Elixir Class, Survive : Ini alasannya

Start from the beginning
                                        

"Di hari itu juga kami sepakat untuk bergabung, pihak sekolah memberi kebebasan kepada kami bertiga untuk memilih kelas mana yang akan dijadikan tumbal,"

"Dan kami memilih kelas kalian untuk menjadi tumbal setelah kelas kami,"

"Kalian harus merasakan apa yang dulu kelas kami rasakan." bisik Fajash tepat ditelinga Revano dan Altharel.

"Tumbal? untuk apa?"

"Pertanyaan yang bagus!" sahut salah satu sosok berjubah hitam yang tiba-tiba datang.

"pihak sekolah bersekutu dengan iblis, entah dengan maksud tujuan apa. Setiap 2 sampe 7 tahun sekali, kepala sekolah akan memilih kelas yang cocok untuk dijadikan tumbal."

Sosok berjubah yang baru datang itu membuka kupluk jubahnya, ia adalah Karvino.

"Nah gimana? udah puas kan denger ceritanya?" tanya Karvino.

"Gausah ngulur waktu lagi, kita bikin kematian kalian lebih cepat, oke?" timpal Karvino.

Fajash mengeluarkan pisau dibalik sakunya, ia menikam leher Altharel dan Revano yang sudah berada diambang kematian.

"Akhh."

"Revano and Altharel had lost the game."

Fajash dan Karvino segera bangkit dari sana, beranjak pergi meninggalkan tiga mayat yang sudah terbujur kaku. Sambil merencanakan sesuatu.

Tanpa menyadari bahwa ada seseorang yang mengintip dibalik tembok sana. Lalu Ia segera pergi, berlari ke suatu tempat.

。。。。

Kini Erik berada di ambang batas hidup dan mati, setelah hampir sejam ia berlari tanpa arah menghindari serangan sosok berjubah hitam itu, kini usahanya sia-sia.

Sepenuhnya Erik masih sadar, dia masih bernafas walaupun terasa sesak yang teramat, indera pendengar dan penglihatan nya masih sedikit berfungsi.

Namun ia sudah tidak bisa lagi merasakan sesuatu, tubuhnya mati rasa akibat sayatan pisau yang sosok berjubah hitam itu berikan.

dia adalah iganz.

Sepertinya sosok itu memang sengaja membuat Erik tersiksa, berkali-kali Erik berteriak agar langsung bunuh saja dia, tetapi sosok itu tetap asik menyayat tubuh Erik dengan santai tanpa memperdulikan teriakan Erik.

"ERIK!"

Lianz berlari menghampiri Erik ketika mendengar teriakan temannya itu, lalu ia menendang sosok itu hingga tersungkur,

Sosok itu kembali berdiri, ia langsung menyerang Lianz dengan menusuk pinggang Lianz, beruntung tak terlalu dalam.

lalu sosok itu pergi begitu saja.

"Akhh." ringis Lianz.

Atensi nya kini beralih ke Erik yang sudah sekarat, "Ryula, Altharel, Revano sama Getsy udah gugur .." lirih Erik seakan-akan bercerita.

Lianz terisak, sekarang ia melihat temannya sekarat didepan matanya sendiri, ia langsung teringat mendiang Shaza.

"Arka, k-kemana?"

"Gue gak tau, waktu gue sama dia lagi jalan di lorong yang gelap, tiba-tiba aja Arka ilang gitu aja Rik."

Erik mengangguk lemah, "l-llo mau t-tau sesuatu?" tanya Erik terbata-bata.

"m-merekaa sengaja milih k-kita–"

"Sstt, jangan buang-buang energi lo buat cerita, Rik .." ucap Lianz.

"s-sakit." gumam Erik.

Lianz semakin terisak, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan, "Rik, bertahan ya? lo jangan mati dong."

Tak bisa, Erik sudah tidak tahan lagi.

Ia tersenyum kecut, "Gue k-kkeren ya bisa masuk tiga besar?" ucap nya terbata-bata sebelum akhirnya pandangannya menggelap.

Namun itu tak berlangsung lama, Erik dapat melihat cahaya yang amat berkilau sedikit menyilaukan matanya.

Hingga pandangannya bertemu ke 24 teman kelasnya yang telah gugur dalam permainan ini, mereka semua melambaikan tangannya ke Erik.

"Lo hebat bisa masuk tiga besar." ucap Altharel tersenyum, ia mengulurkan tangan pada Erik,

Disamping Altharel, ada Ryula yang ikut tersenyum menyambut arwah Erik.

"Erik had lost the game."

。。。

Lianz berlari meninggalkan jasad Erik di lorong sana, perasaan nya campur aduk, ia bertekad untuk mencari Arka yang tiba-tiba saja menghilang tanpa jejak.

"Ka .. lo dimana?" teriak Lianz.

Sekarang dipermainan ini hanya tersisa Lianz dan Arka saja, ia ingin memastikan bahwa Arka baik-baik saja.

"Pasti lo masih hidup kan?" gumam Lianz.

"Psstt."

Lianz menoleh kebelakang, lalu sepersekian detik kemudian tubuh nya menegang ketika pisau yang sudah berlumuran darah mengacung didepan matanya.

Dihadapan nya kini berdiri Sosok berjubah hitam, kali ini ia tak memakai topeng lagi.

"Kak Fajash?"

"Nyariin Arka?" Fajash berbalik bertanya.

"Kayaknya dia udah sekarat." sahut Karvino yang datang dari arah belakang, membuat Lianz terpekur kaget.

Lalu Karvino juga ikut mengacungkan pisaunya pada Lianz.

Lalu Karvino juga ikut mengacungkan pisaunya pada Lianz

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

TO BE CONTINUED . .

[1]  Elixir Class : Survive  ❪ ✔️ ❫Where stories live. Discover now