39. tuan muda

442 27 10
                                    

Tak terasa usia kandungan Nae sudah memasuki bulan ke sembilan. Tinggal menghitung hari saja untuk menjalankan persalinan. Hubungan antara pasutri itupun terjalin semakin mesra setiap harinya. Mahesa kini juga lebih sering menemani istrinya di rumah ketimbang pergi ke kantor karena usia kandungan Nae yang sudah tua.

Mereka berdua bahkan sudah siap menyambut calon bayinya dengan memilih rumah sakit yang akan digunakan untuk bersalin, hingga semua peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk calon bayinya nanti.

"Aduh.. pegel banget.."

"Sini, aku pijitin."

Mahesa mengambil kaki istrinya itu naik ke pahanya dan memijatnya pelan, ia sudah melihat wajah Nae yang begitu lelah dan kurang tidur. Karena selama masa kandungnya yang sudah tua ini Nae jadi susah tidur dan gampang lelah.

"Sarapan dulu yuk?"

Ajak Mahesa, ia merangkul istrinya berjalan ke meja makan, namanya orang hamil pasti susah bergerak apalagi kaki Nae yang mulai bengkak.

Bahkan Mahesa dengan penuh cintanya menyuapi Nae dengan telaten dan sabar, mereka makan sepiring berdua. Karena jika Nae tidak menghabiskan makanannya, tentu Mahesa yang akan melahapnya hingga bersih.

Selesai acara sarapan, Mahesa membantu membersihkan tubuh Nae dengan air hangat, tidak mandi hanya dibasahi saja dengan kain. Nae merasa ia sudah mendekati waktu persalinan, karena perkiraan dokter terhitung tinggal satu minggu lagi.

"Sayang.."

"Hm? Kenapa-kenapa?"

"Aku takut.."

"Takut kenapa sayang? Kan ada aku disini."

Nae hanya menggeleng setelahnya, ia sudah merasakan nyeri di bagian perutnya dan sakit yang luar biasa. Mahesa bahkan bisa melihat kegelisahan istri mungilnya itu yang sedari tadi menggenggam tangannya erat.

"Aku mau minum.. tolong ambilin ya."

"Yaudah aku turun dulu, sekalian ganti galon disini udah kosong."

Nae mengangguk mengiyakan. Ia merasa ingin buang air kecil, Nae pun memaksakan diri ke kamar mandi sambil berjalan memegangi tembok agar tubuhnya tetap tertopang.

"Astaghfirullahaladzim.."

Tiba-tiba ketubannya pecah saat Nae berada di depan pintu kamar mandi, ia langsung berpegang pada pintu dan salah satu tangannya menahan perutnya yang terasa nyeri. Rasa sakitnya lebih dari pada tadi.

"Sayaangg.. Mahesaaaaa... Huh.. huh.."

"Sayaangg.."

Panggilnya berkali-kali hingga Mahesa datang dan langsung menjatuhkan galon di punggungnya.

"Kenapa?"

Panik Mahesa langsung menghampiri istrinya itu yang sedang berdiri lemas di depan pintu kamar mandi.

"Kayaknya ketuban aku pecah deh,"

"Yaudah kita ke rumah sakit sekarang."

"Iya, jangan lupa tas di atas lemari yang udah aku siapin di bawa sekalian."

Mahesa mengangguk mengerti segera ia menggendong istrinya ala bridal style dan membawanya turun ke lantai satu dengan hati-hati.

-

Rumah sakit.

Beberapa keluarga seperti Mas Gerald, ayah dan bunda sudah datang, begitupun mama dan papa Mahesa yang jauh-jauh dari luar kota langsung meluncur pulang saat mendapatkan kabar dari putranya bahwa sang menantu akan segera melaksanakan persalinan.

MAHESA || [ M - N ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang