PART 12

9.4K 356 0
                                    

Tema:Permainan Iblis 2

             ...Happy Reading...

Disebuah tempat dengan pencahayaan temaran, Terdengar tangisan memilukan dan jeritan kesakitan menggema diseluruh ruangan.

Gadis dengan pakaian serba hitam, Menyeringai puas, Seolah jeritan dan tangisan itu adalah nyanyian terenak yang terdengar ditelinganya.

Sementara lelaki berusia 17 tahun yang berada diujung ruangan seraya meneguk wine tersenyum tipis, Melihat orang yang dicintainya begitu antusias membuat korbannya menderita.

"Agatha Ayunindya... Sakit?"Tanyanya, Ketika selesai mengukir huruf diperut sang korban.

"Shaqilla, Maafin kita. Plis lepasin kita"Wanita lain yang berada disisi Agatha bersujud dikaki Psycopat gil4 itu.

Shaqilla Kinara Sanjaya, Yang mendengarnya tersenyum misterius, Menjambak dengan kencang rambut Brisia, Hingga mendongak menatapnya.

"Sampai mulut kotor lo berbusa pun, Gue gak akan lepasin lo"

Nadanya terdengar santai, Tapi aura dinginnya menguar dan yang mendengarnya akan membuat bulu kuduk meremang. Tenang namun punya seribu alasan dibalik Nadanya.

"Wanna Play, B1tch?"

"Gue akan lepasin lo, Tapi kalian harus bisa keluar dari sini selama 10 minutes"

Gadis dengan pakaian serba hitam itu menyeringai, Sekuat apapun berlari darinya. Tak akan pernah bisa, Karena Malaikat maut sendiri yang menjemput.

Ini adalah ruangan Eksekusi diruang bawah tanah markas Red Blaze. Ruangannya besar, Mungkin korban akan mengira ia akan bebas karena ruangan ini sempit, Nyatanya ruangan ini besar ada pintu, Lagi dan terus ada ruangan lagi hingga ada pintu yang harus menggunakan kartu RFID, Itu baru jalan keluar sebenarnya.

"Ayo kalian kabur!!"Titah Qilla dengan datar.

Agatha dan Brisia yang tidak diikat apapun langsung berlari kearah pintu dengan berlari terus menerus. Dan mereka sekarang merasa dirinya telah bebas

"Five Minutes"Teriak Qilla.

"Mau bermain bersamaku Acha?"Tanyanya pada Garuda.

"Tidak, Aku ingin melihat kau bermain saja"

Qilla tersenyum tipis, Lalu berjalan dengan santai mengikuti jejak Agatha serta Brisia. Ah, Mereka mengumpat ternyata sekarang karena kecapekan, Padahal ini belum pertengahan sudah kecapekan.

"Three Minutes"

Dan

"Selesai"

"Kalian ngumpet dimana? Wuhuu"

Qilla berjalan kearah gudang tempat penyimpanan organ, Mereka masuk ketempat yang salah. Karena Qilla tidak perlu capek-capek ngurusin organ mereka, Langsung taro kan.

Agatha ngumpet dibawah meja pojokan dengan nafas tersenggal-senggal, Kondisi wajahnya sudah tidak baik-baik saja. Dipenuhi lebam dan darah, Qilla menjadikan Agatha sebagai samsak sewaktu baru datang.

"B1tch, Gue sampai"

"DORR!"

Qilla langsung mengagetkan Agatha dengan teriakan seperti suara pistol. Nafas Agatha tercekat melihat wajah Qilla yang seperti iblis, Iblis pencabut nyawa.

"Ketemu"

Bugh

Bugh

Dengan perasaan senang Qilla membogem serta menendang Agatha hingga tersungkur, Palanya mengenai ujung meja, Hingga darah segar bercucuran dikepalanya.

Qilla berjongkok didepan Agatha yang sudah pucat pasi, Mengangkat dagunya hingga mata mereka bertubrukan. "Gue Aletheia Calista Anderson, Mau bun-h lo karena berani mengusik seorang Theya"

"L-lo Shaqilla Kinara Sanjaya!!"Teriak Agatha dengan ketakutan setengah mampus.

"Santai, Gue emang pake raga Qilla tapi jiwa gue seorang yang lo idolakan kan?!"

Sreett

"Nikmati setiap rasa sakit yang lo rasain Agatha!! Gue akan bikin lo ketemu sama Qilla dan harus minta maaf sama dia!!"

Qilla tersenyim smirk lalu mulai mengoyak tubuh Agatha dengan belatinya. Belati kepemilikan Red Blaze, Terbukti dari ujung belati itu terdapat logo Red Blaze. Di design dari orang terkenal dalam dunia Mafia, Dinegara Prancis

"A-mpun, Qilla!"

Nafas Agatha tersenggal-senggal sebelum akhirnya kegelapan mengambil alih dirinya, Membuat Qilla mendesah kecewa, Karena tidak lagi mendengar jeritan indah yang keluar dari mulut korbannya.

"Selamat bertemu Qilla! Setelah itu lo akan keneraka! Good Bye, Agatha Ayunindya"

Blessh

Dengan sekali tebasan, Kepala Agatha menggelinding kelantai, Darah bercucuran semakin deras. Dagingnya sudah keluar dari tubuhnya. Dan semua orang yang tadi dia sempet ambil, Dia abaikan begitu saja.

Brisia yang dari tadi menonton adegan action itu dari lemari menahan nafasnya. Air matanya berlomba-lomba untuk turun dari pelupuk mata indah itu.

BRAK

Brisia terlonjak kaget karena pintu lemari dibuka secara paksa oleh gadis dengan seringai kecil itu. Ditangan kanannya terdapat belati yang bercucuran darah, Sementara tangan kirinya kosong. Pedang tadi telah ia jatuhkan dilantai.

"Hello B1tch!"

Qilla menarik kerah kemeja polos yang dipakai Brisia, Lalu menubrukannya kedinding hingga kepalanya berdarah.

"Am-pun Qil-la, Am-pun Hiks"

Brisia terisak hebat ditambah nyeri dikepalanya membuatnya pusing. Qilla mengambil sesuatu dimeja yang ada beberapa organnya itu.

"Jadi ini tangan lo yang jambak gue?"

Qilla terlebih dahulu menggambar abstrak ditangan kanan Brisia, Lalu mengambil korek yang tadi dia ambil dan menyalakannya membakar tangan Brisia seperti membakar jagung.

"Le-pas hiks! Aaargghh"

Qilla mengambil sesuatu kembali di meja yang terdapat organ itu, Lalu mengamati bibir Brisia yang berwarna merah darah, Disudut bibir itu sobek. Bibir yang terus mengeluarjan ringisan dan jeritan yang amat Qilla Sukai, Melodi indah itu namanya

"Ini mulut lo yang nyebut gue jal4ng? Dan udah hina Shaqilla?"

Qilla menyeringai lalu menjahit bibir merah terang bak tante girang itu. Tangisan Brisia semakin pecah, Jeritan itu memelan karena mulut Brisia bener-bener sudah dijahit.

"Sakit?"Dengan bodohnya dan dengan muka sok polosnya, Qilla bertanya hal yang tidak perlu ditanyakan

"Gue capek, Mainnya. Cepetin ajadeh"

Sreett

Sreett

Blessh

Ia mencongkel bola mata berwarna hitam kecoklatan itu, Lalu melemparnya kesembarang arah. Ia mengambar abstrak diperut datar Brisia lalu mulai mengoyaknya, Jiwa seorang Aletheya itu itu mengambil organ tubuh Brisia. Catup jantung, Paru-paru, Ginjal, Dan sebagainya.

"Daripada gak bawa sedekah keakhirat mending sumbangin organ lo aja Bri"

Dan terakhir menebas kepala itu dengan pedangnya.

Garuda yang melihat brutal seorang kekasihnya itu, Tersenyum tipis. Ia menyandarkan kepalanya diambang pintu seraya bersidekap dada.

"Udah selesai Ale? Kalau udah ayo pulang, Terus bicarain tentang Gang baru kamu"

       Bersambung

Next Or Stop?

Tema Selanjutnya
     'Alin Berulah'

⏭ Leader Mafia Transmigrasi ⏭ ||END||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang