2. Teman

61 7 11
                                    

Jika semesta saja mengizinkan kita untuk bersama, mengapa tidak?

•••

Keysha berjalan menuju kelasnya bersama dengan Acha, Riko, dan Vian-siswa kelasnya yang memang juga terlambat seperti Keysha.

Gadis tersebut mengetuk pintu secara perlahan saat melihat Ibu Effi yang tengah menulis di papan tulis sembari menjelaskan materi.

"Permisi Bu," ucap Keysha dengan sopan sambil tersenyum pada wali kelasnya tersebut.

Bu Effi menganggukkan kepalanya dan mempersilahkan ke empat muridnya tersebut memasuki kelas yang nampak sunyi karena murid yang tengah fokus belajar.

"Kenapa bisa telat Key?" Tanya guru paruh baya tersebut saat Keysha menghampirinya dan salim.

Keysha menyengir sambil memperlihatkan gigi putihnya, gadis cantik dengan tas ransel berwarna kuning tersebut menggaruk tengkuknya yang tak gatal, bingung ingin mengatakan apa.

"Maaf Bu, tadi Key bangunnya kesiangan. Terus udah gitu jalanannya macet. Pas sampe sekolah juga dihukum dulu ngebersihin taman belakang sekolah," jelas Keysha panjang lebar dengan wajahnya yang kesal namun terlihat menggemaskan.

Bu Effi menganggukkan kepalanya dan mempersilahkan salah satu siswi berprestasinya tersebut duduk ke bangkunya yang terletak dinomor empat barisan tengah.

Dengan senyuman yang kembali mengembang, Keysha berjalan ke arah bangkunya dan mulai menduduki bangku kebanggaannya tersebut.

Di SMA Purnama, siswa-siswi nya duduk secara sendiri-sendiri. Tidak ada teman sebangku. Namun, walaupun begitu, Acha dan Keysha duduknya sesampingan. Meski terhalang oleh jarak sekitar setengah meter.

Keysha meletakkan tasnya ke atas meja dan mulai mendengarkan materi yang disampaikan oleh Bu Effi. Sedari tadi kepalanya tak henti-henti ingin menengok ke arah belakang bangkunya. Tepat ke arah bangku yang biasa kosong kini sudah diisi oleh seorang murid pria yang tengah memutar-mutar pena ditangan kanannya.

"Kalian kerjakan tugas dihalaman 49, Ibu mau ke ruang guru sebentar, ada keperluan. Jangan pada berisik. Ical, kamu ketua kelasnya, kalau ada yang berisik, tulis namanya!" Ucap Bu Effi dengan menatap murid pria yang duduk dinomor satu barisan paling pojok.

Ical-ketua kelas X MIPA 1 yang merasa namanya dipanggil menganggukkan kepala menanggapi ucapan Bu Effi yang berbicara padanya, "Iya Bu, siap!"

Melihat jawaban muridnya tersebut, Ibu Effi lalu keluar dari kelas X MIPA 1, meninggalkan kelas yang entah akan jadi apa bila ditinggalkan walau dalam waktu yang sebentar.

"Kantin yok! Gue laper banget. Belom sarapan!" Teriak salah satu murid pria yang bernama Wira pada sahabat-sahabatnya.

Mendengar ucapan Wira, ke empat sahabatnya menganggukkan kepala dan mulai keluar kelas menuju kantin.

Ical yang memang melihat mereka keluar kelas hanya diam saja dan tetap melanjutkan kegiatannya bermain handphone. Lagipula tidak ada gunanya melarang kelima murid nakal tersebut keluar kelas. Yang ada dia akan dikeroyok habis-habisan nanti.

Melihat kelas yang mulai sepi dan tenang karena biang kerok sudah pada keluar kelas, Keysha lalu mulai mengeluarkan buku pelajarannya dan mengerjakan tugas yang tadi diberikan Ibu Effi. Mumpung kelas lagi aman, jadi lebih baik kerjakan tugas dulu!

Sepuluh menit lebih Keysha berkutat dengan soal-soal dan buku cetak yang ada dihadapannya  hingga semua soal terjawab satu persatu.

Gadis tersebut lalu menarik bangkunya ke arah Acha hendak mengobrol membahas hal-hal random.

Confidenziale [On Going]Where stories live. Discover now