26. Breath

876 86 16
                                    

"Jungkook,"

"Ayo ikut eomma," ibu Jungkook yang memanggilnya. Di tengah keterdiamannya Jungkook dengan pemandangan di depannya, ibunyalah yang menyadarkannya.

Ibu Jungkook ternyata sudah bersiap dan membawa mobil keluarganya.

Jungkook tidak ingat setelahnya, perjalanan yang dilalui bersama ibunya menuju rumah sakit terasa panjang dalam keheningnnya. Sesekali ibu Jungkook juga mengerling Jungkook yang sama khawatirnya dengan dirinya.

"Tidak akan ada apa-apa, semua akan baik-baik saja," ibu Jungkook mengenggam tangan Jungkook dengan bibir yang masih terkunci.

"Kamu percaya dengan Seokjin kan?"

Jungkook tidak tahu, keadaan seperti ini terulang lagi. Jungkook belum terbiasa meski di tahun-tahun sebelumnya, bukan hal yang aneh mendapati Seokjin sakit. Tapi kali ini berbeda, harusnya, hari ini mereka akan pergi ke sekolah bersama. Menghabiskan waktu di sekolah dengan cara yang berbeda. Harusnya semua orang tahu, Jungkook dan Seokjin berteman. Seharusnya, Seokjin bahagia hari ini, setidaknya keinginannya yang satu ini bisa dia wujudkan.

.

.

Yoongi adalah anak yang duduk paling resah di kelasnya. Ini sudah waktunya jam masuk kelas namun Seokjin belum juga menampakan diri. Jika bukan Seokjin, itu hal yang wajar kalau anak itu terlambat, tapi Seokjin adalah anak yang in time dan berangkat lebih awal dari yang lain. Kebiasaan Seokjin yang begitu membuat Yoongi khawatir.

Ponsel Seokjin juga tidak aktif sampai kelas di mulai, Yoongi masih belum melihat batang hidung anak itu.

"Bukankah hari ini Seokjin sudah masuk?" Namjoon membalikan tubuhnya menghadap Yoongi, ternyata yang menunggu Seokjin tidak hanya Yoongi.

"Harusnya," Yoongi berdesis,

"Apa mungkin dia masih butuh waktu?" tanya Hoseok juga khawatir,

Yoongi tidak bisa menjawab, Seokjin berjanji akan datang hari ini. Kalaupun tidak, dia pasti memberinya kabar. Bahkan, tadi pagi, Seokjin masih membalas pesannya.

Dan perasaan Yoongi semakin tidak karuan rasanya.

"Kita sebaiknya menunggu kabarnya, atau aku akan mencari Jungkook," kata Yoongi,

Dia pikir, orang paling tepat dia hubungi sekarang adalah Jeon Jungkook.

.

.

Seokjin pingsan setelah sarapan, dia sudah bersiap dari pagi dalam keadaan baik-baik saja. Semalam dia sempat merasa dadanya nyeri dan ibunya menyiapkan obat dan menemaninya di kamarnya sepanjang malam.

Ibu Seokjin sudah menasehatinya agar tidak usah berangkat sekolah lagi hari ini. Beberapa hari lalu, saat di rumah kakeknya, ibu Seokjin mengantar Seokjin ke rumah sakit karena sesak dadanya kumat. Seokjin berdalih, itu hal biasa yang dia rasakan saat sedikit stress. Ibu Seokjin tahu, meski Seokjin tidak cerita secara mendetail, Seokjin sedang tidak baik-baik saja karena akhir-akhir ini bersikap murung.

Hal itu juga mungkin karena Seokjin kelelahan, dia jadi sering keluar rumah bersama teman- temannya. Ibu Seokjin selalu menginjinkan asalkan Seokjin berhati-hati dan selalu memberi kabar. Tapi keadaan Seokjin terus drop dan pagi ini, tubuhnya tidak bisa menahan rasa sakitnya lagi.

Seokjin di pindahkan ke ruang perawatan setelah beberapa jam dia masuk ke ruang IGD. Seokjin adalah pasien tetap di rumah sakit ini. Rumah sakit tempat ayahnya bekerja. Dia masih tertidur dengan damai saat Jungkook dan ibunya sampai ke rumah sakit.

"Bagaimana keadaannya?" tanya ibu Jungkook pada nyonya Kim,

"Jantungnya memburuk lagi," katanya sedih, mengerling Seokjin ke ranjang anak itu.

My Rival Where stories live. Discover now