19 | Yang Ben Ungkapkan

712 74 0
                                    

"Akhirnya Ben menikah juga dengan Yvanna," ujar Ayuni, terdengar begitu lega.


"Iya, setelah sekian lama dan setelah melewati banyak hal-hal tidak terduga. Alhamdulillah pernikahan Ben dan Yvanna terlaksana dengan lancar, tanpa harus ada hambatan apa pun yang menyertainya. Aku yakin ... jika saat ini Almarhum Kak Hendri masih hidup, maka Almarhum Kak Hendri akan memberikan restunya juga kepada Ben dan Yvanna. Meskipun lima tahun lalu dia pernah mencaci maki Yvanna hingga rencana perjodohan yang disusun oleh Keluarga Harmoko dan Keluarga Adriatma batal, aku yakin jika dia akan merestuinya sekarang setelah banyak hal yang Yvanna lakukan untuk menjaga seluruh anggota Keluarga Adriatma," tutur Bagus.

"Ya, tentu saja. Mana mungkin Almarhum Kak Hendri tidak akan merestui Yvanna menikah dengan Ben, setelah keponakan, Putra, dan Putri bungsu kesayangannya diselamatkan oleh Yvanna. Yvanna bahkan tidak pernah mengungkit apa-apa setelah Jojo dan Aris terbebas dari makhluk yang dikirim oleh Almarhumah mantan Istri Ben. Yvanna tampak selalu tenang setelah tahu kalau Jojo dan Aris baik-baik saja. Selama mereka berdua memberi kabar, maka selama itu pula Yvanna merasa tenang. Bahkan tanpa kita tahu, Yvanna juga yang menjadi pelipur lara bagi Ben. Dia melakukan segalanya tanpa diminta. Seakan semua yang dia lakukan adalah kewajibannya dan tak perlu diketahui oleh orang lain ketika dia melaksanakannya," tambah Ayuni.

Damar muncul di balkon lantai tiga tersebut, lalu bergabung bersama Ayah dan Ibunya.

"Kamu belum tidur?" tanya Bagus.

"Aku belum mengantuk, Yah. Aku baru saja memantau keadaan Bibi Arini dan Nia. Mereka baru saja masuk ke kamar setelah memastikan kalau Naya sudah baik-baik saja bersama Reza," jawab Damar.

"Lalu, kenapa wajahmu itu tampaknya cukup kusut? Tidak ada teman bertengkar karena Zian dan Aris ikut pergi bersama yang lain?" tebak Ayuni.

Damar menggelengkan kepalanya dengan cepat, namun ekspresinya masih juga belum berubah. Bagus dan Ayuni kini saling menatap satu sama lain, karena melihat Damar yang tak seperti biasanya.

"Aku masih memikirkan soal ekspresi wajah Ben setelah dia menikahi Yvanna beberapa jam lalu," ujar Damar pada akhirnya.

"Ekspresi Ben? Memangnya ada apa dengan ekspresinya Ben? Apakah ada yang terlihat ganjil dimatamu?" tanya Ayuni.

"Bukan ganjil, Bu. Dimataku ekspresi Ben tadi terlihat sangat ... lega, setelah dia menikahi Yvanna. Seakan-akan, selama lima tahun terakhir dia sedang memikul sebuah beban dan pada akhirnya beban itu hilang ketika dia menikah dengan Yvanna. Aku ingin sekali bertanya banyak hal pada Ben tadi. Tapi sayangnya waktu yang Yvanna miliki sangatlah sedikit. Dan sekarang yang ada di dalam pikiranku ini hanya pertanyaan tentang ekspresi wajah Ben," jelas Damar.

Ayuni kembali menatap ke arah Bagus yang ternyata juga tampak sedang memikirkan apa yang Damar utarakan.

"Menurutmu, apakah mungkin Ben sudah menyesali tindakannya terhadap Yvanna sejak lima tahun yang lalu? Maksud Ayah, sejak Ben bercerai dari ... Almarhumah Salya," pikir Bagus.

"Mungkin saja begitu, Yah. Jelas Ben pasti memiliki penyesalan di dalam hatinya setelah dia memilih wanita yang salah seperti Almarhumah Salya dan menolak wanita baik-baik seperti Yvanna. Ya ... meskipun pada saat Ben menolak dijodohkan dengan Yvanna ada campur tangan pelet dari Almarhumah Salya di dalamnya, tetap saja Ben pasti merasa menyesal ketika akhirnya menjalani rumah tangga dengan Almarhumah Salya hingga dia memutuskan bercerai," tanggap Damar.

"Lalu, apakah Almarhum Kak Hendri tahu mengenai penyesalan Ben saat itu? Almarhum Kak Hendri meninggal akibat terkena santet setelah dua bulan Ben bercerai dari Almarhumah Salya, 'kan? Apakah Ben sempat membicarakannya dengan Almarhum Kak Hendri?" tanya Ayuni, mendadak kepikiran soal masa lima tahun yang lalu.

"Bisa jadi, Bu. Dan mungkin hal itulah yang menjadi beban di dalam pikiran Ben selama lima tahun terakhir. Dia mungkin pernah membahasnya dengan Almarhum Paman Hendri dan bahkan mungkin mengungkapkan kalau dia menyesal telah membuat Yvanna terlihat sangat buruk di depan semua orang. Tapi karena saat itu Almarhum Paman Hendri telah terlanjur mencaci maki Yvanna dan membuatnya malu di depan umum, mungkin saja Almarhum Paman Hendri hanya menyuruh Ben diam dan tidak lagi melakukan apa pun untuk memperbaiki keadaan dengan Keluarga Harmoko," ujar Damar.

"Dan mungkin karena pernah membicarakan permasalahan itu kepada Almarhum Kak Hendri, maka hidup Ben tampak merasa dipenuhi dengan beban yang berat. Maka dari itulah dia baru merasa lega ketika akhirnya bisa menikahi Yvanna," tambah Bagus.

"Jawabannya hanya ada pada Ben. Mari kita tanyakan pada Ben mengenai hal itu ketika dia dan yang lainnya pulang," saran Ayuni yang tak mau menebak-nebak tanpa arah.

Di perjalanan menuju tempat persembunyian Sasmita, semua orang sudah tertidur karena kantuk yang tak dapat ditahan. Hanya Ben dan Yvanna yang masih terjaga pada saat itu. Yvanna kini sedang menyetir, menggantikan Ben yang merasa kelelahan. Ben terus saja menatap ke arah Yvanna yang sedang fokus menatap jalanan di depan, sementara tangannya memainkan ujung rambut panjang Yvanna yang tergerai bebas di bahu.

"Aku ingin bicara banyak hal denganmu, karena masih banyak hal yang belum aku katakan secara terbuka kepadamu," ujar Ben, pelan.

"Insya Allah kita akan bicara berdua setelah pulang nanti. Kita jelas akan memiliki banyak waktu bersama, karena sekarang kita sudah menikah dan aku akan tinggal di rumah Keluarga Adriatma. Aku akan ikut Kakak pulang ke Garut. Aku akan mengabdi sebagai Istri Kakak dan itu berlaku untuk selamanya," balas Yvanna, setenang biasanya.

"Berarti sekarang namamu bukan lagi Yvanna Harmoko, ya? Kamu sudah resmi menjadi Istriku, jadi namamu sudah berubah menjadi Nyonya Yvanna Adriatma," Ben tersenyum saat mengatakan hal tersebut.

Yvanna bisa melihat senyuman di wajah Ben, meski ia hanya melirik sekilas dan kembali fokus pada jalanan di depan.

"Kakak tampak senang sekali dengan fakta itu. Selama Kakak sering berkomunikasi denganku, baru kali ini aku melihat Kakak sesenang sekarang. Biasanya, Kakak memang terlihat senang tapi seperti tak pernah benar-benar merasa senang," ungkap Yvanna, mengenai apa yang dilihatnya pada diri Ben sejak pertama mereka bertemu lagi satu setengah bulan yang lalu.

"Jelas berbeda, Yv. Aku jelas jauh terlihat bahagia saat ini setelah menikah denganmu, ketimbang diriku yang kamu lihat selama satu setengah bulan terakhir. Itulah mengapa aku mengatakan bahwa diriku ingin bicara berdua denganmu, karena masih ada banyak hal yang belum aku bicarakan denganmu. Dan hal paling utama yang akan aku bicarakan denganmu adalah tentang aku dan juga Almarhum Ayahku," jelas Ben, tampak kembali serius.

"Almarhum Ayah, Kak. Tidak usah ditambahi 'ku' di belakangnya. Almarhum Paman Hendri sekarang menjadi Almarhum Ayahku juga, seperti bagaimana Bibi Arini yang kini menjadi Ibuku. Kita sudah menikah, Kak. Orangtuamu adalah orangtuaku juga, Kakakmu adalah Kakakku juga, dan Adik-adikmu adalah Adik-adikku juga. Tidak ada lagi yang perlu dibeda-bedakan. Karena ketika aku dan Kakak menikah, berarti semua hal yang kita punya adalah milik kita bersama termasuk anggota keluarga."

Lagi-lagi Ben kembali tersenyum, dan kali ini ia segera meraih tangan kiri Yvanna--yang tak sedang memegangi kemudi--untuk dihadiahi kecupan lembut yang sukses membuat wajah Yvanna memerah dengan sempurna.

"Aku sayang kamu, Yv," bisik Ben.

"Kedengaran, Ben. Kebetulan aku tidak memiliki penyakit gangguan telinga," sindir Zian yang ternyata tak benar-benar tertidur.

* * *

TUMBAL JANINWhere stories live. Discover now