4. Awal dimulai?

14 7 0
                                    

Hei <3
Kasi ❤ untuk Feya dan kawan kawan dong~





















Enjoy ya!
































Sore ini cerah, tumben sekali. Beberapa hari belakangan ini hujan sering turun di sore hari. Tapi kali ini tidak, atau hujan akan berganti turun di malam hari? Mungkin saja.

Tadi sepulang sekolah, aku melihat tukang batagor. Kebetulan sekali, karena bunda bilang beliau ingin sekali makan batagor.

Dengan langkah riang, aku berjalan pulang menuju rumah. Tak sabar memberi kejutan kecil untuk bunda. Jangan salah ya, walaupun hanya hadiah kecil begini bunda selalu mengapresiasi nya loh. Raut bahagia bunda itu menunjukan kalau beliau sangat senang dengan apa yang aku beri.

Saat di tengah perjalanan, aku melihat seorang nenek yang terduduk di pinggir jalan. Dengan cepat aku menghampiri nenek tersebut. Takut-takut terjadi sesuatu.

Saat sampai di samping nenek tersebut aku melihat luka di lutut nya. Ternyata benar nenek itu kenapa-napa. Beliau masih menunduk, belum menyadari keberadaan ku. Lalu aku bersuara.

"Permisi nek? Apa nenek baik-baik saja?". Nenek itu mendongak, menatap ku lalu tersenyum.

"Saya nggak papa, tadi hanya jatuh di situ". Beliau menunjuk ke arah 5 langkah dari tempatnya duduk. " Kurang hati-hati jalan nya". Beliau tersenyum lagi.

"Astagfirullah...tapi luka nya harus di obatin nek, takut infeksi". Aku membuka resleting ransel lalu mengeluarkan obat merah dan tissue. Aku memang selalu membawa benda-benda tersebut didalam ransel. "Nenek bisa berdiri? Kita duduk di halte sana aja ya? Mari saya bantu".

Aku membantu nenek itu berdiri lalu memapah nya menuju halte yang kebetulan sekali dekat dengan jarak kami. Sesampainya di halte, aku langsung membantu nenek duduk. Lalu mulai membersihkan lukanya terlebih dahulu.

"Tahan sebentar ya nek, mungkin akan terasa perih". Setelah dibersihkan aku langsung memberi obat merah pada luka, lalu menutup luka dengan plester. Beruntung luka nya tidak terlalu lebar.

Setelah selesai, nenek menatapku sambil tersenyum. Wajah nya terlihat masih sangat cantik, bahkan di usia nya yang sudah senja.

"Terima kasih ya, kamu baik sekali mau repot-repot membantu omah". Beliau mengusap kepala ku. "Panggil omah saja". Senyum nya belum luntur sedari tadi.

"Iya, sama sama omah" Aku balas tersenyum.

"Nama kamu siapa? Kamu cantik sekali". Omah menatap ku lekat.

"Safeya omah, tapi omah bisa panggil Feya aja. Terima kasih omah, omah juga cantik sekali". Aku berdiri lalu duduk disebelah omah, karena sejak tadi aku berjongkok untuk mengobati luka di lutut nya.

"Oh iya, omah tadi sendiri? Mau pulang?". Tanyaku.

"Iya omah mau pulang. Kebetulan tadi omah minta supir jemput disini, eh waktu jalan tadi malah jatuh. Sepertinya omah kesandung batu". Omah terkekeh.

"Ya ampun, lain kali omah harus hati-hati". Aku senang sekali bisa mengobrol dengan omah, tutur kata dan tatapan nya sangat lembut.

"Iya, omah pasti akan lebih hati-hati". Omah merogoh sesuatu dari tas nya, seperti...kartu nama?. Omah tersenyum, lalu mengambil tangan ku dan meletakkan sebuah...ya benar itu kartu nama.

"Ini kartu nama omah, kebetulan omah punya toko kue di ujung jalan sana. Kapan-kapan kamu mampir ya kalau ada waktu". Ucap nya sambil memegang tangan ku.

Ini Tentang Feya (On Going)Where stories live. Discover now