❝ Harusnya lo semua ikut saran gue tadi, kita cabut sekelas.❞
⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹
26 Siswa yang berjuang untuk tetap hidup di lingkungan yang mereka tidak ketahui mengapa mereka bisa ada disana. Mereka disis...
Revano menggeleng, "Getsy udah mati, itu artinya dia gak akan bisa keluar dari tempat ini hidup-hidup kan? gue juga gak akan mau keluar dari tempat ini."
Altharel melotot, "Maksud lo apa?" ucap Altharel, ia sengaja maju beberapa langkah, mencoba mengambil kesempatan,
sehingga,
"Dan lo semua gak boleh keluar dari tempat ini juga!" teriak Revano, ia mencekik leher Ryula,
" .. l-lepaas." Ryula hampir kehabisan nafas.
BLESS!
Ryula dapat merasakan dadanya sesak tertusuk pisau,
"Sorry Ryu, percuma lo survive sampai sekarang kalo ternyata takdirnya bukan lo yang jadi pemenang di permainan ini." bisik Revano, ia memperdalam tusukannya lalu mencabut pisau itu secara paksa,
membuat tubuh Ryula ambruk kebelakang, darah menyembur ketika pisau itu dicabut oleh Revano.
"Ryu .." Altharel menangkap tubuh Ryula, ia menangis.
"Lo harus kuat ya? dikit lagi kita bisa keluar dari tempat ini .." lirih Altharel, menahan isak tangis nya.
Ryula menggeleng, ia sudah tidak mampu lagi berbicara apapun, saat itu juga segumpalan darah keluar dari mulut Ryula, tubuhnya melemas, pandangannya ikut memburam,
dan ..
"Ryula had lost the game."
Ryula telah kalah, ia sudah menghembuskan nafas terakhirnya, membuat Altharel mengepalkan jari-jari nya, melotot marah.
"REVANO!"
Altharel menarik kerah seragam Revano yang kini berwarna merah darah, ia menonjok Revano secara membabi buta, menendang nya berkali-kali.
Revano juga tak mau kalah, ia berkali-kali juga menyerang Altharel dengan pisau ditangan nya.
Srett– Pisau itu berhasil menggores leher Altharel.
hingga pada akhirnya Altharel terpojok, Revano sudah siap menusuk Altharel dengan pisaunya.
"Kata-kata terakhir?"
"Brengsek, harusnya lo gak bunuh Ryula Bangsat!"
"Ujung-ujungnya dia juga bakal mati, Al."
Segera Revano menusuk pipi Altharel, menyilet nya, hingga Altharel berteriak kesakitan.
Selanjutnya Revano menusuk perut Altharel, lalu kembali mencabut nya.
Namun bukan Altharel jika gampang pasrah. Walau kesakitan, ia masih mampu menghajar Revano.
Ia langsung menendang Revano hingga tersungkur kebelakang, menjedotkan kepala Revano ketembok berkali-kali hingga dahinya mengeluarkan darah.
Belum puas sampai situ, Altharel meninju muka Revano sampai babak belur,
kali ini Revano tak membalas. Pisau yang ada ditangan nya, ia lempar kesembarang arah.
Altharel menatap Revano dengan nafas tersenggal-senggal, raut wajah jelas masih terlihat sangat emosi, lalu ia mengambil pisau milik Revano, bersiap menancapkan nya di jantung Revano.
Altharel mengangkat kedua tanganya yang sedang memegang pisau, "Lo mau mati kan, Van?"
Revano tak bersuara, ia hanya tersenyum, lalu Revano menutup matanya, bersiap atas tusukan yang akan diberikan Altharel.
"AAAAAKKKHH, BANGSAT LO!" teriak Altharel, ia menancapkan pisau nya di samping persis Revano.
Altharel menangis, ia mengurungkan niatnya untuk membunuh Revano lalu Altharel mendorong Revano menjauh dari tubuhnya.
Keduanya telah sekarat,
Revano juga menangis, ia melihat kearah Altharel yang sedang terbaring lemah dilantai dengan mulut nya yang memuntahkan darah persis seperti Ryula tadi.
Altharel balik membalas tatapan Revano, melihat wajah temannya yang kini sudah penuh dengan lebam biru-biru, dan luka akibat serangan yang diberikan Altharel.
"luka lo .. g-ggue mmintaa mmaaf ..." ucap Altharel susah payah dengan sisa nafas yang ia punya.
Revano kembali terisak, "Gue pembunuh ..?" gumam nya, ia berusaha merangkak mendekati Altharel yang sudah mulai memejamkan matanya.
"Rel .." Revano berusaha memanggil Altharel, namun lelaki itu tak menjawabnya.
"Rel .." Revano terisak kencang, suara tangisan nya mendominasi lorong yang gelap ini.
"Sstt, g-gue beelum matii .." ucap Altharel, ia kembali membuka matanya yang sudah sayup.
"gue, gue m-minta maaf." kata Revano terbata-bata.
"Jangan minta maaf ke gue, nanti minta maaf nya ke Ryula aja." jawab Altharel dengan suara yang amat pelan, seperti bisikan.
Mereka berdua sama-sama terdiam, tak ada yang bisa mereka lakukan sambil menunggu kematian datang menjeputnya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.