18 | Sama-Sama Memikirkan Yvanna

703 76 0
                                    

Naya telah berbaring di tempat tidur lebih awal, malam itu. Reza menyusulnya tak lama kemudian setelah memastikan bahwa tidak akan ada lagi celah yang bisa disusupi oleh orang luar. Reza bisa mendengar isak pelan di tempat tidur, karena sejatinya Naya masih saja memikirkan perkara yang terjadi tadi. Reza ikut berbaring di sisinya lalu meminta Naya berbalik dengan lembut agar bisa ia rengkuh seperti biasanya. Naya memenuhi permintaan itu, lalu membiarkan dirinya didekap oleh Reza.


"Masih kepikiran mengenai apa yang terjadi pada Kak Yvanna, Sayang?" tanya Reza.

Naya mengangguk pelan tanpa bersuara. Airmatanya yang terus mengalir membuat suaranya menjadi parau dan sulit untuk berbicara. Reza menyeka airmata di wajah istrinya, lalu menghadiahi sebuah kecupan lembut di kening Naya. Satu kebiasaan yang selalu membuat Naya merasa hangat ketika sedang bersama dengan Reza sejak mereka menikah.

"Aku paham, Sayang. Aku paham tentang rasa takut yang kamu alami saat melihat Kak Yvanna berkorban demi melindungi calon bayi kita. Aku paham bahwa kamu masih terbayang-bayangi oleh apa yang kamu lihat di depan kedua matamu. Tapi ada satu hal yang perlu kamu ingat saat ini, bahwa Kak Yvanna melakukan pengorbanan itu bukan semata-mata karena dia tidak ingin calon bayi kita menjadi tumbal. Kak Yvanna melakukan hal tergila seperti tadi, karena dia begitu menyayangimu dan tidak ingin terjadi sesuatu kepada dirimu. Dia tahu bahwa aku akan berduka hebat jika sampai terjadi sesuatu pada dirimu hingga membuat aku kehilangan kamu. Kak Yvanna paham bahwa kamu adalah segalanya bagiku setelah Ibu. Maka dari itu dia mengorbankan dirinya, agar kamu selalu baik-baik saja dan aku tidak perlu berduka," jelas Reza.

Naya melepaskan diri dari pelukan Reza lalu bangkit dari posisi berbaringnya saat itu. Reza ikut bangkit dan mulai mengusap-usap lembut punggung Istrinya dengan penuh kasih sayang.

"Aku paham, Sayang. Aku benar-benar paham dengan hal itu. Maka dari itulah aku terus menangis sampai sekarang. Aku ... entah apa yang harus kulakukan untuk membalas kebaikan Kak Yvanna. Aku terus memikirkan hal itu dan tidak bisa berhenti. Dia selalu melakukan segalanya untukku. Dia tidak pernah membuatku kesulitan ketika akhirnya menjadi menantu di rumah ini. Jika aku tak bisa melakukan sesuatu atau saat aku tidak paham ketika disuruh oleh Ibu, maka dia akan mengajariku agar aku bisa melaksanakan permintaan Ibu, agar aku paham dengan apa yang Ibu maksud. Dia membimbing aku seperti dia membimbing Kak Manda dan Kak Lili. Dia menganggap aku seperti Adiknya sendiri sejak aku resmi menjadi bagian Keluarga Harmoko. Di mana aku bisa mendapatkan Kakak ipar yang seperti dia? Allah begitu baik terhadapku sehingga memberikan aku Kakak ipar yang begitu pengertian seperti Kak Yvanna, padahal aku memiliki banyak kekurangan. Lalu ... dia kembali berkorban seperti tadi siang pada saat aku belum mengucapkan terima kasih kepadanya. Aku begitu takut kehilangan dia, terutama setelah Kakek mengatakan bahwa waktu yang Kak Yvanna miliki hanya tiga hari terhitung sejak hari ini. Aku dilanda ketakutan hebat, dan aku tidak bisa menghentikan rasa takut itu. Aku takut kehilangan Kak Yvanna," jelas Naya, apa adanya.

Reza kembali merengkuh Naya ke dalam pelukannya. Ia kembali mencoba menenangkan Naya seperti tadi. Memberinya kehangatan serta ketenangan agar tangisnya mereda dan ketakutannya menghilang. Di depan pintu kamar Naya dan Reza, Arini diam terpaku sambil memegangi baki berisi susu hangat yang seharusnya ia bawakan untuk Naya. Kedua kakinya mendadak gemetar setelah tak sengaja mendengar apa yang Naya ungkapkan tentang Yvanna. Ia tak pernah menyangka kalau Naya akan begitu disayangi meski memiliki banyak kekurangan. Yvanna yang selama ini terlihat pendiam olehnya, yang seakan tak pernah mau peduli dengan keadaan di sekitarnya selain daripada hal yang bersangkutan dengan hal-hal gaib, ternyata selalu memperhatikan Naya seperti adiknya sendiri. Yvanna tak membeda-bedakan apakah Naya hanya seorang menantu di rumah Keluarga Harmoko atau hanya istri dari Adik bungsunya. Ia benar-benar baru tahu kalau Yvanna memperlakukan Naya sama seperti anggota Keluarga Harmoko lainnya, karena selama ini Naya tak pernah sama sekali mengatakan apa-apa tentang bagaimana kehidupannya setelah menikah dengan Reza.

"Apakah karena itu, Allah membuat hatiku selalu menginginkan Yvanna agar menjadi bagian hidup Ben? Apakah Allah ingin menunjukkan padaku bahwa Yvanna memiliki kebaikan yang tersembunyi, sehingga aku begitu menyayanginya sejak pertama kali kami bertemu?" tanya Arini di dalam hatinya.

Seseorang meremas pelan pundak Arini sehingga membuatnya berbalik untuk memastikan siapa yang ada di belakangnya. Sosok Nania tampak oleh Arini, wanita itu tersenyum ke arahnya meski kedua matanya berkaca-kaca.

"Naya tak sengaja cerita padaku siang tadi mengenai hal yang sama. Bahkan ada hal lain yang juga dia ceritakan padaku dan belum Ibu dengar, tentang Yvanna," bisik Nania.

"Masih banyak rupanya," Arini ikut berbisik sambil tersenyum.

Nania mengangguk pelan. Ibu dan anak tersebut beranjak dari depan pintu kamar Naya dan Reza, menuju ke lantai bawah.

"Yvanna sungguh tidak bisa ditebak, Bu. Dia itu terlihat dingin dan banyak diam. Tapi nyatanya dia adalah yang paling hangat dan perhatian di dalam Keluarga Harmoko. Aku pun baru benar-benar tahu karena Naya tak sengaja menceritakan banyak hal tentang Yvanna, selama Yvanna belum sadarkan diri dari kondisi komanya tadi. Sejak awal Naya hadir di sini, dia bilang belum pernah satu kali pun dirinya dimarahi jika melakukan kesalahan. Selain karena Bibi Laras yang begitu penyayang, selain karena Tika, Manda, dan Lili yang konyol, hal itu juga terjadi karena Yvanna yang selalu menganggap Naya seperti Adik bungsunya sendiri. Perhatian yang Yvanna berikan kepada Naya melebihi perhatian untuk Reza. Bahkan saat Naya mengidam sejak beberapa minggu lalu, Naya bilang Yvanna-lah yang selalu siap siaga memenuhi keinginannya di tengah malam. Entah itu perkara ingin makan sesuatu ataupun ingin dibelikan sesuatu yang tidak ada di rumah. Dia jauh lebih cepat tanggap daripada Reza yang notabene adalah Suaminya Naya," Nania tersenyum sambil menyeka airmatanya yang hampir bergulir. "Maka dari itulah kenapa tadi aku dan Naya memberi persetujuan mendahului Ibu, ketika Ben menghadap untuk meminta izin menikahi Yvanna. Siapa yang tidak mau punya Ipar seperti Yvanna setelah tahu semua kebaikan yang dia miliki. Dan saat ini aku jadi kembali menyesali hal yang terjadi lima tahun lalu, di mana aku pernah ikut menyakiti Yvanna."

Arini pun menyimpan baki yang sejak tadi ia pegang. Ia kemudian meraih Nania ke dalam pelukannya, agar masa-masa kelam yang telah berlalu tidak lagi diingat-ingat oleh Putri tertuanya tersebut. Damar--yang sejak tadi memperhatikan Nania dan Arini--menatap kedua wanita itu dari arah luar pintu dapur.

"Akhirnya, ada juga hal yang bisa kamu terima dengan tulus dari luar lingkup keluarga kita. Aku cukup lega, karena tahu kalau dirimu akan bisa menerima kehadiran Yvanna dan tidak menganggapnya asing setelah dia menikah dengan Ben," batin Damar, yang selalu memikirkan tentang Nania dan sifatnya yang berbeda.

* * *

TUMBAL JANINWhere stories live. Discover now