28 | Perjalanan Pulang

753 65 0
                                    

Pukul tiga dini hari, tubuh Sasmita yang benar-benar mengering diangkat oleh beberapa orang anggota Polisi. Tika dan Manda memberikan semua laporan terkait kejahatan yang Sasmita dan Hardi lakukan secara detail. Hardi kini menatap ke arah Ben dan Yvanna dengan penuh kemarahan meski dirinya sudah tak berdaya.


"Seharusnya kamu tidak kembali lagi ke hadapan Yvanna, setelah kamu menolak dijodohkan dengannya lima tahun lalu. Apakah kamu tidak punya rasa malu? Setelah kamu memfitnah dia di hadapan Ayahmu hingga Ayahmu mencaci maki dirinya dengan kasar, bisa-bisanya kamu masih berani menunjukkan wajahmu di hadapannya!" umpat Hardi yang saat ini sedang diurus oleh salah satu anggota Polisi.

Yvanna pun segera merangkul lengan Ben dengan hangat di hadapan Hardi. Hardi bisa melihat hal itu dan terus merasakan cemburu yang meledak-ledak di dalam dadanya.

"Suamiku tidak perlu merasa malu terhadapku. Lagi pula, aku yang pertama kali muncul di hadapannya setelah lima tahun berlalu. Aku ada urusan yang terkait dengan Jojo dan Aris, sehingga membuatku harus kembali muncul di hadapannya. Saranku, kalau kamu tidak tahu apa-apa lebih baik diam saja. Apa yang terjadi di antara aku dan Suamiku, itu bukan urusanmu. Kamu tidak berhak ikut campur dan juga tidak berhak memberikan komentar," balas Yvanna, masih sedingin tadi.

Yvanna pun menatap ke arah Polisi yang akan membawa Hardi ke mobil patroli.

"Silakan dibawa, Pak. Urusan kami dengan tersangka sudah selesai," ujar Yvanna.

"Baik, Ibu Yvanna. Kami akan segera membawa tersangka sekarang juga. Terima kasih atas kerjasamanya," ucap Polisi tersebut.

"Sama-sama, Pak."

Setelah semuanya diselesaikan dengan baik, mereka pun kembali berkumpul dan masuk ke dalam mini bus. Zian kali ini mengambil alih kemudi, agar Yvanna dan Ben bisa beristirahat. Tika menempati kursi paling depan, karena Manda dan Lili tidak ada yang mau mengalah terhadapnya. Mereka sudah menempati kursi seperti diawal tadi ketika memasuki mini bus tersebut.

"Tolong jangan memberi contoh bermesraan kepada keempat Adik kita di belakang sana. Cukup duduk saja dan tidur kalau merasa lelah," saran Tika kepada Ben dan Yvanna.

"Kalau aku mau bersandar di pundak Yvanna, apakah tidak boleh juga?" tanya Ben.

"Enggak usah macam-macam, Ben. Selama ini kamu sama Yvanna bahkan tidak pernah berinteraksi dengan benar di hadapan kami semua. Jadi sekarang jangan berlagak bucin setelah kamu menikahinya. Letakkan saja kepalamu pada sandaran kursi yang tersedia," jawab Tika, tak main-main.

Yvanna pun menoleh ke arah Ben seraya tersenyum.

"Mas Surgaku, kita ini tinggal di Indonesia. Di mana peraturan yang dibuat adalah untuk dilanggar, bukan untuk dilaksanakan. Sini, bersandarlah di pundakku," ujar Yvanna dengan kalem.

"HA-HA-HA-HA-HA-HA!!!"

Manda benar-benar meledakkan tawanya untuk pertama kali dengan sangat keras, meski sebenarnya ia merasa takut disemprot oleh Tika yang mungkin saja berpikir bahwa Manda sedang mengejek kepada yang lebih tua. Tawa Manda saat itu bahkan diikuti oleh Jojo, Aris, dan juga Lili.

"Maafkan aku, Kak Tika. Aku sama sekali tidak bermaksud mengejek terhadap yang lebih tua. Tapi ... balasan Kak Yvanna untukmu benar-benar tidak bisa membuatku menahan-nahan tawa, Kak," ungkap Manda dengan jujur.

Tatapan Tika sama sekali tak terarah kepada Manda. Tatapannya justru hanya terarah kepada Yvanna yang tampak kalem-kalem saja dan Ben yang sedang menahan-nahan tawanya sambil bersandar di pundak Yvanna.

"Wah ... tampaknya jatuh cinta sudah membuat salah satu bagian otak Adik kesayanganku ini sedikit rusak. Aku akan mengadukannya pada Kakek, Ayah, dan Ibu saat tiba di rumah nanti," cetus Tika, yang kemudian berbalik dan menatap ke arah depan.

Zian hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya ketika melihat tingkah Tika yang benar-benar memiliki kesabaran setipis kabut. Wanita itu mudah sekali merasa kesal, merasa sebal, dan juga mudah sekali mengomeli seseorang atau sesuatu yang mengganggunya. Tapi bagi Zian, hal itulah yang membuatnya sangat menarik. Zian benar-benar senang dengan semua tingkah Tika yang meledak-ledak pada waktu-waktu tertentu.

"Sebaiknya kamu urungkan saja niatmu itu, Tika. Kalau kamu tetap melaksanakannya, yang ada nanti kamu malah jadi bulan-bulanan Paman Rendra, Bibi Laras, dan juga Kakek Pram. Ujung-ujungnya, kamu akan disuruh oleh mereka untuk cepat-cepat mencari jodoh lalu menikah seperti Yvanna dan Ben," ujar Zian.

"Kalau memang aku akan disuruh seperti itu oleh Ayah, Ibu, dan Kakekku, aku tinggal menunjuk ke arahmu saja dan bilang ... 'Zian tampaknya belum siap menjadi kepala rumah tangga dan belum mau melamarku'. Mudah, 'kan?" balas Tika dengan enteng.

Zian pun langsung menginjak rem dalam-dalan hingga mini bus itu berhenti mendadak tepat di pinggir jalan. Semua orang jelas terkejut setengah mati ketika Zian melakukan hal itu, termasuk Tika.

"Zian! Kamu sudah gila, hah? Kamu mau membunuh kita semua karena terkena serangan jantung, setelah kamu menginjak rem secara mendadak begitu?" omel Tika tanpa jeda.

Zian hanya bisa menatap ke arah Tika dengan wajah yang sulit dijelaskan.

"Kak Zian, ada apa? Kami benar-benar kaget loh gara-gara rem yang sangat mendadak," Lili tampak masih memegangi dadanya yang berdebar-debar hebat.

"I--itu ... ucapanmu barusan. Maksudnya apa, Tika?" tanya Zian.

"Menurutmu apa maksudnya, Zi? Kenapa harus kamu tanyakan? Hanya karena kata-kata begitu masa kamu langsung menginjak rem mendadak!" Tika masih juga mengomel.

Ben menepuk pundak Zian dengan keras, sehingga Zian kini menoleh ke arah Ben yang ada di belakangnya.

"Itu artinya dia sudah siap dilamar olehmu. Kenapa kamu mesti bertanya lagi?" tegur Ben, to the point.

"Maklumi saja, Mas Surgaku. Kak Tika juga kadang-kadang suka lain orangnya. Memberi kode kok diwaktu dan tempat yang tidak tepat. Bukan salah Kak Zian-lah kalau sampai kaget dan menginjak rem mendadak," ujar Yvanna, sambil mengusap-usap punggung Ben dengan lembut.

Tika pun berbalik menatap ke arah Yvanna dengan ekspresi tidak percaya.

"Kamu barusan belain, Zian? Yang Kakakmu itu aku, Yv, bukan Zian!" protes Tika.

"Aku juga akan belain Kak Zian. Kak Tika memang kadang-kadang suka membingungkan orang lain dan embuat orang lain salah pengertian," bela Manda dengan cepat. "Sudah Kak Zian, lanjut saja lagi menyetirnya. Abaikan saja Kak Tika, nanti dia sendiri kok yang akan mengajak Kakak bicara berdua kalau waktunya sudah tepat."

"Manda!" tegur Tika.

"Eh sebentar," ujar Yvanna. "Kok Aris dan Jojo enggak ikutan debat? Tumben? Biasanya mereka paling antusias kalau sudah ada perdebatan."

Tika, Zian, Ben, dan Yvanna pun kompak menoleh ke arah belakang, Manda dan Lili juga ikut menoleh ke arah samping mereka masing-masing. Aris dan Jojo tampak sedang tertidur pulas seperti bayi yang baru saja lahir.

"Astaghfirullah ... mereka itu tidur atau mati suri? Kok bisa sama sekali tidak terusik meski baru saja ada yang menginjak rem mendadak?" tanya Tika, heran dengan kelakuan Aris dan Jojo.

* * *

TUMBAL JANINWhere stories live. Discover now