Elixir Class, Survive : Hanya 7 orang

Start from the beginning
                                        

GROAAHH!

Hewan melata berkepala harimau itu loncat, dengan gesit melilit tubuh Lianz, tak ada perlawanan dari Lianz.

Ia tahu tenaga nya sudah tak cukup untuk melawan hewan buas di hadapannya ini.

Lianz menarik nafas dalam-dalam, lalu memejamkan mata, ia menimang-nimang lebih sakit mati dikoyak binatang buas ini atau dicincang oleh sosok 'Jubah hitam bertopeng' itu?

Ah, sepertinya sama saja bukan? ujung-ujung nya juga ia akan meninggal,

"Mau berpencar atau enggak, ujung-ujung nya kita juga bakal mati."

Lianz kembali mengingat perkataan Mia sewaktu di perpustakaan tadi.

Kini hewan itu sudah siap melahap tubuh mungil Lianz.

namun gagal,

tiba-tiba Shaza datang dengan senter kecil dan menusuk kepala hewan aneh itu dengan tongkat besi. Hewan aneh itu pun mengendurkan lilitan ekornya pada tubuh Lianz, lalu pergi entah kemana.

"Li, kamu gapapa? kamu ngapain disini? udah sana balik ke elevator." ucap Shaza.

Lianz menggeleng, "Ayo, kita pergi sama-sama." ajak Lianz, ia hendak menggenggam tangan Shaza.

Namun Shaza menepis kasar, "Kamu harus bisa keluar dari sini, jangan perduli in aku, aku janji bakal nyusul kamu, Li." ucap Shaza sedikit memundurkan tubuhnya dari Lianz.

"Gak bisa, ayo kita pergi sama-sama!" paksa Lianz.

"Jangan buang-buang waktu, kamu sendiri yang selalu bilang kalo aku lelet, sekarang kamu sendiri yang lelet." ucap Shaza ketika menyadari hewan-hewan buas itu mulai berdatangan.

Sepertinya jumlah hewan itu lebih dari tiga.

"Aku janji bakal nyusul kamu!" timpal Shaza.

Desisan sekaligus geraman hewan aneh itu semakin terdengar, mereka mulai mendekat.

"Kalo kamu berhasil keluar dari sini, aku titip salam buat kak Karvino ya? tolong bilang ke dia, besok-besok aku udah gak bisa kasih dia permen setiap pagi lagi."

"Za, please jangan kayak gini .." isak Lianz, ia sudah tidak tahu lagi cara untuk membujuk Shaza agar mau ikut dengannya.

"LIANZ LARI! UDAH SANA KAMU PERGI!" bentak Shaza.

Lianz sedikit tersentak kaget, Shaza yang ia kenal tak pernah membentak seseorang, tapi hari ini, pertama kalinya ia melihat Shaza emosi.

"Za?"

Lianz menyengirt menyipitkan matanya, ia melihat ada bayangan seseorang dibelakang Shaza, dikoridor sana terdengar sesuatu yang diseret.

Lianz menyengirt menyipitkan matanya, ia melihat ada bayangan seseorang dibelakang Shaza, dikoridor sana terdengar sesuatu yang diseret

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sosok itu?" batin Lianz.

Nampaknya, tak hanya hewan aneh itu yang akan menghampiri mereka, tetapi mungkin saja sosok berjubah hitam juga akan menghabisi mereka berdua.

Tanpa aba-aba, Lianz langsung menarik tangan Shaza berlari, tak menghiraukan Shaza yang mengoceh pelan.

"Lo diem deh, ikutin aja gue."

Mereka berdua berlari, berusaha agar tak terlalu membuat suara keras di lorong yang sepi dan gelap ini. Posisi mereka berdua sudah jelas sangat jauh dari area elevator.

"Senter lo matiin, Za." bisik Lianz

Shaza langsung mematikan senter nya.

Mereka masih terus berlari, menjauh dari area tadi walaupun sebenarnya sosok berjubah maupun hewan aneh itu tidak mengejar mereka.

"Li .. hhh .. berhenti, gak kuat lari terus .. hhh." ucap Shaza dengan nafas tersenggal-senggal,

"Hewan itu udah gak ngejar kita .." ucap nya lagi.

"Coba masuk ke kelas itu." kata Lianz.

Shaza menggeleng, "Dikunci .."

Mereka berdua terus mengendap-ngendap, mencari ruangan kelas yang tak terkunci, namun nihil, semuanya terkunci.

"Perasaan tadi gak banyak yang dikunci deh .." batin Lianz.

"Yaudah, kita sembunyi dibalik tembok itu aja, selama kita gak buat suara-suara, kita aman." bisik Lianz, menarik Shaza kebalik tembok.

"Li, padahal aku sengaja ngorbanin diri, tapi kamu malah kesini. Jadi nya usaha aku sia-sia .."

Lianz menarik nafas dalam-dalam, "Lo mau mati kayak Prevan?"

Shaza menunduk, "Ya enggak .. tapi kan seenggaknya aku bisa sembunyi."

"Sampai kapan?" tanya Lianz, kali ini Shaza tak mampu menjawabnya.

"Tadi, ada sosok berjubah hitam bertopeng, Za. Dia ngikutin kita!" ucap Lianz pelan.

Shaza menyengirt, "Sosok berjubah hitam bertopeng? dia siapa?" tanya Shaza.

"Dia sosok yang sadis, lo mau tau? Teza sama Gavin mati dikulitin sama sosok itu, waktu gue mau ngambil kain didepan kelas buat Erik, lo inget kan? nah disitu gue liat kejadiannya," jelas Lianz.

Lianz kembali menjelaskan secara detail apa yang ia liat bersama Arka waktu itu pada Shaza.

"Serius? se sadis itu?" tanya Shaza, sungguh! ia tak bisa membayangkan kejadian itu.

"Iya, maka dari itu gue tarik lo buat lari. Lo gak mau bernasib sama kayak mereka kan?"

Shaza mengangguk,

"Tapi, kita sembunyi kayak gini sampai ka–"

Tap .. Tap .. Tap

Lianz langsung menutup mulut Shaza reflek ketika mendengar suara langkah kaki.

"Sstt," bisik Lianz.

Jantung keduanya berdegup kencang, keringat dingin mendengar langkah itu.

Shaza dan Lianz sama-sama menahan nafas.

Tap .. Tap .. Tap

Mereka berdua masih setia sembunyi dibalik tembok, tidak mau mengintip karena takut akan ketahuan oleh sosok itu.

"Li, itu sosok yang kamu maksud?" bisik Shaza, suaranya bergetar ketakutan setengah mati.

Lianz mengangguk, tangan kanan nya membekap mulut Shaza lalu tangan kirinya membekap mulutnya sendiri.

Tap .. Tap .. Sreet

Sosok itu berjalan sambil menyeret sesuatu ditembok, Lianz meningat suara itu. Suara itu persis seperti yang ia dengar tadi.

"Dia mau ke arah sini?" tanya Shaza berbisik.

Lianz tak menjawab, akhirnya ia mengintip dari balik tembok, Lianz melihat sosok itu sedang menyeret pisau disepanjang tembok yang dia lewati.

Lianz tak menjawab, akhirnya ia mengintip dari balik tembok, Lianz melihat sosok itu sedang menyeret pisau disepanjang tembok yang dia lewati

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

TO BE CONTINUED . .

[1]  Elixir Class : Survive  ❪ ✔️ ❫Where stories live. Discover now