tiga puluh satu

1.7K 219 207
                                    




* u/ Polopentrump yang katanya lagi ujan tapi jadi kepanasan gara2 baca *

Andin tidak yakin apa yang merasukinya, tetapi dirinya menanggapi setiap ciuman, setiap sentuhan, dan tubuhnya terbakar oleh hasrat yang panas dan menggelitik. Sebuah perahu melaju ke arah mereka dari arah laut yang berkabut langsung membangunkan gadis itu dari gairah yang sudah mengambil alih kesadarannya. Mata Andin terbuka dan ia menangis perlahan dengan gemetar. Sebastian mengangkat kepalanya, diam-diam melihat ekspresi ketakutan dan malu gadis itu, lalu senyum masam muncul di wajah pria itu.

Tanpa sepatah kata pun, dia membalikkan dirinya dan telentang, terengah-engah, menatap langit biru tenang yang memiliki warna hampir sama dengan matanya. Sakit, merasa hina, terbakar dengan rasa jijik pada dirinya sendiri, Andin bangun dan menyelam ke laut. Tanpa pikir panjang gadis itu berenang kembali menuju pantai. Beberapa saat terakhir telah menjadi jelas baginya. Ia diam-diam menyadari bahwa dirinya memang tertarik pada pria itu dan sekarang ia harus menghadapi kenyataan bahwa pria itu memiliki kekuatan atas tubuhnya, yang membuat gadis itu membenci dirinya sendiri. Rasa-rasanya air laut sebanyak ini tidak cukup untuk membasuh setiap jengkal tubuhnya yang telah tersulut api gairah tadi.

Saat Andin berjalan kembali menuju ruang ganti, ia melihat sosok yang akrab dan anggun turun dari mobil sport rendah terbuka, melompati pintu mobil sport itu tatkala terlalu malas untuk membukanya. Tubuh langsing yang terbungkus ketat dengan celana pendek putih yang sangat pendek dengan sabuk di bawah pinggang dan atasan hijau tipis. Andin segera mengenalinya. Pria itu adalah Roberto Capaldi yang terkenal. Dan dengan seruan dan tatapan yang diterima Roberto, paling tidak separuh penduduk pantai juga mengenali siapa pria itu. Namun pria itu sepertinya mengabaikan kehebohan yang ia timbulkan sembari mengibaskan rambut pirangnya dan berjalan di sepanjang jalan menuju hotel.

Andin melirik kembali ke laut dan melihat Sebastian masih berbaring di atas rakit, celana renangnya yang gelap dan tubuh berototnya terlihat dari jauh.

"Mister Capaldi." Suara gadis itu terdengar sedikit meminta maaf, wajahnya memerah ketika dirinya menyadari tatapan para pengunjung pantai. Andin berlari mengejar Roberto, bertelanjang kaki, rambutnya yang basah tergerai di bahunya.

Pria itu melirik dengan ekspresi bosan, seakan kesal telah dipanggil, yang membuat wajahnya terlihat lebih tua dari usianya yang sesungguhnya. Namun ketika mata pria itu menatap sosok Andin, mata hijaunya bersinar dan pria itu memberinya senyum malas. "Aku minta maaf tapi aku tidak memberikan foto atau tanda tangan hari ini." Wajah kurus pria itu mencerminkan minat yang geli. Ia memiliki aksen Italia samar yang telah dipengaruhi oleh bertahun-tahun berkeliling dunia. Meskipun ia berusia awal dua puluhan, pria itu telah menjadi bintang pada masa remajanya dan masuk jajaran taraf internasional.

"Um, bukan. Saya di sini bukan untuk foto atau tanda tangan. Meskipun saya berharap Anda akan menandatangani kontrak dengan kami," Andin memberinya senyum yang sopan sambil menjulurkan tangannya. "Saya adalah sekretaris Mister Sebastian Summers dari Summers Entertainment. Apakah Anda sedang dalam perjalanan ke hotel kami untuk bertemu Mister Summers?"

Roberto mengerjap kaget lalu tersenyum. "Oh, tidak," jawabnya sambil masih tersenyum. "Aku ke sini untuk menikmati pantai pribadi hotel dan karena aku mengenal pemiliknya, dia mengizinkanku untuk menggunakannya. Sebenarnya aku datang ke sini untuk bertemu dengannya. Tapi dia bisa menunggu." Matanya mengagumi bikini merah yang dikenakan Andin. "Siapa namamu, sekretaris Sebastian Summers?"

"Andin Williams," kata gadis itu, wajahnya sedikit memerah. "Bos saya masih berada di atas rakit itu," Andin menunjuk ke belakang pria itu.

"Aku rasa dia juga bisa menunggu," pria itu menepis. "Maukah kau ikut denganku untuk minum, Andin?" Matanya menatap tubuh gadis itu. "Sayangnya kau harus berganti baju. Meskipun percayalah, jika terserah padaku, aku akan mengatakan bahwa kau harus selalu memakai bikini. Dengan tubuh seperti milikmu, pakaian biasa tidaklah berguna."

"Terima kasih, Sir. Tapi saya di sini untuk bekerja," kata Andin, berusaha untuk tidak terdengar kaku, mengingat Sebastian telah membawanya ke sini untuk bersikap ramah pada pemuda sombong ini.

Roberto mengernyitkan hidungnya dan geli melihat reaksi Andin yang dirasanya berbeda dengan gadis-gadis pada umumnya. "Apakah itu yang kau sebut bekerja?" Roberto memegang rambut gadis itu yang basah dengan jari jarinya "Kau tahu, aku telah mendengar bahwa Sebastian memiliki hubungan dengan banyak wanita. Sekarang aku dapat mengatakan bahwa aku cocok dengan seleranya. Meskipun aku tidak suka dengan aktris terakhir yang dia kencani, yang berdada besar. Paris atau Tokyo Star, siapalah namanya." Pria itu menghardikkan bahu. "Yang jelas namanya cocok dengan aktris itu, karena sama-sama banyak dikunjungi." Roberto tertawa pada leluconnya sendiri.

London, batin Andin dalam hati.

Meskipun pria itu kurang ajar dan percaya diri, usia mudanya membuatnya jauh lebih tidak berbahaya dibanding Sebastian, dan Andin merasa sedikit tersentuh oleh sanjungan terbuka yang Roberto gunakan untuknya meskipun gadis itu agak merasa sedih atas hinaan pria itu untuk London, kekasih terakhir Sebastian. Terlepas dari pengalaman hidupnya yang tidak diragukan lagi, Roberto masih jauh lebih muda daripada Andin baik dalam usia maupun penampilan. Pria itu sedikit kekar, berdada kurus, kurang ajar dan sombong tapi menawan.

"Apakah kau akan datang untuk makan malam nanti?" Roberto bertanya setelah beberapa saat.

"Ya," jawab Andin sambil bertanya-tanya bagaimana dirinya bisa melepaskan rambutnya dari jari-jari pria itu tanpa bersikap kasar.

"Kita harus mengenal satu sama lain lebih baik," kata Roberto, tersenyum padanya. "Bagaimanapun, kita akan segera menjadi mitra kerja jika semuanya berjalan dengan lancar."

"I suppose so," Andin bergerak mundur sedikit, berharap pria itu akan mengerti maksudnya dan melepaskan rambutnya.

Namun pria itu sepertinya tidak peduli atau menyadarinya tatkala ia justru mencondongkan tubuh ke arah Andin dan berbisik, "Aku benar-benar ingin mengenalmu. Up close and personal, Andin," kata to the point, mengagumi sosok Andin dengan cara yang membuat gadis itu amat sadar diri.

Kemudian sebelum Andin bisa menjawab atau membuka mulut, ia mendengar suara dingin dari belakangnya, "Halo, Roberto."

* * * * * * *

A/N: hayoo, siapakah gerangan itu di balik andin? btw ada yang tau di louis capaldi gak? nama belakangnya ambil dari situ

jalur normal : hari Jumat malam

dear mister summersWhere stories live. Discover now