BAB 4 - Tugas Pertama

514 68 15
                                    


"Let's live to the fullest" – Adam Adhitama


Meski tidak sepenuhnya mengakui, Adam punya ekspektasi sendiri tentang KKN yang sedang dia jalani sekarang. Terlebih setelah tahu kalau dia mendapat lokasi yang dekat dengan pantai yang terkenal dengan pasir putihnya yang lembut dan lautnya yang sebiru langit itu. Dia juga ingin mengunjungi banyak tempat wisata lainnya dan bersenang-senang bersama teman barunya.

Mereka semua sudah mencatat beberapa tempat objek wisata untuk dikunjungi sekaligus diobservasi dan mereka punya tujuan yang sama; mengunjungi Pantai Pasir Putih. Namun, sebelum itu, mereka berencana untuk mengunjungi tempat pembuatan tenun terlebih dahulu. Berhubung tempat pembuatan tenun hanya buka di hari senin dan selasa untuk umum.

Sekarang sudah jam delapan lewat lima menit. Padahal kepala desa meminta mereka untuk datang ke kantor desa jam delapan pagi. Vian dan Amanda masih bersiap-siap di lantai atas. Mereka terlambat karena harus cuci piring terlebih dahulu, berhubung hari ini mereka sedang piket.

Adam juga piket bersama mereka. Tapi karena tadi dia sudah masak, jadi dia terbebas dari tugas cuci piring pagi itu.

Sembari menunggu keduanya, Adam memperhatikan Oliv dengan cemas mondar-mandir di teras rumah.

Oliv lalu masuk dan bertanya pada Adam, Kiara dan Leo yang ada di ruang tamu,"bagaimana kalau yang sudah siap langsung pergi aja sekarang?"

"Menurutku lebih baik kita pergi bersama dengan lengkat," Adam menjawab. "Terlebih ini hari pertama kita secara resmi sebagai mahasiswa KKN. Kalau di hari pertama kita sudah terpisah-pisah, mereka nanti akan mempertanyakan kekompakan kita."

Jawaban Adam disetujui semua orang di sana, selain Oliv. Sehingga gadis itu mau tidak mau menunggu lagi dengan cemas.

Sepuluh menit kemudian, Vian turun dari lantai dua dengan pakaian yang rapi, disusul Amanda lima menit kemudian. Karena tempat tujuan mereka dekat, mereka memutuskan untuk berangkat naik motor; Leo bersama Adam, Kiara bersama Amanda, dan Vian bersama Oliv.

Ketika sampai di kantor desa, kepala desa tidak menyinggung masalah keterlambatan mereka yang waktunya hampir 30 menit. Dengan senyum penuh, dia menyuruh mereka untuk masuk ke ruangannya. Dia sepertinya bukan jenis orang yang banyak berbicara dan dia hanya berkata beberapa informasi penting terkait kondisi desa yang perlu keenam mahasiswa itu tahu.

"Apa ada yang bertanya?" tanya kepala desa sambil menampilkan senyumnya kembali.

Leo mengangkat tangannya,.

Kepala desa mempersilakan Leo untuk bicara.

"Apa ada pantangan yang perlu kami tahu di desa ini, Pak?"

Adam melihat kepala desa tampak terkejut mendengar pertanyaan itu, tapi pria tua itu dengan segera menguasai ekspresinya. "Di sini tidak ada yang seperti itu. Tenang saja. Beda dengan desa Kusu yang apa-apa ada aturannya. Di sini sama sekali gak begitu, gak keramat seperti di sana. Jadi, kalian bakal aman-aman aja di sini."

Sudah menjadi pengetahuan umum akan kemistisan desa Kusu'. Di desa itu semua orang harus mematuhi semua peraturan yang ada seperti harus mengenakan pakaian hitam, tidak boleh memaikai alas kaki, para wanita tidak bisa mengikat rambut mereka, dan banyak aturan-aturan lainnya. Yang paling penting, rumor tentang ilmu hitam mereka yang sangat kental. Karena itu, pihak kampus tidak pernah sekalipun mengirimkan mahasiswa mereka KKN di sana.

"Bagaimana? Apa ada yang bertanya lagi?" tanya kepala desa lagi.

Tidak ada yang membuka mulut. kepala desa berasumsi sudah tidak ada lagi pertanyaan.

METANOIA [REWRITE]Where stories live. Discover now