❝ Harusnya lo semua ikut saran gue tadi, kita cabut sekelas.❞
⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹ ⊹
26 Siswa yang berjuang untuk tetap hidup di lingkungan yang mereka tidak ketahui mengapa mereka bisa ada disana. Mereka disis...
"Ada gitu ya orang modelan kayak lo? pacar sendiri gak mau dilindungin."
"Gue udah bilang, gue gak pernah anggap dia pacar gue. Pacar gue cuman Yestara doang."
"Dia udah meninggal, jash .."
"Gue tau, tapi bagi gue dia gak pernah mati, dia selalu ada dihati gue. Emangnya lo gak kangen sama Elvanya, ganz?"
Bibir Lianz terkatup, "Ganz ..?"
"Kangen .. tempat ini bentuk rasa kangen gue sama El, ini alasan gue bergabung sama kepala sekolah iblis itu, biar gue bisa dateng ke tempat terakhir gue liat Elvanya."
Setelah itu lenggang, tak ada lagi suara apa-apa didalam ruangan itu,
"Sumpah Za, gue sama sekali gak ngerti maksud mereka ap–" mata Lianz melotot ketika membalikkan badannya.
"Akhh .. li .. akhh."
Betapa terkejut nya ketika tepat dibelakang Shaza terdapat sosok berjubah hitam bertopeng, sosok itu sedang mencekik leher Shaza, "Jadi .. mereka ada tiga?"
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Kalian kan tau kalau menguping pembicaraan orang itu tidak baik bukan?" ucap sosok itu.
"k-kkak kk-kaarvvinoo?" Shaza bersuara dengan kesusahan, ia hafal betul suara sosok yang ada dibelakangnya.
Sosok itu semakin kuat mencekik Shaza dari belakang menggunakan tangan kirinya, Shaza mulai kehilangan nafasnya.
"Ah, sepertinya kalian sudah banyak mendengar informasi dari teman saya ya?"
"Jadi, lo Kak karvino?" tanya Lianz dengan suara bergetar.
Sosok itu mengangguk,
Lianz mundur beberapa langkah, ia ketakutan setengah mati.
Benar-benar gila!
Sepersekian detik kemudian, sosok itu menancapkan pisau menggunakan tangan kanan nya tepat di leher Shaza, "Akhh .."
Lianz menutup mulutnya, panik entah apa yang harus ia lakukan sekarang.
"p-pperrgi .." Shaza bersuara, menunjuk pada Lianz.
Lianz menggeleng, tidak mungkin ia meninggalkan Shaza, tapi ia juga bingung harus apa? ia tidak mungkin teriak, bisa-bisa sosok berjubah yang ada diruangan keluar dan ikut menghabisi dirinya.
"Gausah sedih gitu, nanti setelah temen kamu ini meninggal, kamu bisa ikut susul dia kok." ucap sosok itu.
"li .. p-pergii .." ucap Shaza lagi, Lianz mulai menangis tanpa suara, sekarang temannya sedang sekarat tepat dihadapan nya.
"Belum mau mati juga ya?" ucap sosok itu memperdalam tusukannya, Shaza menyemburkan gumpalan darah dari mulutnya.
"Za .."
Tiba-tiba tangan Lianz ditarik oleh seseorang, dia adalah Arka.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Arka menarik Lianz, membawanya pergi dari lorong ini sebelum Sosok itu membunuh Lianz.
"Ka, bawa Shaza juga .." ucap Lianz menangis dengan suara tertahan.
"Sstt, jangan nangis ya? kita gak ada waktu bawa Shaza, Li." jawab Arka.
"Lo harus ikhlas ya?"
Lianz semakin terisak, dengan berat hati mereka berdua meninggalkan Shaza yang tengah sekarat ..
mereka benar-benar akan meninggalkan Shaza.
Shaza bisa melihat kedua punggung temannya itu semakin menjauh hilang ditelan kegelapan, bersamaan dengan penglihatan nya yang mulai memburam.
"jj-jaahat, kkak karvin jjaahat." ucap nya susah payah sebelum pada akhirnya Shaza menghembuskan nafas terakhir nya ditangan orang yang ia cintai.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.