BAB 14 - Berita yang Dirahasiakan

281 47 4
                                    

"You only live once, but if you do it right, once is enough" – Leo Putra Rajendra

.

Leo menyunggingkan seringai jahilnya pada Kiara dan Adam yang baru saja sampai di gazebo. Dia berkata, "seems like you guys have a good time."

"Kamu dan Olivia juga tadi terlihat dua orang yang memiliki hubungan lebih dari sekedar teman." Serangan balik Kiara yang tepat sasaran itu membuat Leo terdiam.

"Kami memang sudah saling mengenal sejak SD." Olivia tiba-tiba menimpali, terlihat santai sambil memakan roti. "Ini pertama kali kami bertemu setelah lulus SD."

Dua kalimat itu seakan menjawab pertanyaan dan rasa penasaran teman-teman mereka akan hubungan keduanya yang terlihat sangat dekat untuk orang yang baru saja mengenal kurang dari dua minggu.

"Apa dulu kalian saling suka?" tanya Adam sambil lalu. Dia sibuk membersihkan kakinya dari pasir.

"Tentu saja gak!" bentak Olivia.

"Gak lah!" sangkal Leo.

Adam sedikit tersentak ketika keduanya membentak dan menyangkal secara bersamaan.

Kiara memicingkan matanya. "Kalian terlihat mencurigakan."

Leo mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "pulang yuk, udah malam nih, nanti Bapak cariin kita kalo kita kemalaman pulangnya."

"Yah, aku gak mau pulang," keluh Olivia.

"Kenapa gak habisin ini dulu sebelum pulang?" ujar Amanda sambil menunjuk cemilan yang sudah dia beli.

Bersamaan dengan itu seorang wanita yang berusia di akhir 40-an yang tidak mereka kenali mendekat dan menyapa mereka. Wajahnya yang berkeriput itu terlihat ramah. Kepalanya ditutupi selendang sampai ke dada.

Dengan tangan sopan yang tergenggam di depan perut dan senyum penuh arti, wanita itu bertanya, "Aku dengar kalian mahasiswa KKN dari kampus Bayudharma."

Leo yang mengambil peran sebagai kordes lebih dulu menjawab. "Iya, benar, Bu."

"Apa benar kalian tinggal di rumah kepala desa Sakra?"

Keenam mahasiswa itu saling tukar pandang. Sama-sama saling mengirimkan satu kata yang sama; mencurigakan.

Wanita itu seakan menangkap suasana tidak nyaman yang terasa dari keenam mahasiswa itu. Dia pun memperkenalkan dirinya sebagai Bu Mayang. Dia pemilik warung makan di pinggir pantai dan ingin mengajak keenam mahasiswa itu untuk makan di warungnya secara gratis.

Melihat mahasiswa itu tampak ragu, Ibu Mayang berkata, "udah gak usah malu-malu. Warung ibu dekat kok di sana." Dia menunjuk warungnya yang memang tidak begitu jauh dari tempat mereka.

Leo melihat jam tangannya. Waktu sudah menunjukkan hampir jam delapan malam. Sepertinya mereka akan telat pulang jika mereka harus makan dulu. Jadi, Leo menolak dengan sopan, "maaf, Bu, sepertinya kami gak bisa sekarang, udah terlalu malam. Mungkin lain kali."

"Kalian dilarang pulang malam sama Pak Kades, yah?" tebak Bu Sri yang tepat sasaran.

"Iya, nih, Bu."

"Nasib kalian sama ternyata dengan anak-anak yang pernah KKN di sini juga."

"Oh, yah?"

Leo melihat ada binar penasaran di mata Olivia.

"Iya. Mereka dari universitas swasta. Tapi, mereka ditarik paksa seminggu lebih awal gara-gara mereka gak tahan dengan kepala desa."

METANOIA [REWRITE]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz