BAB 22 - Tentang Si Yayan

97 7 0
                                    

" Darkness cannot drive out darkness, only light can do that."– Kiara Anastasia

.

Di antara kelima belas anak didiknya, ada satu anak yang tampak mengasingkan diri dari teman-temannya. Kiara sudah memperhatikannya sejak hari pertama dia mengajar dan semakin lama, dia menyadari kalau anak itu bukan sengaja menjauhi teman-temannya seperti yang dia lakukan sewaktu seumuran mereka juga. Namun, anak itu dijauhi dengan sengaja oleh semua teman-temannya.

Adam juga menyadari hal yang sama.

"Kita harus melakukan sesuatu," kata Adam.

Hanya ada Kiara dan Adam di dalam kelas enam. Sisi tubuh pria itu dia sandarkan pada ujung pintu, sementara pandangannya tertuju ke anak-anak kelas enam yang sedang ada di lapangan mengikuti pelajaran olahraga.

Kiara yang duduk di bangku guru bertopang dagu dengan satu tangannya. "Tapi, bisa aja anak itu emang lebih suka sendirian aja. Soalnya aku dulu kayak gitu juga."

"Gak mungkin." Adam langsung menggeleng. Dia bergerak menghadap pada Kiara. "Kamu sendiri kan yang lihat kalau dia sengaja didorong oleh anak lain. Dan bukannya dibantu, dia malah diketawain. Artinya apa lagi selain dia dibuli teman kelasnya sendiri?"

Kiara terdiam. Dia melihat Adam yang kini tampak emosional. Dalam hati, dia bertanya-tanya sendiri, kapan dia bisa merasakan emosi seperti yang Adam rasakan.

Sejak dulu, hati Kiara selalu kering dan gersang. Dia tidak bisa mengerti mengapa orang menangis dengan mudahnya hanya karena melihat penderitaan orang lain dan tertawa dengan mudahnya hanya karena melihat orang lain bahagia.

Dan pria itu, Adam Adhitama, datang ke hidup Kiara dengan segala emosi yang selama ini hanya bisa dibayangkan, sedikit membuat Kiara penasaran.

"Kamu bisa tanya guru-guru lain ada apa dengan anak itu." Kiara menjawab dengan suara datarnya yang khas.

"Kamu benar." Adam tiba-tiba menegakkan punggungnya. Dia lalu menggerakkan dagunya dan berkata, "ayo, kita langsung ke ruang guru aja?"

Kiara mengangkat alisnya dan menunjuk dirinya sendiri. "Aku juga ikut? kamu kan bisa sendiri."

"Tapi, kamu yang punya ide. Jadi, harus kamu yang tanggung jawab."

Kiara menghela napas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kiara menghela napas. Namun, tetap bangkit dari kursinya. Mereka menyusuri koridor sekolah dan begitu sampai di depan ruang guru, Adam menunggu di belakangnya.

"Kamu aja yang nanya," kata Kiara. "Kan kamu yang biasanya ngobrol dengan guru-guru di sini."

Adam menggeleng. "Kali ini kamu lagi. Kita gantian."

Kiara lagi-lagi menghela napas. Dia menatap tajam pada pria itu dan dibalas senyum cerah seperti sinar matahari pagi dari Adam. Membuang wajahnya, Kiara lalu mengetuk pintu dua kali sebelum menongolkan kepalanya ke dalam ruangan.

METANOIA [REWRITE]Where stories live. Discover now