tiga puluh delapan

1.4K 168 112
                                    


* u/ team 'challenge accepted' yang dalam beberapa jam langsung kelar, warbiasah memang kalian smua~ *



Kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang dialaminya adalah 'aneh', Andin memutuskan. Sungguh aneh jatuh tertidur lelap ketika pikirannya begitu terganggu, tetapi dirinya kelelahan baik mental maupun fisiknya sehingga gadis itu segera jatuh ke dalam tidur, tubuhnya meringkuk, satu tangan di bawah pipinya, seperti anak kecil yang lelah.

Mungkin pikirannya tidak sepenuhnya tertidur karena ia masih memikirkan pria itu. Andin tidak yakin jam berapa sekarang dan apakah ia sedang membayangkan sesuatu atau hal itu benar-benar terjadi. Tapi dirinya merasakan tangan Sebastian menyentuh wajahnya, membelai pipinya, dan kemudian ia merasakan bibir pria itu di dahinya, memberinya ciuman selamat malam ringan seperti ciuman seseorang pada anaknya.

Andin sangat ingin membuka matanya untuk melihat apakah itu hanya imajinasinya atau nyata, namun matanya tetap tertutup. Bukti nyata bahwa dirinya sudah amat lelah.

Beberapa jam kemudian akhirnya ia terbangun. Pada awalnya, kelopak matanya dengan enggan membuka di bawah sorotan sinar matahari yang kuat. Setelah beberapa detik, Andin akhirnya bisa melihat sekelilingnya. Ia meregangkan tubuhnya lalu berguling ke satu sisi tempat tidur dan bangkit. Andin pergi ke kamar mandi dan setelah memastikan kedua pintu terkunci, ia mengalirkan air ke bak mandi dan menambahkan minyak lavender dan mawar yang ia temukan di konter dekat wastafel. Gadis itu masuk ke bak mandi wangi dan menyandarkan kepalanya ke tepi bak mandi. Kehangatan menyelimutinya, dan ia pun mengistirahatkan matanya. Peristiwa kemarin berputar dalam pikirannya dan ia menghela nafas berat. Semuanya telah berubah dalam hitungan dua puluh empat jam. Tidak, semuanya telah berubah sejak mereka berciuman di kamar tidur Sebastian saat pesta ulang tahun pria itu. Seolah-olah untuk pertama kalinya, bosnya itu menyadari kehadiran Andin. Untuk pertama kalinya Andin memperhatikannya. Dan bukan sebagai sekretarisnya tetapi sebagai seorang wanita. Seorang wanita yang menggairahkan, tidak dingin dan profesional.

Andin keluar dari bak mandi setelah bersantai selama setengah jam dan membersihkan dirinya lalu berpakaian. Setelah ia memastikan bahwa pakaiannya sudah rapi dan tidak menunjukkan kerentanan juga tidak memperlihatkan lebih banyak kulit daripada yang diperlukan, gadis itu mengambil napas dalam-dalam dan melalui kamar mandi bersama, ia membuka sisi pintu yang menuju kamar pria itu.

"Sir?" Ketika tidak ada jawaban, Andin memanggilnya sedikit lebih keras. "Mister Summers?"

Masih tidak ada jawaban jadi Andin berjalan lebih jauh ke dalam kamarnya hanya untuk menemukan bahwa laki-laki itu tidak ada. Sebastian telah pergi dan tidak meninggalkan catatan apapun untuknya. Kepanikan mulai muncul saat otaknya mulai memikirkan semua skenario terburuk. Kemudian bel pintu berbunyi dan bunyinya berasal dari kamar Andin jadi gadis itu pergi ke kamar mandi lagi, masuk ke kamarnya dan berjalan sampai ke ruang depan, lalu membuka pintu.

Seorang staf hotel berdiri di depannya dengan senyum sopan di wajahnya. "Buongiorno, Signorina."

"Selamat pagi," jawab Andin. "Dapatkah saya membantu Anda?"

Staf hotel itu mendorong sebuah tray ke dekat pintu dan berkata, "Saya membawakan sarapan Anda, Signorina."

"Maaf, saya rasa Anda salah kamar. Saya tidak memesan sarapan."

"Apakah Anda Signorina Andin Williams?"

"Ya."

"Kalau begitu saya yakin ini sarapan Anda, Signorina. Seseorang telah memesankannya untuk Anda. Bolehkah saya masuk?"

dear mister summersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang