22 | Yang Diperlihatkan

680 77 0
                                    

Aris menggeliat pelan setelah terbangun dari tidurnya yang lumayan nyenyak. Saat Yvanna mengambil alih kemudi dari tangan Ben, rasanya laju mini bus yang mereka tumpangi berjalan sangat mulus dan tenang. Hal itulah yang membuat Aris, Lili, Manda, dan Jojo bisa tertidur tanpa terusik sama sekali.


"Kita sudah sampai mana ini, Yv?" tanya Aris, sambil memicingkan kedua matanya dan berusaha melihat keluar jendela.

"Baru sampai di Cibeber, Ris," jawab Yvanna.

"Aku lapar. Kamu tadi bawa makanan atau tidak dari menara?"

"Iya, aku bawa. Buka saja ranselku, di dalamnya ada roti lapis," Yvanna menunjuk ke arah ranselnya yang ada di dekat kursi yang Tika dan Zian tempati.

Aris bangkit dari kursinya dan meninggalkan Lili yang masih terlelap. Jojo dan Manda tampak tak terusik sama sekali meski Aris melewati kursi yang mereka tempati. Zian dan Tika juga demikian, sehingga akhirnya Aris berhasil mengambil ransel milik Yvanna tanpa perlu mendengar pesan ataupun wejangan tentang jangan menghabiskan bekal yang Yvanna buat. Aris sempat melihat kalau Ben tampaknya juga tertidur di kursi depan. Hanya tangan pria itu saja yang masih bertaut dengan tangan kiri Yvanna yang bebas dari kemudi.

Aris kembali ke tempat duduknya di belakang lalu mulai membuka ransel milik Yvanna. Di ransel itu terdapat beberapa bungkus alumunium foil berisi roti lapis yang tampaknya sengaja dibawa dalam jumlah banyak oleh Yvanna. Mungkin Yvanna sudah memperhitungkan bahwa akan ada yang merasa kelaparan ketika perjalanan mereka berlangsung.

"Hm ... Yvanna masih saja perhatian seperti dulu. Benar-benar tidak pernah berubah," bisik Aris.

Aris kemudian memakan satu buah roti lapis yang baru saja ia keluarkan dari bungkusan alumunium foil. Rasa roti lapis itu benar-benar sama persis seperti yang biasanya ia makan sejak masih SMP. Yvanna memang sangat senang membawa bekal roti lapis. Selain karena praktis saat dibawa, pembuatan roti lapis itu sendiri tidak memakan waktu lama sehingga Yvanna bisa banyak menghemat waktu.

Lili terbangun dan melihat kalau Aris tengah memakan bekal yang Yvanna bawa dari menara. Hal itu membuatnya ikut merasa lapar dan meminta diambilkan satu bungkus roti lapis dari dalam ransel. Aris jelas langsung memberikannya kepada Lili dan tidak lupa menyodorkan air minum yang masih tersegel.

"Kak Aris suka juga sama roti lapis buatan Kak Yvanna seperti Kak Jojo?" tanya Lili, pelan.

Aris mengangguk.

"M-hm ... Yvanna selalu membawa roti lapis ke sekolah saat kami masih SMP. Dia akan membagikan roti lapis yang dibawanya kepadaku, Jojo, dan Silvia ketika waktu istirahat tiba. Dia tidak mau kami bertiga makan sembarangan, terutama Jojo yang memiliki riwayat alergi pada makanan-makanan tertentu," jawab Aris.

Lili pun tersenyum.

"Kak Yvanna memang tidak pernah lupa membuatkan roti lapis ini untuk semua orang. Dia selalu saja memasukkan satu bungkus roti lapis ke dalam tas semua orang di rumah, termasuk tas milik Ayah dan Ibu. Meskipun kami terkadang merasa tidak butuh dan mengatakan padanya untuk tidak memasukkan roti lapis ke dalam tas kami, tapi Kak Yvanna tetap melakukannya. Dia selalu bilang bahwa terkadang kita tidak pernah tahu akan menghadapi keadaan mendesak seperti apa pada hari ini. Entah itu kami mungkin kehabisan uang jajan karena ada keperluan sekolah yang tiba-tiba, kehilangan uang yang kami bawa, ataupun ketinggalan dompet di rumah. Jadi tidak ada salahnya bagi kami untuk tetap membawa roti lapis yang dia buat, agar dia merasa tenang dan tidak takut kalau kami akan kelaparan saat tidak ada di sekitarnya. Dan lucunya ... sesering apa pun kami menolak untuk dibawakan roti lapis, justru sesering itu juga kami akan memakan roti lapis itu karena menghadapi situasi darurat. Kami benar-benar kehabisan uang jajan karena ada keperluan sekolah yang mendesak, kami juga terkadang ternyata kelupaan membawa dompet, dan Kak Tio yang lebih sering menghadapi keadaan darurat karena harus menghadiri rapat OSIS. Kadang kalau diingat-ingat, aku rasanya ingin tertawa karena hal-hal sederhana yang aku terima dari Kak Yvanna."

"Itu pertanda bahwa dia menyayangi semua orang yang ada di dalam keluarganya. Aku mengatakan begini, karena aku dan Jojo tahu pasti bagaimana rasanya disayang oleh Yvanna. Perhatian serta kasih sayang yang Yvanna berikan melalui tindakannya, adalah sesuatu yang akan sering kita rasakan. Hanya orang-orang yang tidak mengenalnya saja, yang tidak paham bahwa dia itu seorang penyayang," Aris bicara dengan penuh keyakinan.

Lili menoleh ke arah Aris dan memperhatikan ekspresinya yang kini tampak sedang memikirkan sesuatu. Berbeda dengan ekspresinya beberapa detik yang lalu.

"Ada apa, Kak Aris?" Lili kini tampak merasa khawatir.

Aris tidak menjawab dan justru mengalihkan tatapannya kepada Yvanna yang wajahnya bisa ia lihat melalui pantulan kaca spion.

"Yv ... telingaku terdengar desisan yang cukup samar," ujar Aris.

Yvanna melirik ke arah kaca spion untuk balas menatap kepada Aris. Jojo, Manda, Zian, Tika, maupun Ben seketika terbangun usai mendengar suara Aris yang cukup keras.

"Dia sedang mencoba memberitahumu sesuatu, Ris," tanggap Yvanna dengan tenang.

"Dia? Dia siapa, Yv?" tanya Jojo yang kini sedang memperhatikan Aris.

"Ular putih itu, Jo," jawab Yvanna.

Aris menutup kedua telinganya sambil memejamkan kedua matanya. Ia ingin mencoba fokus untuk mendengarkan suara desisan lirih yang terdengar di telinganya. Semua orang--kecuali Yvanna yang sedang menyetir--menatap ke arah Aris dan berharap bisa mengetahui sesuatu.

"Sasmita," bisik Aris.

Lili mengusap-usap pundak Aris dengan lembut, agar Aris merasa tenang.

"Sasmita kenapa, Kak Aris?" tanya Lili, sangat pelan.

Aris pun membuka kedua matanya dan melepaskan tangannya dari telinga.

"Dia tampaknya memperlihatkan padaku mengenai kondisi Sasmita, Yv. Sasmita terlihat sangat ... tua dan keriput. Kulitnya seperti meleleh, tapi bukan meleleh karena terluka. Tampak seperti tubuhnya mendadak kehilangan daging sehingga kulitnya seakan tidak melapisi apa pun selain tulang," jelas Aris.

"Oh, Ya Allah. Aku enggak berani membayangkan penjabaranmu tentang kondisi wanita tua itu sekarang. Aku mendadak mual," Zian mengakui dengan jujur.

Ben menatap ke arah Yvanna.

"Dia gagal mendapatkan janin dalam kandungan Naya. Aku juga berhasil mengirim balik makhluk kirimannya itu hingga menghancurkan wadah ritualnya. Maka dari itulah kondisinya menjadi mengenaskan seperti yang diperlihatkan oleh ular putih itu, Ris. Sekarang tenangkan dirimu. Mungkin saja ular putih itu ingin kamu tahu lebih banyak hal lainnya sebelum kita tiba di tujuan," saran Yvanna setelah memberi penjelasan.

"Ya, akan aku coba untuk menenangkan diriku," balas Aris yang tampaknya akan mendengarkan saran Yvanna.

Aris menoleh ke arah Lili yang sejak tadi masih mencoba membuatnya tenang. Aris pun meraih tangan wanita itu dan digenggamnya dengan erat.

"Bantu aku," lirihnya, tepat di telinga Lili.

* * *

TUMBAL JANINWhere stories live. Discover now