11.

1.3K 143 2
                                    

"Ini busnya mana, sih? Kenapa belum dateng juga?" Seungkwan menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam tapi Seungkwan masih belum juga pulang dari sekolahnya. Selesai acara kumpul di ruang seni tadi sore, Seungkwan langsung pergi ke tempat les karena hari ini adalah jadwalnya jadi dia pulang malam. Dan kini Seungkwan sedang berada di halte menunggu bus lewat.

Seungkwan mendecak melihat layar handphonenya mati karena baterainya habis sehingga dia tidak bisa menghubungi orang rumah untuk menjemputnya.

"Hey, kalian. Lihat dia sendirian."

"Dia lumayan juga."

"Dekati saja."

Seungkwan yang mendengar bisikan-bisikkan tiga pria dewasa yang duduk di sebelahnya merasa risih. Untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan Seungkwan berdiri dari duduknya dan menjauh dari orang-orang itu. Namun, orang-orang itu malah mengikutinya.

"Ya Tuhan tolong aku," lirih Seungkwan mula merasa was-was.

Satu dari pria dewasa itu hendak menyentuh Seungkwan tapi tidak jadi saat tiba-tiba ada orang lain datang dan menyentuh Seungkwan lebih dulu.

"Astaga!" Seungkwan terlonjak kaget saat merasakan sebuah tangan merangkul pundaknya. Seungkwan menoleh kesamping dan—" Vernon?"

"Kenapa belum pulang?"

"Hah?" Seungkwan masih merasa terkejut dengan kedatangan Vernon. "Oh! Gue habis les jadi pulang malem, terus sekarang lagi nunggu bus lewat," lanjutan membalas pertanyaan Vernon dengan sedikit gugup dan canggung.

Vernon mengangguk. Menoleh sebentar ke belakang, menatap tajam tiga pria dewasa yang hendak berbuat macam-macam dengan Seungkwan.

"Gue antara lo pulang, ayo," ajak Vernon.

Seungkwan terdiam sebentar untuk menerima ajakan Vernon, dia ingin molak tapi dia juga takut jika tiga pria asing tadi melakukan hal yang tidak-tidak dengannya. Karena ketakutan lebih mendominasi akhirnya Seungkwan menerima ajakan Vernon.

Vernon menggenggam tangan kanan Seungkwan dan mengajaknya pergi menghampiri motornya yang terparkir tidak jauh dari halte.

"Lo habis dari mana?" tanya Seungkwan penasaran.

"Markas."

Seungkwan merespons dengan ber'Oh' lalu dia menerima helm yang diulurkan oleh Vernon dan memakannya. Setelah memberikan Seungkwan helm Vernon naik ke atas motor dan memakai helmnya juga.

Vernon menyalakan mesin motornya. "Naik," perintahnya singkat.

Seungkwan yang diperintah naik ke atas motor dengan memegang bahunya Vernon karena motornya terlalu tinggi. Setelah dirasa posisi duduk Seungkwan sudah pas dan berpegang pada kedua sisi pinggangnya, Vernon melanjukan motornya.

Di perjalanan mereka berdua saling diam. Tidak ada obrolan diantar mereka, Vernon fokus menyetir dan Seungkwan sibuk merasakan semilir angin malam yang menerpa wajahnya dan membuatnya mengantuk.

"Rumah lo di daerah mana??" Lama mereka saling terdiam Vernon akhirnya buka suara dengan sedikit berteriak menanyakan alamat rumah Seungkwan.

Seungkwan yang hendak memejamkan matanya tidak jadi. "Daerah Songjon rumah Nomor tujuh satu," balasnya.

Usai Vernon menanyakan tentang alamat rumah mereka berdua kembali terdiam. Seungkwan yang sudah tidak tahan dengan rasa kantuk memilih menyandarkan kepalanya di punggung Vernon dan memejamkan mata.

Vernon sempat kaget dikala Seungkwan menyandarkan kepala di punggungnya. Laki-laki blasteran itu menatap Seungkwan dari kaca spion dan tanpa sadar dia tersenyum tipis dibalik heml. Vernon kembali fokus dalam mengemudi lalu sedikit mempercepat motornya.

Masa Remaja [svtgs]Where stories live. Discover now