🌺Bab 16

623 116 3
                                    

Menjelang siang aku dan ayah pergi ke kuil suci yang letaknya di wilayah tenggara kekaisaran, tepatnya di daerah Elred. Daerah Elred merupakan wilayah milik Duke Estevan. Di sana berdiri banyak villa dan kediaman mewah milik para bangsawan dan keluarga kekaisaran. Harga tanah di sana termasuk mahal. Karena dekat dengan wilayah perbatasan dan jauh dari pusat kota yang menawarkan ketenangan. Kuil suci harusnya dibangun di tempat ramai dan strategis. Namun mereka malah membangunnya di tempat sepi pengunjung.

Hah.... dilihat dari segi manapun pemindahan kuil suci yang baru tidak beralasan dan sama sekali tak masuk akal.

Untungnya perjalanan yang kami tempuh tak terlalu jauh. Mungkin hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit menggunakan kereta kuda dari kediaman.

Sesampainya di kuil, beberapa pendeta dan juga ksatria suci yang menjaga menyambut kami di halaman depan. Seolah mereka memang telah menunggu kedatangan kami sebelumnya. Aku turun dari kereta kuda dengan perasaan yang cukup campur aduk. Bangunan kuil suci yang baru, dibangun lebih megah dari bangunan yang sebelumnya. Meski belum pernah mengunjungi kuil suci yang lama, namun dapat kupastikan bahwa bangunan yang lama tak berarti apa-apa dibanding bangunan yang baru ini.

Desainnya menurutku mirip dengan benteng tempur. Ksatria suci yang berjaga bahkan memakai baju pelindung besi serta membawa tombak dan perisai. Kurasa jumlah pasukan ksatria yang dimiliki kuil terlalu banyak. Karena ada perjanjian resmi tertulis yang mengatakan bahwa kuil akan bebas gangguan dan campur tangan pihak luar, harusnya pihak mereka tak memiliki musuh dengan kekuatan besar yang perlu ditakuti.

Kuil harusnya didesain sebagai bangunan terbuka bagi siapa saja. Namun ada banyak pintu berteralis besi yang mencurigakan. Dengan banyaknya pilar raksasa yang menyanggah, bangunan kuil tampak begitu megah dan agung dari luar. Cat yang dominan dipakai adalah putih mengkilat. Tak ada satupun bunga maupun rerumputan di sekitar. Hanya ada bangunan raksasa yang tak memiliki ruh sama sekali.

Kepalaku mendadak terasa berdengung, rasanya sesuatu yang sangat buruk akan terjadi di masa depan melalui kuil ini. Pandanganku agak memburam. Aku mengerjap sesaat, sekitarku mengabur. Dalam penglihatanku, bangunan kuil yang tadinya putih bersih berubah menjadi merah darah seketika.

"Thea, kau tak apa, anakku?" Ayah menyentuh pundakku. Membuatku kembali mengerjap dan tersadar. Pandanganku yang tadinya buram mulai membaik. Tak ada lagi kuil dengan warna merah darah dalam penglihatanku.

Aku kembali memperhatikan kondisi kuil dengan seksama. Pondasi bangunan menurutku tidak masuk akal. Aku dapat memperkirakan ada sekitar 1000 anak tangga lebih yang harus dilewati untuk memasuki kuil itu. Rasanya seperti ada ruang lain yang sengaja dibangun di bagian dasar untuk tujuan khusus.

"Kami menyambut kedatangan Tuan Count Hill dan putrinya. Selamat datang di kuil suci San Andreas." Salah satu pendeta maju, dan mewakili mengucapkan salam.

Aku dan ayahku digiring untuk mengikuti mereka. Namun ksatria yang kami bawa dari kediaman tak diperkenankan masuk. Padahal kuil seharusnya tempat yang terbuka bagi siapa saja. Lantas kenapa pengunjung yang datang seolah dibatasi?

Ayah mendadak menggendongku saat mulai menaiki anak tangga. "Ah ayah, aku bisa berjalan sendiri dengan kakiku. Jadi tak masalah, turunkan aku." Ujarku merasa keberatan. Meski fisik ayahku nampak terlihat bugar, namun naik banyak anak tangga sambil membawa beban tentu sangat merepotkan dan membuat cepat lelah.

Ayah tersenyum kecil. "Tidak apa-apa anakku, di masa lalu ayah aktif di akademi militer angkatan laut. Ayah juga sering melatih kebugaran tubuh di kediaman. Jadi tidak akan ada masalah kalau hanya sekedar membawamu seperti ini. Putriku tidak boleh merasa lelah."

Aku menghela napas pasrah. Lagi-lagi perhatian yang kudapat terasa berlebihan. Kami masuk ke dalam kuil suci tanpa hambatan. Interior bangunan dalam tak berbeda dengan bangunan luar. Namun tidak banyak ventilasi yang dipasang. Hanya ada satu jendela besar di depan altar yang biasa dipakai untuk persembahan. Penerangan sisanya pun menggunakan lilin berwarna putih yang ditata secara berderet.

SPRING HILLWhere stories live. Discover now