Bab 48 Mengungkap Rahasia

500 30 3
                                    

Bab 48 Mengungkap Rahasia

Di usia kandungan 7 bulan, kembali keluarga Damian mengadakan acara tujuh bulanan untuk mendoakan Ariana dan calon bayinya. Kali ini acara diadakan di rumah yang di tempati oleh Damian dan Ariana. Meskipun mereka yang memiliki hajat acara, tamu-tamu dan segala keperluan yang paling banyak datang adalah teman-teman Papa Sultan dan Mama Sasmita. Mereka sangat bersuka cita untuk menyambut calon anak Damian.

"Ari di sini saja," ujar Mama Sasmita membuat Ariana duduk di antara teman-teman ibu mertuanya itu. Tak lama kemudian, Mama pun melesat ke mana-mana, banyak sekali tugasnya.

"Nak Ariana, bagaimana kehamilan pertama ini? Merepotkan atau tidak?" tanya Tante Natashia dengan senyum lembutnya.

"Sama sekali nggak merepotkan, Tante. Adik bayi nggak rewel," jawab Ariana apa adanya.

"Syukurlah. Dulu waktu Tante hamil anak pertama juga seusia kamu, tapi bawaanya benci dan kesal sekali pada suami Tante."

"Bukannya sampai sekarang seperti itu, Jeng?" balas Tante lain yang langsung disambut gelak tawa.

"Jangan berisik deh, Sarah. Kamu lupa, kamu juga suka ribut sama suami kamu waktu hamil Aliando?" Tante Natashia mengingatkan wanita paruh baya bernama Tante Sarah itu.

"Eh tapi, Mbak yu, si Aliando sekarang nambah cakep aja ya. Udah umur berapa sekarang?" tanya Tante lain pada Tante Sarah.

"Berapa ya," Tante Sarah sibuk menghitung dalam hati. "Pokoknya sekarang SMP kelas 3."

"Masih SMP udah ganteng banget, apalagi nanti kalau udah SMA ya." Tante lain berujar. "Gimana kalau nanti anak-anak kita yang seumuran kita jodohkan saja?"

"Mulai deh mulai! Udah daripada jodoh-jodohin anak mending pikirin masa depan anak-anak kita. Lihat tuh Damian, habis pacaran lama sama model itu malah dapat perempuan cantik dan masih muda seperti Ariana." Obrolan kembali tertuju pada Ariana.

"Emang perempuan itu mending nggak usah sekolah tinggi-tinggi, yang penting dapat jodoh tampan, kaya, dan bertanggung jawab seperti Damian."

"Saya juga kadang nyesel, ngapain juga ya dulu saya jadi wanita karir, padahal habis nikah sama papanya Yuda, saya jadi lebih nyaman. Tapi kadang ngerasa down juga sih karena nggak ngelakuin apa-apa selain kerjaan rumah aja."

"Bukannya dari dulu Mama Yuda ini sudah dibantu asisten rumah tangga ya?" tukas Tante yang punya anak Aliando itu. "Kok bahasanya kayak nggak pernah ada yang bantu aja di rumahnya itu?"

Mama Yuda menatap sinis ke arah Mama Aliando. "Kan kalau mau lebaran bibi-bibi pada sering macet di tempat tinggalnya aja. Kalau mereka udah nggak mau balik lagi padahal mau dinaikin gajinya, saya kan yang otomatis ngerjain kerjaan rumah."

"Udah udah, Mama Yuda sama Mama Ali jangan bertengkar gitu dong!" sungut Tante Sarah.

"Lagian siapa sih yang bertengkar? Kita nggak bertengkar kan Mama Yuda?" tanya Mama Aliando dengan senyum yang dipaksakan.

"Iya, kita emangnya anak kecil, bertengkar masalah kayak gini doang!"

Tante Sarah menghela napasnya. Kenapa sekarang jadi dia yang dipojokkan oleh kedua perempuan ini? Mengambil minum di atas meja, Tante Sarah pun minum langsung tandas. Alisnya menukik tajam, ia terlihat kesal.

Tak ingin ada keributan, Mama Yuda pun memeluk Tante Sarah. "Ih kita kan cuma bercanda. Jangan baper ya, Mama Rita!"

"Ck, siapa juga yang baper? Biasa aja tuh," Tante Sarah atau Mama Rita tetap cemberut.

"Mama Rita, Rita lulus SMP nanti mau lanjut ke mana? Masih di SMA Garuda atau mau pindah tempat?" tanya Mama Yuda lagi mengubah topik pembicaraan.

"Kata Papanya sih mau ke SMA Garuda, biar sekalian. Cuma anaknya kayaknya mau sekolah di Negeri. Temen dekatnya ada yang mau lanjut ke SMA Negeri karena ngejer beasiswa bidik misi ke perguruan tinggi nanti."

ISTRI 5 MILIYAR [18+]Where stories live. Discover now