pembuka

5.7K 367 2
                                    



"Hentikan sekarang juga, Ann!" Sebastian menggeram di sebelah telinganya, ekspresinya menggelegar, dan tidak meninggalkan ruang untuk berdebat.

Andin sangat menyadari kedekatan antara tubuh mereka. Dia hampir terengah-engah ketika gadis itu kembali bertanya, "Hentikan apa? Dan seperti yang sudah saya katakan berulang kali, Pak, nama saya Andin. Saya orang Indonesia. Nama saya bukan Ann atau Anne atau Anna seperti yang Bapak sering gunakan untuk memanggil saya."

"Baiklah, Andin," ujar pria itu sembari melotot marah.

Andin mengerjapkan mata. Baru kali ini bosnya memanggilnya dengan benar. Selama ini ia mengira Sebastian tidak dapat mengucapkan namanya dengan benar. Namun seolah meniru cara Andin menyebutkan namanya, Sebastian mengucapkannya dengan benar bak orang dari negara asal ibu gadis itu.

"Berhenti menolakku. Aku baru saja melihat bagaimana kau berdansa dengan pria itu-"

"Damon?" tanya Andin, mencoba membantu.

"Dia. Siapalah namanya," katanya sangat marah. "Jadi berhentilah berpura-pura seperti kamu tidak bisa menari dengan benar!"

"Saya sudah terbiasa berdansa dengan Damon, Damon itu teman saya!" protes Andin lalu melirik ke sekelilingnya, berharap tidak ada pengunjung pesta yang memperhatikan pertengkaran kecil mereka. "Saya merasa nyaman berdansa dengannya."

Ada sedikit jeda sebelum Sebastian kembali berkata-kata, "Apakah kamu berusaha mengatakan bahwa kamu tidak nyaman denganku?"

"Bapak adalah bos saya," jawab Andin diplomatis. Gadis itu tidak ingin menyinggung perasaan sang bos, lagi pula, Andin masih membutuhkan Sebastian untuk memberikan surat rekomendasi agar ia dapat lebih mudah untuk menemukan pekerjaan berikutnya. Ia masih membutuhkan uang untuk membantunya membayar hutang ibunya dan kehilangan sumber pendapatannya akan sangat merepotkan.

"Ini bukan kantor!" bantah Sebastian.

"Tapi Bapak tetap saja bos saya," desak Andin. Kemarahan melintas di mata samudra biru Sebastian dan untuk sesaat Andin menahan napas.

Kemudian sebelum Andin menyadarinya, Sebastian telah merengkuh tubuh gadis itu, dan menyeret Andin ke arahnya. Lengan Sebastian otomatis meluncur ke punggung gadis itu, memeluknya erat-erat, dan mendekap tubuh gadis itu pada bagian depan tubuh Sebastian yang berotot. Lengan Andin tidak punya pilihan lain selain selain meluncur ke bahu pria itu dan kemudian melingkari leher Sebastian.

"Untuk sesaat, anggap aku ini orang lain. Seseorang selain bosmu," perintah Sebastian kasar. Suaranya sangat rendah dan sangat seksi. Payudara Andin menekan dengan panas dada pria itu dan perut gadis itu bergetar dengan kesadaran akan apa yang ditekannya. Tidak heran Sebastian Summers disebut-sebut sebagai playboy kejam di antara nama-nama panggilan lainnya. Tetap saja, Andin berjuang untuk mengendalikan diri dan mengangkat dagunya agar bertemu pandang dengan mata milik Sebastian

"Bapak ingin saya menganggap Bapak sebagai siapa?"

"Pikirkan aku sebagai...," Sebastian berhenti dan menundukkan kepalanya untuk membisikkan kata berikutnya di telinga gadis itu. "...kekasihmu."

Andin menutup mulutnya. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Sebastian Summers memeluknya dalam pelukan yang hanya bisa ia impikan - sesuatu yang terbuat dari fantasi. Cara Sebastian membisikkan kata-kata ke telinga Andin seolah-olah pria itu tengah membuat janji akan apa yang terjadi nantinya setelah pesta usai. Tidak ada yang paling platonis tentang cara dia berdansa dengannya.

Tidak diragukan lagi, Sebastian menunjukkan tanda-tanda bahwa pria itu sedang bergairah. Andin sendiri dapat merasakan gairah Sebastian dan bagaimana tubuh pria itu mulai menegang. Namun bos Andin itu tampaknya sama sekali tidak peduli dan tetap mendekap Andin erat-erat melampaui batas kesopanan. Apakah pria itu mungkin sedang membayangkan bagaimana rasanya memindahkan "apa" yang saat ini berada di luar ke dalam tubuh gadis itu?

Dan seolah-olah sedang berpesta pora karena impian yang akhirnya terpenuhi, tubuh Andin berkhianat dan terus saja merespon ke mana pun Sebastian membawanya, berputar-putar di lantai dansa dengan gesekan fisik nan intim antara tubuh mereka yang hampir membawa keduanya ke ambang klimaks.


* * * * * * *

dear mister summersWhere stories live. Discover now