu mereka pergi dari gimnasium, tidak lupa dengan jajanya.

🌺🌺🌺

See you next time gusy!!
Love you 💙

Masa Remaja [svtgs]Where stories live. Discover now