Bab 2 Bayangan Mimpi

982 343 67
                                    

Berada dalam bayangan nyata atau ilusi mereka berlima kini sedang tersesat ditengah tengah hutan yang rata rata pohonnya menjulang tinggi keatas. Sinyal ponsel pun tak ada gunanya ditengah hutan belantara gini dapat sinyal itu mustahil banget. Saat ini mereka benar-benar tak tau arah pulang.

"Ini gimana!!!" Della seketika menjadi parno karna ketakutannya

"Bukannya kita tadi jalan ngak sampe ketengah hutan???" sahut Farhan yang terlihat dalam mode panik juga

Mereka semua tak mengerti mengapa bisa berada ditempat yang tak sepertinya datangi, hutan yang lebat itu. Seingatnya mereka, tak ada satu pun langkah kaki melangkah ketengah hutan. Ketakutan melanda dalam diri mereka.

"Kampret!!!" Faris mulai kebingungan

"Gara-gara lo Del!" sambungnya tiba-tiba menyalahkan orang tanpa sebab.

"Kok gua? Yang ngajakin ke Curug gua atau lo?" Della membela diri, tak mau disalahkan.

Angga yang sedari tadi kebingungan malahan diganggu oleh 2 orang temennya yang membicarakan hal tak berguna. Tak tau mau berbuat apa, takut? Pastinya.

"Lo berdua bisa diem ngak!" suara Angga ditinggikan sehingga mereka berdua diam seketika.

"Tenang, semua pas ada solusinya," ucap Faris sok bijak di situasi genting ini.

"Yain deh."

"Tumben pinter, biasanya.."

"Hahaha..."

Semua temennya yang lagi panik ini beralih dalam mode berfikir keras, gimana caranya mereka semua bisa keluar dari hutan itu. Tiba-tiba disaat Faris ngomong gitu, langsung pada mengkritik padahal maksud Faris juga baik.

"Kan, gua mau ngomong buat nenangin keadaan ini."

"Diem, lu tau?" ketus Della dengan menatap temannya itu tidak suka.

Nyesel njir gua ngomong begitu!!!

Selanjutnya mereka berlima memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Saat ini langit tak secerah tadi, awan hitam berkumpul menutupi sinar sang surya, sekarang balutan awan putih berubah menjadi mendung, bentar lagi hujan akan turun membasahi bumi.

Sejauh langkah kaki yang mereka tempuh, tepat dihadapan mereka saat ini, ada 2 jalur jalan setapak—jalur kanan dan kiri. Mereka seperti dibuat kebingungan untuk memilih jalan yang tepat.

"Sial! Ini kita lewat jalur yang mana nih?" tanya Farhan

"Ehh ... Coba yang jalur kanan," usul Jingga yang mencoba untuk mengamati hasil amatannya.

"Kalo salah arah gimana?"

"Coba dulu aja."

Tanpa berlama lama, mereka langsung meneruskan perjalanan mengambil jalur yang telah diusulkan Jingga. Hawa dingin menyelimuti diri mereka, suasananya agak lain agak berbeda. Della terus saja merengek agar cepat sampai, entah kabut datang darimana yang muncul dalam perjalanan yang mereka lalui. Merinding? Sudah jelas.

Mereka berlima berpegangan tangan untuk mencegah hal hal yang tak diinginkan. Kabut perlahan mulai hilang, mereka kaget bukan main setelah mengetahui posisi mereka datangi berbeda. Mata mereka memandang kedepan-melihat sebuah rumah tua yang terlihat kokoh sepertinya tak terpakai.

"Kok ada rumah ditengah hutan gini??" tanya Faris yang sudah mengetahui kalo ini udah tak beres.

"Gua ngeri kalo ada hal hal gini!" ucap Della mulai keringat dingin

Selepas itu mereka menghampiri rumah tua itu. Karena sebentar lagi hujan juga akan turun, tiba didepan rumah tua itu Della merasakan hal aneh seperti ada yang janggal.

Krekk!!!! Suara pintu terbuka sendiri tanpa ada orang dibaliknya. Ketika mereka berlima ingin mulai masuk kedalam rumah tua dan...

Waaaa!!!!

"Angga!!!!! Bangun!" tiba tiba teriakan nyokap dari arah dapur menembus pintu kamarnya yang berada diatas.

Angga pun sontak terbangun dari tidurnya dan mimpinya lenyap tanpa ada kelanjutannya. Perlahan ia mengucek matanya dan melemaskan badannya untuk menghilangkan rasa kantuknya.

"Anjir!!! Tadi gua mimpi apaan! Berasa kek nyata," gumam Angga sambil sesekali mengingat mimpi yang tadi namun tak bisa diingat nya

Tangannya meraba raba kasur untuk mencari ponselnya, setelah dilihat kini sudah pukul 18:00 yang berarti sudah berjam jam ia tertidur dalam mimpi buruk. Selanjutnya Angga keluar kamar untuk mandi

Hari yang aneh

Jarak antara ke kamar mandi tinggal 5 meter, Angga berhenti sejenak diruang dapur. Diamatinya masakan yang sudah terhidang di meja makan, sesekali ia menghirup aroma masakan emaknya.

Eumm... Tumben nih emak masak yang enak enak, biasanya ya gitu gitu aja.

"Astaghfirullah! Kamu jam segini dah bangun?" tegur nyokap setelah melihat Angga berdiri ngak jelas disitu

"Hah? Ohhh... Angga capek banget mah, jadi Angga habis pulang pules tidurnya," jawabnya berbohong disertai tawa receh.

"Ini jam berapa?" tanyanya lagi untuk mengintrogasi.

Angga berpura-pura berfikir
"Emm.. jam 6 mah."

Daripada tetap disitu, Angga lalu berjalan meninggalkan dapur sebelum nyokap melanjutkan ceramah nya. Dan Angga pun melakukan ritual mandi.

*****

Menjelang malam hari, sesudahnya makan malam Angga pun kembali ke atas untuk merebahkan kembali tubuh nya. Sebelum itu ia harus membuat grup sementara buat membahas tentang besok pendakian di Gunung Pocong.

Klingg! Klingg! Klingg

Suara pesan pertama barusan terkirim digrup yang sudah dibuat Angga tadi.

"What is this???" tanya Faris yang sipaling Inggris

"Sok Inggris Lo, Ris!" cibir Della

"Y." singkat Faris

"GA JELAS LOOO!"

"Serah gua lah!" sergah Faris tak mau kalah debat

"Astaga Lo berdua kayak anak kecil, wes to rasah do ribut ngene," ujar Angga dengan logat Jawa khas

"Mending lanjut besok pagi aja, Gus ngantuk, capek habis futsal," ucap Farhan

"Yoii sipaling capek."

*****

Grup pun seketika menjadi hening tanpa percakapan lanjut, Angga mulai membereskan perlengkapan buat besok pagi. Selesainya beres-beres Angga lalu mengisi baterai ponselnya terlebih dahulu, dan setelah itu Angga memejamkan mata.

Noted: vote untuk penulis supaya lebih giat lagi 😄

Terjebak 2 Alam [S1 dan S2]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora