Elixir Class, Survive : Berpencar, lagi

Mulai dari awal
                                        

Arka mengetuk-ngetuk kecil jari telunjuknya di dagu nya, memikirkan faktor-faktor kemungkinan yang menyebabkan Kakak kelas nya itu membuat permainan gila ini.

"Arka .." panggil Lianz.

"Ini udah satu jam lebih, kenapa belum ada clue tim mana yang akan mati ya?" tanya Lianz.

" .. gimana kalo seandainya tim kita yang akan mati duluan?" tanya Lianz lagi.

。。。

Sejauh ini Tim Altharel, masih merasa aman. Entah sudah berapa lama mereka berjalan, yang jelas mereka ber enam sudah sangat lama memutari lantai tiga.

"Al, kita udah muterin lantai tiga ini berkali-kali, tapi kok gak ketemu sama yang lain ya?" tanya Ryula khawatir.

Altharel menggedikan bahu sekilas, dia punya firasat yang aneh.

"Lantai dua sama lantai tiga itu udah kayak labirin," kata Altharel.

"Harusnya waktu di perpustakaan itu, kita tanya ke Haikal, gimana akhir dari mimpi dia .." ucap Altharel pelan, menyesali ketidak kepikirannya dia saat itu.

。。。

Getsy menjambak rambutnya frustasi, membuat Revano kebingungan.

"Lo kenapa?" tanya Revano, ia kurang bisa melihat wajah Getsy secara jelas karena minimnya pencahayaan.

" .. s-sselanjutnya, pasti kita yang akan mati .." lirih Getsy dengan suara ketakutan disana.

"Tapi disini belum ada clue apa-apa, harusnya yang berpotensi mati pertama itu Erik, bukan kita, Get." jelas Revano, ucapan Getsy barusan membuat Revano parno.

Getsy menggeleng, "Dari tadi mereka ngikutin kita .. mereka .. mereka ada dimana-mana!" ucap Getsy pelan, hampir seperti bisikan.

Lantas Revano celingak-celinguk, tapi tak menemukan hal yang mencurigakan.

"Gak ada siapa-siapa selain kita, Get, yang lo liat itu siapa?" tanya Revano lagi.

"Manusia berjubah itu ngikutin kita, aku selalu kontak mata sama sosok itu. Aku gak mau mati dengan cara yang sadis kayak Teza sama Gavin,"

"Dia ada di setiap ruangan kelas yang ada lorong ini, Van." Getsy kembali berbisik, matanya tak fokus, ia sangat waspada melihat sekitar.

Revano memeluk Getsy erat, "Jangan takut, gue disini. Selama ada gue, lo bakal baik-baik aja, Get."

Getsy tak membalas pelukan Revano, ia melepaskan pelukan itu, "a-aku mau pinjem pisau dibalik seragam kamu." pinta Getsy.

Revano menyengirt bingung, "Lo tau darimana kalo gue punya senjata tajam?"

"Setelah pulang sekolah, kamu selalu ikut tawuran kan? dan harusnya, setelah pulang sekolah nanti kamu juga mau tawuran, iya kan?" jawab Getsy.

Revano membelalak kaget, padahal tidak ada yang tahu bahwa Revano sering tawuran selain teman-teman dekatnya.

"Aku mau pinjem .." pinta Getsy lagi.

"Buat apa?"

"Aku mau buat permainan ini lebih cepat selesai, kamu mau pulang kerumah kan, Van?" ucap Getsy tanpa ekspresi.

Revano memberikan pisaunya ragu-ragu, "Caranya gimana?"

Getsy menarik nafasnya dalam-dalam, lalu tersenyum, "Caranya kayak gini .."

Jleb!

Darah segar mangalir dari dada Getsy, ia memperdalam tusukannya, kini tubuh Getsy tumbang.

Mata Revano melotot sempurna, ia tak menyangka bahwa Getsy akan mengakhiri hidupnya seperti ini. Getsy memilih bunuh diri menggunakan Pisau milik Revano.

Revano langsung memeluk Getsy yang sudah tidak sadarkan diri, ia menangis disana, merasa bersalah sudah memberikan pisau itu.

Revano langsung memeluk Getsy yang sudah tidak sadarkan diri, ia menangis disana, merasa bersalah sudah memberikan pisau itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Percuma gue pulang kerumah, gue gak punya siapa-siapa lagi Get,  ... mau pulang atau enggak juga gak akan ada yang cariin gue."

TO BE CONTINUED . .

[1]  Elixir Class : Survive  ❪ ✔️ ❫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang