BAB 9 - Ugh. Drama.

359 62 7
                                    


"No emotion is the only emotion I can feel." – Kiara Anastasia
.

Kiara sudah menduga akan seperti apa reaksi laki-laki itu begitu dia menyatakan solusi yang ada dipikirannya. Tetapi dia tidak bisa tidak memutar bola mata ketika melihat sendiri bagaimana terkejutnya dia.

"Jangan salah paham dulu," kata Kiara. "Aku hanya mengatakan solusi yang kupikirkan. Bukan berarti aku ingin pacaran denganmu."

"Oh." Bahu Adam yang sebelumnya tegang kembali rileks.

Diam. Keduanya tidak ada yang bersuara. Hanya terdengar suara jangkrik malam yang berbunyi dari kebun belakang rumah.

"Kalau seandainya kita berpura-pura untuk 'pacaran'," Adam berkata dengan hati-hati sambil mengutip kata pacaran dengan kedua tangannya, "kamu pikir itu akan berhasil membuatnya menjauh?"

"Entahlah," jawab Kiara sambil menyandarkan punggungnya di sandaran kursi plastik. "Mungkin dia hanya perlu diberi batasan, lalu akan menjauh sendiri. Cuman di posisi ini, kamu tidak bisa menolaknya secara langsung atau menjauhinya lebih dulu karena kamu takut melukainya. Jadi kamu perlu cara yang lain yaitu pacaran dengan orang lain untuk membuatnya menjauh sendiri, tidak harus aku, tentu saja."

Adam menggigit bibirnya, berpikir. "Aku pikir ini bukan ide yang baik."

Kiara mengangkat bahunya, lalu berdiri. "Keputusan ada di tanganmu. Aku hanya kasih solusi."

"Kamu mau kemana?" tanya Adam begitu Kiara berniat pergi.

"Tidur," jawab Kiara singkat.

Sudah semingguan ini Kiara tidur tidak lebih dari lima jam. Ini karena desainnya yang tadinya sudah diserahkan ternyata harus direvisi hampir 50% . Proses revisi ini tentu saja sudah menjadi hal yang biasa bagi Kiara. Bukan karena desainnya tidak memuaskan atau semacamnya, tapi para klien-lah yang sering berubah pikiran dan mengubah satu-dua hal. Dan sebagai pekerja lepas, memuaskan klien adalah hal yang perlu Kiara prioritaskan.

Setelah proyek ini selesai, Kiara akan memutuskan berhenti dulu menerima tawaran pekerjaan, setidaknya sampai KKN selesai.

Sekarang masih jam sembilan lewat lima menit dan besok adalah hari minggu. Kiara berencana untuk menggunakan waktu kosong yang dia punya untuk tidur dan mengisi ulang tenaganya, khususnya tenaga untuk bersosialisasi di hari-hari berikutnya.

Sebagai seseorang yang terbiasa bekerja di ruangan dan duduk seharian saja, kegiatan KKN yang memaksanya untuk keluar rumah, bersosialisasi dengan orang lain, tersenyum dan bercakap di saat dia tidak ingin, benar-benar melelahkan.

Ironisnya, Kiara justru membuang-buang energinya yang terbatas itu dengan ikut campur dengan urusan Adam hanya karena satu alasan: kasihan.

Kiara menjatuhkan tubuhnya di kasur, lalu menyelimuti tubuhnya dengan selimut. Pandangannya tertuju pada langit-langit kamar yang dicat warna putih. Satu hal lagi yang dia perhatikan setelah seminggu KKN ini adalah betapa cepatnya dia tidur.

Jika biasanya dia butuh lebih dari setengah jam untuk bisa jatuh terlelap, sekarang tidak sampai lima menit pikirannya sudah kosong dan matanya memberat, lalu mulai tertidur.

Tidur yang sangat amat nyenyak tanpa mimpi.

Sayangnya, tidur nyenyaknya yang sangat berharga itu harus terganggu di Minggu pagi ketika dia mendengar ketukan pintu dan suara Adam yang berkali-kali memanggilnya di depan pintu kamar gadis. Kiara berniat mengabaikannya sampai Amanda muncul dari balik pintu dan menepuk bahunya.

"Kiara, kamu dicariin Adam."

"Buat apaan?" tanya Kiara tanpa membuka matanya.

"Gak tau, tapi kayaknya penting."

METANOIA [REWRITE]Where stories live. Discover now