40. baby Barathama

438 28 4
                                    

"Namanya Galang Arvizan Barathama."

Nae tersenyum mendengarnya, Mahesa dan Nae memang sudah menyiapkan beberapa nama untuk putra/putrinya kelak, dan akhirnya nama ini yang terpilih untuk putranya yang telah lahir hari ini.

Perempuan itu menyusui putranya dengan telaten, ia didampingi oleh bundanya karena masih takut jika harus berurusan dengan bayi sendirian. Karena ia tidak terlalu berpengalaman jadi Nae masih butuh didampingi bundanya.

"Penerus tahta Barathama telah lahir, semoga jadi anak yang bermartabat serta berbakti kepada orang tua, bangsa dan agama.. sukses dunia akhirat yang nak.."

Papa Adi mengelus rambut cucunya yang tengah tertidur, ia merasa bangga sekaligus terharu akhirnya ia memiliki cucu juga dari putra semata wayangnya. Yang nantinya akan menjadi penerus tahtanya setelah sang putra.

"Sayangi istrimu, jaga dia dan putramu baik-baik, jangan sakiti mereka atau kamu papa kasih pelajaran. Inget itu Mahes." Pesan Adi pada putranya itu sambil menepuk pundaknya tegas.

Setelah itu mereka (orangtua Mahesa) berpamitan pulang, karena dari tadi datang belum sempat ke rumah.

Sedari tadi Gerald terus-terusan memandangi keponakannya itu yang tengah tertidur di ranjang bayi dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Dia terlampau bahagia, ia melihat keponakannya ini seperti melihat adiknya pada saat kecil dulu. Matanya berbinar melihatnya jagoan kecilnya itu.

"Ayah sama bunda pasti capek, pulang dulu aja udah malem, biar Mahes yang jagain Nae sama Galang disini."

Tea mengangguk dan berpamitan bersama suaminya dengan putrinya itu untuk pulang.

"Besok bunda dateng kesini lagi, tapi ayah mau ke luar kota.. gapapa ya?"

"Gapapa yah.. bun, makasih ya.. udah nemenin Nae sampai saat ini, udah sayang sama Nae, jagain Nae.. Nae bangga dan bersyukur banget punya orang tua kaya kalian.. maaf ya belum bisa bales apapun ke ayah sama bunda."

"Stt.. kamu gak tau aja, dengan kamu bahagia aja ayah sama bunda udah bahagia juga, kamu sama Abang itu kebanggaan dan harta yang paling berharga buat ayah sama bunda."

Jelas Bara tersenyum mengusap surai putrinya. Bunda mengangguk setuju, Mahes yang melihat itu juga turut tersenyum.

"Bunda sama ayah gak butuh balesan materi dari kamu sayang, yang kami harapkan Nae bahagia dan tak pernah lupa dari mana Nae berasal, itu aja cukup."

Tambah Tea, Nae hanya bisa mengangguk-angguk kemudian mereka berpamitan pulang bersama dengan Gerald sekalian. Padahal Gerald masih ingin tinggal disini, tapi besok ia harus berangkat kuliah pagi.

"Abang pulang dulu ya," pamitnya pada Nae "jagain tu adek sama ponakan gua, awas aja kalo sampe kenapa-kenapa." Gerald memberikan peringatan pada adik iparnya itu agar amanah.

"Jagoan kecil, om pulang dulu ya.. haha udah jadi om aja, tunggu nanti om ajakin Tante kamu kesini, nanti kita main bareng ya hehe.. bye-bye jagoan."

Pamit Gerald juga kepada keponakannya itu, namun sedari tadi ia belum berani menyentuhnya karena takut bayi itu kenapa-kenapa, karena yang ia lihat bayi ternyata kecil sekali, sedangkan tangannya hanya sebesar kepala bayi itu.

-

Tiga hari kemudian.

Setelah tiga hari di rumah sakit, Nae dan putranya sudah diperbolehkan pulang setelah melalui proses pemeriksaan terlebih dahulu untuk mengecek kesehatan ibu dan anaknya sebelum benar-benar kembali ke rumah.

"Selamat datang di rumah jagoan kecil.."

Nae tersenyum sambil menggendong bayinya, Mahesa merangkul Nae menuju ke kamar mereka berdua. Mahesa sudah membereskan kamarnya yang saat itu ditinggalkan begitu saja.

Kemudian ia juga sudah menyewa beberapa pembantu untuk datang sementara istrinya masih dalam masa pemulihan. Karena ia tidak mau Nae ikut campur membersihkan rumah.

Untuk sementara ini dirinya dan Nae harus fokus merawat putranya itu. Mahesa tak mau jika Galang kekurangan kasih sayang dari orang tuanya. Jadi ia meminta kepada ayahnya agar memberikannya waktu sementara agar bisa mengambil cuti beberapa bulan ini. Tanpa diminta pun ayahnya sudah mengerti.

"Kira-kira kita mau di panggil apa?" Tanya Nae yang belum menyiapkan panggilan apa yang cocok untuk mereka kedua.

"Apaya? Gak kepikiran.."

"Aku mau dipanggil ibunda."

"Brarti aku papanda dong, ahahaha" Mahesa tergelak.

"Komandan juga bagus, nanti Galang panggil aku Ndan.. widiihh udah kaya Jendral aja nih."

"Kamu mah, ada-ada aja.. terserah kamu mau di panggil apa—"

"Aku juga mau dong di kasih panggilan dari kamu.." pinta Mahesa mendekat pada istrinya.

"Hm?" Nae mengangkat satu alisnya.

"Panggil aku kang mas.." ucapnya tersenyum jail.

Pinta Mahesa membuat Nae terkekeh, ia pun mencubit hidung suaminya gemas.

"Terus panggilan buat aku apa?"

"Denay.. aku suka panggil kamu denay.. panggilan sayang khusus dari aku."

Denay sendiri gabungan dari 'dek nae' jadi jangan heran kalau disingkat denay.

-

Nae dengan hati-hati menaruh putranya di ranjangnya, meskipun ada ranjang bayi, tapi Nae tidak mau jauh-jauh dari anaknya untuk saat ini. Ia gemas melihat putranya yang ternyata sangat mirip Mahesa. Ia iri karena ia yang mengandung dan melahirkan malah tidak kebagian kemiripan di putranya.

"Halo sayang.. ini mami, gimana perasaan kamu udah ketemu sama mami hm?" Tanya Nae di balas rengekan kecil oleh bayinya itu.

Nae terkekeh gemas dan mencium lembut putranya yang sangat menggemaskan. Mahesa datang sambil membawa barang-barang yang kemarin di bawa ke rumah sakit. Setelahnya ia mencuci tangan dan menghampiri kedua cintanya itu.

"Mirip banget ya sama aku haha.. bagus nak."

"Ish.. aku ga kebagian!" Kesal Nae manyun.

"Haha.. ya kan dia cowo, ganteng kaya aku.. cantiknya biar cuma di kamuu." Gombal Mahesa menghibur Nae sambil terkekeh.

Beruntung Galang tidak rewel, ia anak yang kalem tidak seperti bapaknya yang petakilan. Semoga saja walaupun wajah mirip Mahesa tapi sifat ikut Nae saja. Jangan sampai salah pergaulan seperti bapaknya.

TBC



MAHESA || [ M - N ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang