Elixir Class, Survive : Hewan aneh

Start from the beginning
                                        

Padahal tubuhnya sudah penuh luka akibat taring hewan itu.

Grrhh

Salah satu hewan itu melompat kearah Prevan dan berhasil menggigit kakinya, "Sial!" ringis Prevan tertahan ketika taring hewan itu persis tertancap di betisnya.

"Van .." Arka kembali maju mendekati Prevan.

"LO SEMUA CEPETAN PERGI ANJING! JANGAN BIKIN USAHA GUE SIA-SIA." teriak Prevan dengan emosi, bahkan ini kali pertamanya ia berteriak.

"Kalo kalian selamat, gue titip salam buat mama gue ya!" lanjutnya.

Itulah kata-kata terakhir Prevan sebelum hewan melata berkepala harimau yang lain menyerang nya dan mulai memakan tubuh Prevan lahap, persis seperti Syakara tadi.

Erik menitihkan air matanya, merasa Deja Vu dengan kejadian ini.

"Ayo semuanya lari, kita harus bikin pengorbanan Prevan gak sia-sia." perintah Erik.

Namun Arka masih enggan untuk meninggalkan Prevan yang jasadnya sudah dimakan oleh hewan-hewan itu.

"Arka, ayo pergi." ajak Lianz, Arka masih tak bergeming, matanya merah seperti menahan air mata.

"Arka, ikhlasin Prevan, lo mau dia gak tenang gara-gara pengorbanan nya sia-sia?" Mora bersuara.

"Ayo." Lianz menggenggam telapak tangan Arka, menarik nya untuk berlari bersama.

Grrrrh!

Sial, salah satu hewan melata berkepala harimau itu malah mengejar mereka.

"LARI WOI LARI!" seru Erik, ia berusaha menyamakan langkah Lianz, Arka dan Shaza yang berada paling depan.

Sementara Raka dan Mora berada dibelakang mereka.

Raka memegang tangan Mora, "Sorry, kita harus egois." bisik Raka pada Mora.

"Maksud lo apa?" tanya Mora kebingungan.

"Di lorong ini ada belokan yang mengarah ke kelas 10 IPA-1, gue rasa mereka berempat gak akan sadar dan tetep milih lurus, dan perkiraan gue, hewan itu akan tetap ngejar mereka, bukan kita." jelas Raka pelan.

"Kita ninggalin mereka? gak, gue gak setuju. Kita harus ajak mereka juga, Rak." ucap Mora.

"Denger gue, Mor, kalo mereka ikut kita, sama aja boong. Hewan aneh itu akan tetep ngejar kita berenam." kata Raka.

"Sekali-kali egois itu gapapa." bisiknya lagi, dan kali ini Mora mengangguk menandakan bahwa ia setuju. Walau sedikit ragu.

Saat mereka berenam sudah tiba di pertigaan lorong yang dimaksud Raka, mereka berdua, Raka dan Mora langsung berbelok.

Dan benar saja! hewan tersebut tidak mengejar mereka berdua.

Mora dan Raka segera masuk ke dalam ruang kelas yang gelap itu.

"Hhhh .." nafas mereka berdua tersenggal-senggal.

"Kita tetep disini buat istirahat sekitar sejam, setelah itu kita lanjut cari jalan keluar." kata Raka, Mora mengangguk.

"Raka, gue gak bisa liat apa-apa." ucap Mora.

"Sama, gue juga kok."

"Rak?" panggil Mora lagi.

"Hm?"

"Kenapa lo cuman ajak gue? maksud gue, lo kan bisa pergi sendiri tanpa ajak gue." tanya Mora.

"Gue cuman mau ajak orang yang gue suka aja."

"Maksud lo .. lo suka sama gue?"

"Menurut lo gimana?" Raka balik bertanya.

Mora tak menyahut, suasana sekarang menjadi sedikit canggung, lenggang beberapa saat.

"Mor." panggil Raka, memecah suasana canggung ini.

"Sebenernya .. gue liat sesuatu di plafon tadi." timpal Raka, ia tak begitu jelas melihat wajah Mora.

"Liat apa?"

"Ada orang lain disekolah ini selain kita." jawab Raka.

"Siapa? mungkin aja rombongan nya Altharel?"

"Bukan, mereka pakai jubah."

"Lo liat mukanya?" kali ini intonasi Mora serius, ia mulai penasaran.

"Liat, dia kakak kelas kita, gue pernah liat dia disekolah." ucap Raka.

"Tadi dia pake jubah, terus ditangan nya ada topeng putih." jelas Raka lagi.

Mora masih menyimak.

"Kabar buruknya, dia liat kita waktu di plafon tadi! dan dia ngacungin pisau, di pisau itu ada darah nya."

"Terus gimana?"

"Jelas dari raut wajah nya, dia marah. Dia langsung beranjak pergi dari ruangan itu, gak tau kemana." jawab Raka.

"Jangan-jangan, dia nyusulin rombongan kita, Rak?"

"Mungkin aja, dan gue rasa .. dia dalangnya!"

KREEK

Raka dan Mora sama-sama menoleh ke asal suara, suara itu seperti kursi yang tergeser. Jantung mereka berdetak kencang, tubuh Mora menegang, ia takut.

"Siapa itu?" tanya Raka.

tak ada jawaban, kemudian hening kembali, tak ada lagi suara.

"Rak? kita aman kan disini?" tanya Mora, berbisik, tangan nya meraba-raba keberadaan Raka.

"Gue disini, dikelas ini cuman ada kita berdua, jadi kita aman. Mungkin aja suara tadi itu hewan-hewan yang lagi ngejar Erik dan yang lain." ucap Raka.

CETASS

Lampu di kelas itu menyala dengan sendirinya.

"Siapa bilang?" tiba-tiba sosok menyeramkan muncul dihadapan mereka berdua.

"Siapa bilang?" tiba-tiba sosok menyeramkan muncul dihadapan mereka berdua

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jadi sekarang bukan ada dua orang lagi .. jadinya ada tiga orang." kata sosok itu, terkekeh.

"Karena kamu udah liat rekan saya, jadi nya kamu harus dibunuh." ucap sosok itu mengacungkan pisau pada Raka.

"Setelah itu, kamu juga harus nyusul cowok ini ke alam baka." bisik sosok itu pada Mora yang sedang ketakutan setengah mati.

CETASS

Lampu diruangan itu kembali mati, keadaan kelas benar-benar gelap kembali.

"Kalian berdua punya pesan terakhir?" ucap sosok berjubah itu dengan dingin, sedingin hawa dikelas itu.




TO BE CONTINUED . .

Sedikit lagi tamat! saran ending nya dong.
Kira-kira sad ending, happy ending, atau .. aku gantungin aja kali ya? hshshs

[1]  Elixir Class : Survive  ❪ ✔️ ❫Where stories live. Discover now