❝ Harusnya lo semua ikut saran gue tadi, kita cabut sekelas.❞
⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹
26 Siswa yang berjuang untuk tetap hidup di lingkungan yang mereka tidak ketahui mengapa mereka bisa ada disana. Mereka disis...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Tap .. Tap .. Sreet
Sosok itu berjalan sambil menyeret sesuatu ditembok, Lianz mengingat suara itu. Suara itu persis seperti yang ia dengar tadi dilorong bersama Shaza.
"Dia mau ke arah sini?" tanya Shaza berbisik.
Lianz tak menjawab,
akhirnya ia mengintip dari balik tembok, Lianz melihat sosok itu sedang menyeret pisau disepanjang tembok yang dia lewati.
"Dia gak kearah sini, dia kearah berlawanan dari kita." bisik Lianz.
" .. hhh .. syukur deh," Shaza mengusap dadanya.
"Dia udah agak jauh, Za." sahut Lianz lagi.
Shaza kembali mengusap dadanya, degupan jantungnya mulai normal.
Lianz beranjak berdiri, namun ditahan oleh Shaza.
"Kamu mau kemana?"
"Gue mau ikutin sosok itu, barang kali dia tau keberadaan Teo, Mora, Mia, Wonia sama Raka." jawab Lianz, masih berbisik.
"Atau bisa jadi, dia mau ke elevator terus bunuh temen-temen kita." lanjut Lianz.
"Kamu gila? bahaya Li," ucap Shaza tak setuju.
"Bukannya sejak awal permainan, kita semua udah dibuat gila?" balas Lianz.
"Gue gak ngajak lo kok, lo tunggu aja disini, nanti gue balik lagi, oke?" timpal Lianz.
"Gak ah, disini gelap, aku takut."
"Lo mau ikut?" tanya Lianz, lalu Shaza mengangguk.
"Selama di perjalanan, jangan buat suara apapun ya? kalo sampai sosok itu tau kita ngikutin dia, lo tau kan apa yang bakal terjadi sama kita berdua?"
Shaza mengangguk paham.
Mereka berdua pun beranjak berdiri, Lianz berada paling depan lalu Shaza dibelakang nya.
Mengendap-ngendap secara perlahan, mengikuti kemana sosok berjubah hitam bertopeng ini pergi, jarak mereka berdua dengan sosok itu antara 3 sampai 4 meter.
Sosok berjubah hitam itu terus bersenandung ria sambil memainkan pisaunya di dinding, pisau itu sudah berlumuran darah, entah darah siapa.
Mereka terus berjalan mengikuti sosok itu, berbelok, lurus, berbelok lagi, lurus dan berbelok. Rasanya lantai dua ini tak pernah ada ujungnya.
Sosok berjubah itupun berhenti tepat disalah satu ruangan, ia berbalik mengamati disekitar nya, Lianz dan Shaza reflek bersembunyi dibalik dinding.
Karena dirasa aman, sosok berjubah itu masuk kedalam salah satu ruangan dilorong itu. Lianz dan Shaza mengendap-ngendap, mendekati ruangan itu.
Suara tertawa terdengar dari ruangan itu, Lianz yang penasaran pun mengintip dari sela pintu yang tidak tertutup rapat,
dibelakang punggungnya Lianz ada Shaza yang juga ikut mengintip.