❝ Harusnya lo semua ikut saran gue tadi, kita cabut sekelas.❞
⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹
26 Siswa yang berjuang untuk tetap hidup di lingkungan yang mereka tidak ketahui mengapa mereka bisa ada disana. Mereka disis...
Sepertinya perkataan Erik tadi benar, permainan akan terus berlanjut hingga mereka tersisa satu.
"Jangan pernah ada yang egois, apapun yang terjadi nanti itu takdir kita. Seenggaknya, sebelum mati, kita belum ngelakuin kesalahan yang fatal .. contohnya keegoisan."
。。。
Akhirnya mereka memutuskan untuk saling berpencar sesuai dengan instruksi yang diberikan tadi.
Revano dan Getsy memilih pergi ke lorong arah selatan, Altharel dan Ryula ke lorong yang berlawanan, yaitu Utara. Arka dan Lianz memilih ke lorong Timur,
sedangkan Erik tetap disana, sendirian, entah menunggu apa.
Erik menunggu sendirian disini, sejak kepergian keenam temannya, hanya hawa dingin yang masih setia menemani Erik.
selama ia hidup, tak ada satu hal pun yang membuat nya menjadi sepesimis hari ini. Ia tau keajaiban itu ada, tapi tekad nya untuk bertahan hidup juga mengecil seiring berjalannya waktu.
Sama hal nya dengan yang lain, mereka hanya memikirkan bagaimana caranya keluar dari tempat ini secara bersama-sama. Bukan hanya seorang diri saja.
Karena dilorong itu tak ada kursi, Erik memilih untuk masuk kedalam salah satu kelas, ia ingin bersembunyi di sana, takut-takut bertemu hewan aneh tadi.
Erik duduk disalah satu kursi yang ada di kelas 11 IPA-1, sunyi, senyap, itulah yang ia rasakan. Bohong jika jantungnya tak berdegup kencang.
Ia beranjak dari kursi menuju jendela kelas, Erik ingin melihat kondisi tampang nya sekarang, sudah secemong apa dia?
"Ternyata gue udah sejelek ini .." gumamnya di selingi tawa kecut, pantulan itu dapat menjelaskan bagaimana kerja keras nya Erik dari awal permainan hingga detik ini.
Erik sungguh prihatin dengan kondisi nya sekarang, seragamnya tak lagi berwarna putih yang kini sudah sangat dekil, seragamnya juga sudah penuh dengan robekan.
Erik menunduk beberapa saat, merindukan semua hal yang sudah berlalu kemarin, kemarin, kemarin dan kemarin. Sedikit menyesal karena telah menyia-nyiakan waktu yang berharga itu.
"TATA! TATA, nanti pulang sekolah nya cepet ya? kata mama, kita mau jalan jalan!"
"Iya Ezra, nanti kakak pulang nya cepet kok."
Percakapan antara Erik dan adik kecil nya tadi pagi itu kembali terlintas, ia tersenyum ketika membayangkan Ezra pasti tersenyum ria setiap menyambut dirinya pulang.
Dari mereka ber-26 pun tak ada yang bisa menyangka bahwa mereka akan berakhir seperti ini, ditempat ini.
Bahkan sampai sekarang, Erik masih tidak tahu mengapa ia dan teman-temannya bisa berada dipermainan ini.
"Dasar psikopat, siapapun dalangnya, gue bakal balas dendam atas kematian teman-teman gue." gumamnya, jari-jari tangannya sudah mengepal.
Erik kembali mengangkat kepalanya, ia kembali menatap jendela hitam yang memantulkan dirinya dan ..
tunggu?
Erik menyipitkan matanya, ingin mempertajam penglihatan nya itu, lalu sepersekian detik kemudian, ia melotot kaget,
dari pantulan jendela itu, Erik tak hanya melihat dirinya, tetapi juga ada sosok jubah hitam bertopeng itu tepat dibelakang nya dengan pisau yang sudah terangkat.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.