BAB 5 - Rentetan Hal Aneh

459 68 11
                                    


" Life is full of lies wrapped in mystery." Kiara Anastasia


Ada sesuatu yang aneh.

Meski tidak bisa menjelaskannya dengan logis dan perasaan yang dia rasakan hanyalah asumsi belaka tanpa bukti, Kiara tetap merasa ada yang aneh.

Hal pertama yang menarik perhatian Kiara ketika mereka pertama kali sampai di rumah kepala desa adalah mobil Ford Everest hitam yang terparkir santai di teras rumah. Lalu, setelah memperhatikan sekilas, Kiara menyimpulkan rumah kepala desa adalah jenis rumah tunggal dengan tipe 45 bertingkat.

Dari dua hal itu, Kiara skeptis jika pakde bisa mendapatkannya dengan gajinya sebagai kepala desa. Namun, bisa jadi ada hal lain, seperti aset kekayaan pribadi atau warisan keluarga yang Kiara tidak tahu pakde miliki.

Kedua adalah pandangan warga desa tiap kali berpapasan dengan mereka. Warga desa ini tampak enggan untuk berinteraksi dengan mahasiswa KKN seperti mereka dan hanya suka memperhatikan mereka dari jauh. Dan ada dari tatapan mereka yang membuat Kiara merasa tidak disenangi.

Terlebih setelah wawancara dengan ibu Sri, wanita penenun tadi. Begitu melihat mereka mendekat, senyum bu Sri terlihat mengembang dan dia menyambut mereka dengan terbuka. Namun, begitu tahu kalau mereka tinggal di rumah kepala desa Sakra, Oliv melihat senyum ibu itu menghilang dengan cepat.

Intuisinya lantas memberi tanda kalau ada sesuatu yang tidak beres.

Namun, sebagai orang yang tidak terbiasa bersosialisasi, Kiara tidak bisa mengartikan apa arti dari itu semua. Yang dia hanya tau adalah itu bukan sesuatu yang bagus.

"Aku gak tau kalau kamu merokok."

Kiara berbalik dan mendapati Oliv. Dia menghembuskan napas panjang dan mengeluarkan asap dari paru-parunya sebelum membuang puntung rokok di tanah dan menginjaknya sampai puntung itu tidak lagi berapi.

Hari sudah sore menjelang malam. Karena tidak ada kegiatan yang mereka lakukan setelah pulang dari observasi pertama mereka di tempat penenunan, Kiara berniat tidur sejenak sebelum makan malam. Namun, kepalanya penuh dengan pikiran-pikiran yang tidak bisa berhenti sebelum Kiara mendapatkan jawaban.

Karena itulah, sekarang dia duduk di teras belakang rumah yang menghadap kebun untuk sekedar merenung dan berpikir.

Dari ujung matanya, dia melihat Oliv ikut duduk di kursi kosong yang ada di sampingnya. Awalnya tidak ada dari mereka yang memulai percakapan. Keduanya tenggelam di dalam pikiran mereka masing-masing.

Sampai akhirnya keheningan itu pecah ketika Kiara membuka mulut.

"Apa tanggapanmu tentang *warlok di sini?"

"Hm?" Oliv bergumam. "Kamu juga merasa ada yang aneh sama warlok?"

"Iya. Tapi, aku gak yakin alasannya karena apa."

"Sebenarnya aku sudah beberapa kali pergi ke desa-desa untuk melakukan pengabdian singkat. Dan ini pertama kalinya aku mendapati warga lokal yang enggan berinteraksi dengan mahasiswa seperti kita."

"Menurutmu alasannya karena apa?"

Kali ini, Oliv menggeleng jujur. "Aku juga gak tahu."

Ada hening sejenak sampai suara gonggongan anjing terdengar. Suara gonggongan itu terdengar seperti tangisan yang panjang dan melengking. Awalnya hanya seekor, lalu lama kelamaan semakin banyak dan bersahut-sahutan.

Kiara dan Oliv melemparkan pandangannya ke arah kebun liar di hadapannya.

Anehnya ialah Kiara sama sekali tidak melihat seekor pun anjing. Hanya ada dedaunan yang bergoyang diterpa angin sore yang dingin dan suara lolongan anjing yang terdengar dekat dan jauh secara bersamaan.

METANOIA [REWRITE]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant